Siang Ini..

Siang kadang memuakkan tiba”. Karena banyak hal rumit terjadi jelang tengah hari tanpa kabar sebelumnya. Seperti hari ini, Samad jadi tersangka dan 62% anak SD Indonesia kencaduan pornografi sebagai fakta. Aku memang tak ada kaitannya secara langsung, tapi tentu dua hal di atas bikin hariku selanjutnya dipenuhi berita” turunan yang melelahkan pikiran dan mata. Belum lagi, serangan lapar yang medera. Memilih istirahat pun, tak bisa. Karena sekali menyentuh kasur yang berada tepat di samping meja, tubuh merebah tanpa kenal masa.
Siang seringkali membuat jenuh. Meskipun aku di dalam kamar kecil ini, ragaku kadang berpeluh. Memantau dan membaca semua informasi yang dua jam jumlahnya bisa lebih dari sepuluh. Bukan karena lelah membaca, tapi ada kekhawatiran polemik yang muncul setelahnya hingga membuat otak kumuh. Bahkan tak jarang membuat indera terlihat lusuh dan mengalihkan fokus melihatmu dengan utuh.
Siang ini kembali nafasku terengah” beranjak dari kasur. Aku kembali melihatmu di sana. Di dunia lain yang Kau sebut mimpi. Dunia yang tak bisa aku sentuh hanya dengan mangandalkan fisik. Butuh kehangatan jiwa dan naluri untuk menjumpaimu di sana. Tapi tadi, hal itu terjadi lagi. Kenapa Kau selalu muncul jika ingin mengabaikan..? Aku cukup tau diri saat Kau memberikan tanda untuk menjauh. Menjauh dari manusia sok keren yang siang ini duduk di depan netbooknya dengan secangkir kopi dan alpokat+susu di samping. Bahkan hanya menyapamu saja aku tak sanggup. Mungkin juga khawatir. Lalu takut membuat harimu tidak menyenangkan dengan kehadiran manusia tak layak ini.
Siang ini mungkin saja adalah kausalitas dari hari kemarin. Saat aku melihat kembali senyummu, dengan renyah meski tidak mengembang. Ada gurat luka di sana, tapi aku tau Kau mencoba menyembunyikannya. Kau tau, hanya dengan melihat senyum kecil itu saja, aku tak berhenti mendekap senang seharian. Bahkan aku lupa semua kejadian menyusahkan kemarin siang. Memori otakku terus menumbuhkan visual senyummu. Entah bagaimana cara kerjanya, sepertinya aku harus tau mekanismenya.
Siang ini aku berpikir bahwa semuanya sudah semakin runyam. Aku pun tak berani melakukan apa”. Karena mungkin terlalu lancang mencampuri semua kisah hidupmu. Meskipun, sampai detik ini, Kau mempengaruhi semua panca indera dan aktifitasku. Jangan tanya kenapa. Aku juga tidak tau, suer.
Siang ini jadi bukti bahwa mencintai tidak selalu menyenangkan. Bisa jadi menyedihkan. Memiliki rasa sendiri, tanpa tau bagaimana mengartikan. Aku yang sudah lama memendam, bahkan sulit untuk sekedar mendeskripsikan. Naïf, mungkin tepat diucapkan. Aku tidak ingin belajar melupakan. Biarlah begini, menyiksa tapi nyaman. Bahwa ada seseorang yang hanya dengan mengingat namamu saja, sudah sangat menenangkan. Jangankan perlahan masuk ke duniamu, melihat senyummu saja, sudah sangat menyenangkan. Seperti dalam wujudmu, ada Tuhan. Hemmm, kasian. Buahahahaa.. Beginilah polemik yang lebih dahsyat dari KPK-Polri dan KONI-KOI yang terlibat perseteruan.
Siang ini hampir berujung pada satu pertanyaan tanpa henti. Tapi aku enggan bertanya karena itu hanya kumpulan kata tak pasti. Aku payah dalam hal beginian, implementasi soal hati. Kepalaku suka nyaring, mana hal yang harus diingat dan mana yang tidak. Nama dan wajahmu juga tidak pernah di kepala, tapi keduanya tersimpan rapi di dada sebelah kiri. Kadang marah mengetahui bahwa semakin sedikit katarsis untuk bercerita tentangmu yang aku miliki. Hanya untuk menulis namamu saja, aku harus mengambil pena dengan banyak konsekoensi. Bukan tidak ingin dunia tau, tapi aku benci terlihat menyedihkan seperti ini. Ironisnya, tulisan ini ada di blog; dan semua orang bisa baca dan mengomentari.
Siang ini rasanya ada yang menepuk pundakku dan berkata; Well, who cares.. After all coffee is one true love..
Selengkapnya...