Permohonan Kedua..

Seharusnya malam selarut ini aku sudah tidur. Mengistirahatkan raga yang sudah lelah menopang banyak beban hidup. Tapi ironinya, ragaku kembali harus menahan letih yang diwarisi pikiran kacauku dibalut keresahan nyata. Bagiku ini adalah ujian terberat selama menyandang status mahasiswa.
Alunan lagu ‘Ambilkan Bulan Bu’ yang dinyanyikan Sheila On 7 terdengar sangat mellow menemani malam sunyi ini. Aku baru saja kembali dari warung kopi tak jauh dari tempatku tinggalku saat ini. tempat tinggal seorang teman yang sudah sebulan aku huni. Tepatnya, aku menumpang hidup di sana. Sebagian teman”ku secara bergantian memberikan kesempatan lebih lama untuk merasakan kenyang.
Jam di hapeku menunjukkan angka 01.44. Tadinya aku sangat mengantuk. Aku lelah. Benar” lelah. Kondisi yang sangat tepat untuk tidur. Tapi setelah telpon berdering dan mendengarkan suara dari perempuan paruh baya di sebrang sana, kantukku hilang. Setelah telpon terputus, hanya lelah dan pikiran meracau yang tersisa. Bahkan, seorang perempuan dan lelaki yang aku hubungi secara bergantian setelahnya mengisyaratkan bahwa ujian Tuhan kali ini memang berat.

Seorang teman datang mengajakku ngobrol untuk meringankan lelah yang aku terima. Secangkir kopi susu dan beberapa batang rokok menemani obrolan panjang kita. Sembari tertawa tanpa pesona, aku beberapa kali bertukar pesan dengan seseorang perempuan mengharapkan kehangatan dan mengusir lelah ini. Aku tau bahwa itu tak akan berhasil mengusir dengan sempurna. Hanya saja aku yakin, bercerita padanya memudahkanku untuk kembali berpikir apa yang selanjutnya aku lakukan.
Malam semakin larut saat beberapa orang datang silih berganti mengisi jalan” mondar mandir untuk menonton pertandingan 16 besar Liga Champions Eropa antara Juventus dan Fc Porto. Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang. Temanku tau aku tidak mungkin bisa segera menghilangkan penat yang sedang hinggap ini. Tapi setidaknya kembali ke kamar dapat menepikan beberapa pikiran kacau yang sedang menggelayuti badan kurus pendek ini. Nyatanya itu benar.
Sesampainya di kamar, aku benar’ tak bisa tidur. Kamar bagiku seakan menjadi gua yang begitu gelap dan tempat keterasingan. Aku bagaikan Soekarno muda yang hari”nya dilewati di penjara. Begitu sunyi. Begitu terasing. Mengharapkan banyak cahaya masuk menyusuri jendela dan memberikan penglihatan. Laptop yang terbuka seakan pasrah untuk aku hakimi di samping tumpukan buku referensi tugas akhirku serta tiga novel Sir Arthur Conan Doyle.
Di tengah keheningan ini, aku masih percaya bahwa Tuhan selalu memiliki rencana bagi hambaNya. Dia pun selalu menempatkan ujian pada orang yang tepat di kondisi yang tepat. Tak mungkin Dia memberikan ujian yang melewati batas kemampuan hambaNya. Tapi rasanya, ujian kali ini terasa hebat bagiku. Walaupun aku tau ini adalah persepsi salah dan harus segera diluruskan. Tolonglah. Aku meyakini bahwa Tuhan selalu menciptakan ujian serta jawabannya secara bersamaan. Tapi kali ini aku sudah melakukan semuanya. Setidaknya aku pikir begitu. Jadi, tolonglah. Aku sangat mengharapkannya.
Selengkapnya...

Sore yang Terasing..

Kegelapan sore ini masih tertimbun oleh semua tirani yang menghalangiku bertemu denganmu. Membuatku semakin buta dibalik kacamata minus yang kukenakan. Bagaimana Kau bisa hadir tanpa mengucapkan sapa yang selalu diharapkan telinga ini. Karena aku yakin suaramu mendendam sunyi yang akan mengacaukan kebisingan siang.
Namamu sudah tak lagi terukir di hatiku. Hanya saja, semua tentangmu sudah menyatu membingkis keelokan Tuhan. Mungkin Kau tak dapat melihatnya, karena itu tersembunyi jauh di dalam. Kau tak mungkin mendengarnya, karena tersimpan jauh di dasar. Kau pernah memaksaku untuk mengatakannya, tapi aku tak sanggup mengeluarkannya walau hanya untuk memperlihatkannya padamu. Lalu aku pernah membisikkannya padamu, namun pendengaranmu mencengkram bingkisan tuhan lainnya.
Ingin sekali aku katakan padamu untuk tak lagi mengejarku. Jangan. Cukupkan langkahmu sampai di ubin merah itu. Jangan lagi mengejarku. Jangan lagi mencariku. Suatu saat nanti aku yang akan menemukanmu. Masih banyak hal yang akan aku persiapkan untuk mendatangimu. Kemudian akan aku pungut Kau ke dasar hatiku tempat yang telah kita persiapkan. Berlarilah. Temui takdirmu yang lain. Berjalanlah. Dapatkan takdirmu yang lain. Namun, sisakan takdir yang terakhir untukku. Aku akan datang menemuimu.
Malam akan segera tiba. Semoga semua keindahan akan dirimu selalu hadir dalam mimpi.
Selengkapnya...