Dibalik Kebisingan Siang..

Siang ini terlalu bising untuk sekedar mendengar suaramu..
Aku tak peduli dengan usaha”ku yang gagal menembus aktifitas memeperoleh honor. Pikiranku meracau menemani dirimu yang entah sedang apa. Karena aku tak lagi dapat menerka langkah kecilmu. Kau sudah semakin jauh mendayuh. Pandanganku terhalang oleh banyak hal. Terutama nafsu yang selalu berkelabat sepanjang hari.

Siang ini terlalu terik untuk sekedar menemukan bayanganmu..
Bagaimana bisa satu kesuksesan selalu datang hanya saat Kau sudah melewati 99 rintangan. Tak banyak yang menanyakannya. Tapi semuanya mengeluhkan hal itu dengan tepat. Aku bahkan mencoba mendikte panorama kota ini dengan matamu. Kau ingat, Kau pernah meminjamkannya padaku. Mata yang sudah lama tak mengerling di hadapanku dengan nakal. Mata itu selalu berhasil menembus pandanganku dalam”. Mata ini juga yang seharusnya menemaniku terpejam saat matahari terlalu kuat bersinar. Kecupan” kecil di mataku pernah meredam ambisiku. Walaupun seringkali mengantarkan pada birahi.


Siang ini terlalu sepi untuk sekedar menanyakan di mana tempatmu berada..
Tuhan menciptakan keberhasilan hanya untuk menemani niat dan usaha yang sungguh kuat. Bukan diam dan mematung atau berbaring tanpa menggerakkan kakinya untuk pagi hari. Mungkin Kau tau saat aku terdiam dan tak bicara padamu, aku sedang mencari di mana dirimu. Dalam hati aku menanyakan itu. Kepala yang berpeluh adalah bukti bahwa Kau sedang dicari olehku. Rambut”ku memeperlihatkan cahayanya karena basah oleh keringat. Benang” hitam kemerahan yang Tuhan tempatkan di kepalau seringkali kering karena sudah tak ada lagi yang mampu menyibaknya dengan halus dan tulus. Kau ingat, Kau sering melakukannya untukku dulu. Dulu sekali. Aku yakin Kau ingat. Karena memoriku masih menyimpan adegan” itu. Kau juga pastinya, kan..?!

Siang ini terlalu biasa untuk sekedar mengingat semua hal tentangmu..
Aku tau bahwa ada kebohongan saat Kau berdoa meminta sesuatu tanpa berusaha mendapatkannya. Itu benar” menggelikan. Einstein, Roger, Rayleight bahkan L pernah kudengar mengucapkannya. Itu tak hanya membohongi dirimu sendiri, tapi Kau juga ikut mendustai kepercayaanmu. Aku percaya bahwa semua hal yang ada di dunia ini memiliki batas. Sama halnya dengan negara. Hanya saja, Indonesia terlalu lemah saat sebagian wilayah perbatasannya banyak diambil negara tetangga. Aku menyukai hingga kini. Aku menyayangimu hingga kini. Sangat. Bahkan kuat sekali. Akan tetapi, aku ingin berhenti mengejar untuk mendengar suaramu, berhenti mengejar untuk menemukan bayanganmu, berhenti untuk menanyakan di mana tempatmu berada dan berhenti untuk mengingat semua hal tentangmu. Karena semuanya terjadi setiap harinya tanpa aku ingin lakukan. Biarkan semua berjalan tanpa aku sengaja mengejarmu. Karena diam”, semua inderaku menujumu. Semoga Kau segera membalas rindu ini..
Selengkapnya...

Just Me, My Self and Holmes II

Kesepian di bulan ini terus berlanjut dan berkelabat dalam setiap detik yang aku lewati. Siang ini juga demikian. Banyak tinta yang aku goreskan dengan semangat menyentuh takdir yang aku harapkan selama hidup. Tintan-tinta ini tak kunjung memberikan kesatuan ide dan isu yang sering aku temukan ketika menemui rindu. Aku tidak menyerah, hanya saja bising yang mendiami kedua istana yang aku tinggali ini membutakan kejelian visual dan memasung bagian penting di kepalaku.
Terik matahari di luar siang ini memaksaku terus berada di dalam ruangan penuh irama sendu. Namun di tengah kesadaran yang menimpaliku saat berbaring, mengajakku bergejelaga di antara obrolan Holmes pada Watson. Dalam kasus ‘Mazarin Stone’, Holmes berucap ‘otak bekerja lebih baik saat perut kosong. Bagian terpenting tubuhku adalah otak, anggota tubuhku yang lain hanya pelengkap.’ Apa yang diucapkan Holmes kembali mengingatkanku pada salah seorang guru yang pernah mampir dalam mengecap pendidikan. Bedanya, ini adalah guru yang lebih agamis dan perfeksionis.

Sesekali dalam setiap harinya, guru ini selalu mengingatkan padaku dan yang lain bahwa shalat adalah tiang agama. Jika diibaratkan manusia, shalat adalah kepala, anggota tubuh paling krusial. Anggota tubuh lainnya bukan tidak penting, tetapi melengkapi aktifitas dan kinerja kepala dan semua isinya. Jadi, saat kepalamu tidak ada bisa dipastikan Kau tak akan hidup. Walaupun sebenarnya seringkali juga teman’ yang lain menyertakan protes bahwa tidak sepenuhnya benar begitu. Karena saat dirimu kehilangan perut, Kau juga akan mati. Terlepas dari itu, ada sebuah sinkronisasi khas yang selalu terbayarkan saat aku mengingat quote klasik ini.
Ketika sebagian hidupku hilang hanya untuk berpikir dan memaksa otakku bekerja lebih giat demi berspekulasi mempraktikkan sebuah konsep yang pernah diajarkan, ada sebuah hal yang aku dapatkan walaupun kebanyakan tersirat. Genangan kreatif yang selalu hadir mencumbu di saat” kritis dapat menenggelamkan keputus asaan yang rutin menggoda. Maka akhirnya, kesadaran akan pentingnya otak ini sangat tepat hadir di awal. Sehingga penggunaan dan pemanfaatannya pun dapat meluaskan sasaran. Seperti yang terjadi sebulan belakangan ini. Karena tak kunjung angkat kaki dari kampus, maka konsekuensinya adalah sesegera mungkin mempekerjakan bagian terpenting ini lebih dari standart jam biasanya. Terutama hal itu sangat dibutuhkan untuk membiayai hidup dan studi.
Selengkapnya...

Just Me, My Self and Holmes

Hari ini aku gila akan semua hal tentang Sherlock Holmes. Detektif fiksi terkenal asal London Inggris. Sir Artur Conan Doyle, penulisnya, telah membukukan ratusan kasus” yang pernah ditangani Holmes dan dr. Watson, temannya. Buku” itupun telah diterjemahkan ke puluhan bahasa di dunia ini. Bahkan, Aoyama Gosho, penulis Detektif Conan, manga terkenal Jepang terinspirasi dari kejeniusan Holmes memecahkan kasus” yang menyulitkan polisi sekalipun ini.
Kemarin malam tepatnya, mengisi kekosongan, aku melakukan aktifitas yang sudah dua bulan terakhir ini tertinggal karena kesibukan lain; menyewa komik Detektif Conan. Komik seri 71 kali ini bercerita tentang dengan sangat beruntungnya Conan, Ran dan Paman Mouri mendapatkan hadiah dari seorang perempuan tua yang belakangan diketahui adalah salah seorang kerabat Kerajaan Inggris. Hadiah ini diperolehnya gara” Conan, Ran dan Paman Mouri tidak sengaja menemukan kucing peliharaan si perempuan bernama Venus.
Singkat cerita, di seri itu aku tau bahwa dalam salah satu kasusnya, Holmes berkata bahwa ‘cinta itu adalah emosi, dan aku menghormati emosi itu lebih dari siapapun. Tapi aku tidak akan mencampuradukkannya dengan akal sehat.’ Kalimat yang dilontarkan pria yang selalu identik dengan pipa rokok dan topinya itu mengingatkanku pada obrolan dengan seorang dosen di kampusku. Saat itu, di tengah keramaian kelas, dia berkata bahwa cinta itu irrasional. Karenanya, sebagai mahasiswa, cinta yang kita miliki pada lawan jenis untuk sementara idealnya harus diposisikan rasional.
Hal ini mungkin dimaksudkan agar tak terjadi disorietasi ideal dari seorang mahasiswa. Benar saja, saat aku jatuh cinta dan terjerembab pada posisi irrasional, ternyata cinta itu malah membelenggu dan hampir menjatuhkan semua tujuan yang sempat menjadi pilar orientasiku kuliah. Apalagi, saat harus merasakan manis pahitnya. Saat manis, Kau akan dimabuk rindu dan terlena dengan kasih sayang. Sehingga Kau menunda” aktifitas yang tak jarang berujung pada ‘terlupakan’. Tugas kuliah misalnya.
Begitupun saat pahit. Bagi sebagian manusia, saat merasakannya, terasa berada pada kubangan kesedihan yang dirinya sendiri tak tau kapan akan beranjak. Tentu saja, hal ini dengan sukses berdampak sistemik pada setiap aktifitas sehari”. Setengah hati, tidak mood bahkan tidak ingin melakukan apapun. Dalam titik inilah harusnya kita memperlakukan cinta dengan bijak dan arif. Maka benar ketika dosenku bilang, bahwa saat ini beradalah pada posisi cinta rasional. Atau Kau tak boleh mencampuradukkannya dengan akal sehat, saran Holmes.
Selengkapnya...

How Are You..?!

Bagaimana kabarmu..?!
Setiap kali aku tak sengaja menyapa pagi, wajahmu selalu leluasa menembus harumnya aroma hijaunya dedaunan pohon depan rumah.

Bagaimana kabarmu..?!
Mungkin ada benarnya pepatah ‘love is suffering’. Aku tak peduli orang” berkata rindu itu menggairahkan. Walalupun sangat menyakitkan, tapi tetap nikmat. Bagiku itu bullshit. Karena saat hanya Kau yang merasakan perasaan ini, Kau akan terkungkung dalam amukan gelora derita yang dipenuhi perasaan ‘ingin’.


Bagaimana kabarmu..?!
Bahkan aku tak berani menyapa pagi yang selalu berdampingan dengan siang. Siang terlalu berani menunjukkan luka yang tak pernah sembuh. Karena siang selalu memiliki cahaya lebih untuk melenyapkan kenangan ‘sebentar’ kita. Sesekali aku melihat siang membunuh perasaan ini hingga tak terbentuk. Siang terlalu terang. Karenanya, aku menutup semua jendela kamar untuk bersembunyi darimu.

Bagaimana kabarmu..?!
Tidak benar aku mencampakkanmu. Tak benar aku tak peduli padamu. Tentu sangat tidak benar aku melupakanmu. Karena saat siang segera mengirimkan awan” untuk menutup cahanya, aku mengumpulkan berkas” ingatan untuk menemuimu. Tapi Kau selalu datang dan pergi. Aku tak tau di mana Kau bisa aku temui di sore hari. Aku hanya terbiasa merasakan senja yang membuat derita di sore hari. Mendengarkan beberapa alunan musik Sheila On 7 dengan nyaman untuk mengalihkan pandangan ilusiku tentangmu.

Bagaimana kabarmu..?!
Malam selalu berhasil menemaniku menemukanmu dalam gelap. Malam selalu berhasil menyingkirkan miliaran cahaya yang menggodaku dalam pagi, siang dan sore. Malam mampu menghadirkan mimpi untuk merasakan kecupanmu. Walaupun terkadang itu membangunkan tidurku untuk berani mengirimkan pesan padamu. Namun tak aku lakukan karena rasa ini hanya aku yang punya dan Kau tidak. Jujurlah, apa yang ada dalam pikiranmu tentangku. Jujurlah pada dirimu bahwa Kau masih ingat pertemuan” kita. Karena aku masih menyimpan rapi semua tatapanmu padaku. Lalu pagi datang merenggut semuanya dariku.

Bagaimana kabarmu..?!
Selengkapnya...

Cerita Untuk Kau Dengar..

Dengarlah, ini hanya ceritaku. Cerita yang belum pernah aku ceritakan pada siapapun sebelumnya. Cerita ini tidak terlalu menarik, karena di dalamnya tak akan ada yang membuatmu tertawa terbahak” saat seperti Kau bertemu denganku di kehidupan nyata. Cerita ini juga tidak terlalu serius, karena di dalamnya hanya berisi curhatan seorang pemuda MALAS yang banyak Kau temui sebelumnya di jalanan. Sebelumnya, terimakasih sudah membacanya. Tentunya aku akan lebih bersyukur jika Kau melakukan sesuatu setelah membaca cerita ini.
Beberapa bulan lalu aku sudah melakukan kesalahan yang tak mungkin dimaafkan oleh diriku sendiri. Kesalahan yang membuat semua manusia di dekatku kecewa; aku tidak menepati janji. Sebuah janji biasa oleh seorang anak pada keluarganya. Tapi bagiku, janji ini jelas sangat penting. Mungkin Kau akan langsung tau bahwa janji yang aku maksud adalah segera lulus dari kampus ini. Tapi aku mengingkarinya. Aku terus menundanya dari setahun lalu. Mulai dari Mei, September, November dan ternyata Februari juga terancam.
Aku tau bercerita seperti ini tidak akan membantu. Karena solusinya hanya satu, just work it. Benar begitu kan?! Tentu saja seperti itu. Aku juga tau kalau hal semacam ini terlalu gampang untuk aku tau jalan keluarnya. Aku juga dengan jelas tau bahwa solusi dan pesan yang muncul dari luar hanya menempati sebagian kecil semangat dalam diri. Karena sebenarnya peran yang menguatkan diri kita muncul dari dalam. Lagipula aku sudah melakukan ini berkali”. Yah, aku sudah berkali” diberi semangat dari orang” lain di sekitarku.
Hahahahhaa.. Benar. Kesimpulannya hanya satu; aku MALAS. Aku tidak tau secara pasti apa yang menyebabkan hal itu. Bukan karena aku terlalu menyibukkan diri dengan aktifitas” lain seperti konsekuensi menjadi penasihat di Komisariat HMI FISIP atau terlalu terlena dengan jabatan sebagai Direktur Lembaga Pers Mahasiswa Islam Cabang Malang. Atau terlalu baik meluangkan banyak waktu untuk teman”ku yang butuh pertolongan tentang kepenulisan dan seputar jurnalistik. Itu tak ada. Tak sama sekali bukan itu problemnya. Tapi berasal dari dalam. Begitu, dan terus begitu.
Aku pun sudah berkali’ bahkan ratusan kali mendapatkan nasihat dari semua orang dengan berbagai macam profesi. Aku bahkan pernah berpikir bahwa mengerjakan tugas akhir ini membutuhkan mood. Walaupun seringkali pikiranku memberontak dan menyodorkan pertanyaan ‘bagaimana jika mood yang Kau tunggu tak kunjung datang..?!’. Dalam cerita ini aku tak ingin menanyakan padamu ‘apa yang harus aku lakukan..?!’. Bagiku saat ini pertanyaan itu adalah pertanyaan paling menyedihkan. Lagipula aku tau yang harus aku lakukan. Tapi aku lemah dalam hal eksekusi. Aku sama sekali tidak tau cara memulainya. Aku tidak tau cara memulai untuk membunuh rasa MALAS ini. Mereka perlahan menggerogotiku bahkan mereka bersemayam dan serasa menyatu pada tubuh kecil ini. Aku menyadari ada seseuatu yang salah dalam diriku.
Jika Kau baca ini, aku ucapkan terimakasih banyak.

Selengkapnya...