(Memulai) Kembali..

aku bisa bercerita banyak tentang kehidupan, karena setiap hari adalah perjalanan. tapi tak semua kisah pertemanan bisa aku ceritakan, karena tidak setiap hari bersama mereka aku lewatkan. aku hanya beruntung bisa bertemu mereka lagi dalam satu meja yang memanjang. tertawa dan sesekali menimpali murung dengan senang. menyembunyikan banyak persoalan dan menggantinya dengan ragam senyuman. satu hari bersama mereka, aku bisa bercerita setiap detil yang kita gunakan untuk pertemuan.

lama sekali mengabaikan perjumpaan ini, hingga semuanya terasa seperti masa lalu. belakangan, semua kehidupan yang lain seperti sangat menjauh dan tersembunyi dalam debu. padahal itu ada di balik telapak tangan. bergerak mengikutiku selama perjalanan lain dimulai, cerita-cerita itu dan semua langkah-langkah itu. aku tidak mengingat jelas kapan terakhir aku singgah di kota ini, tapi seperti sangat lama dan aku merindukannya. aku tau itu saat mereka mengeluh, saat mereka memaki dan melihatku dengan penuh kebencian karena sudah lama tak bersua. tapi genggaman hangat dan pelukan mereka yang sangat kuat menggambarkan kerinduan yang dalam. kerinduan yang sudah lama kita tepikan hanya untuk lembaran kertas dengan banyak nilai terbilang.

pagi itu, aku datang tanpa banyak ekspektasi. persoalan berbahaya yang hanya menimbulkan kekecewaan saat dimiliki terlalu tinggi. aku datang untuk terhibur. karena Surabaya sudah sangat melelahkan untuk bertutur. aku tidak bisa menyembunyikan wajahku yang kusut dan hati penuh kekosongan. sejuah itu, hanya secangkir kopi dan beberapa lembar kertas-bolpen yang bisa aku andalkan. tapi tidak ada yang aku butuhkan lagi saat dingin Malang segera menyergap diri. bukan lagi pahitnya robusta, asamnya arabica atau atau semua kepalsuan dibalut tawa. saat mereka duduk mengitari meja, aku tau yang aku butuhkan hanya lima menit saja.

bagian paling berbahaya dalam perjalanan adalah datang dan pergi. niat yang Kau sematkan harus kuat dan rapi. agar tak ada peluru yang menembus ragamu lalu mati. hasrat seperti itu, adalah anugerah yang dimiliki tanpa sadar. tapi tersembunyi oleh ketakutan yang berlapis dan berpendar. begitu juga pergi, bagian yang sangat solid untuk diurai dalam kepingan ketidakpastian. aku harus menemukan jawaban dari rumusan masalah yang sudah disusun saat datang. tanpa itu, pergi hanyalah pengecut, dan bertahan tinggal hanya membuatku perlahan membusuk.

aku, datang dan pergi dalam kebimbangan. membawa banyak harapan tanpa tau di mana menemukannya. Malang hanya bagian kecil kehidupan yang seringkali aku sebut rumah. padanya, aku titipkan banyak harap dan senyum ramah. beruntungnya, aku berhasil mendapatkannya. mendapat semua jawaban dan bonus berupa tawa panjang yang mengharukan. mungkin diam-diam, niatku terlalu kuat, dan prologku terlalu tangguh untuk dibinasakan oleh banyak alasan. karenanya, aku bisa pergi dengan sangat gembira. membawa kesenangan dan cerita untuk pulang. mereka terlalu yakin bahwa aku akan ke kota itu lagi. dalam waktu dekat atau saat aku mengalami hal-hal hebat. mereka seolah tidak peduli berapa lama aku pergi, karena mereka percaya aku akan kembali.
Selengkapnya...