Rupa Kebahagiaan Malam Itu..

malam itu hujan baru saja reda. jalanan Surabaya masih basah dan sedikit licin. aku melaju kencang tanpa tau akan ke mana jalur selanjutnya. aku melewati gerimis yang masih turun dengan bayangan tentang jalan yang pernah aku tempuh, tidak sering. aku mengingat" rute yang baru saja aku buka dari google maps. aku harus sampai di Rumah Sakit Al-Irsyad segera. sesegera mungkin.

di kepalaku, malam itu harus jadi momen yang tak boleh dilewatkan. di kepalaku, aku mereka-reka waktu yang sedang aku tempuh. jika harus telat, tidak boleh lebih dari garis waktu emosi yang sedang kakakku rasakan. aku hanya khawatir, pengetahuanku tentang jalan-jalan di Surabaya membuat rencana itu lewat. hujan mulai turun semakin kencang saat aku tiba dan memarkir motor depan rumah sakit. aku segera masuk dan memencet beberapa nomor di hapeku. aku sudah tidak bisa mengandalkan receptionist. orangnya hanya satu dan sedang menangani orang lain.

'tuuuttt.. tuuuuttt', suara itu mendominasi pendengaranku selama 10 menit dan tak ada jawaban. di ruang tengah itu, aku memutar mataku ke semua sudut yang memungkinkanku menemui kakakku dan kakak ipar berada.

'Mim', dari belakang tiba" suara itu muncul dan mendekat. aku dan Zainal juga mendekat. Itu suara Reza, kakakku. ada yang aneh. senyumnya sangat lebar dan raut wajahnya penuh dengan kebahagiaan. dia menyingkirkan tanganku yang aku julurkan untuk bersalaman. dia menarik bahuku dan memelukku. lama dan masih dengan senyumnya, tampak dari hembusan nafasnya dan hampir tertawa.

'Alhamdulillah, ponakanmu perempuan. perempuan. perempuan', dia berbisik ke telingaku. dia melepaskan pelukannya dan bergantian melakukan hal yang sama pada Zainal.
'Alhamdulillah, di mana dia sekarang..?. sudah bisa ditemui..?',
'belum. kalian kehujanan..?',
'enggak. bagaimana dengan kakak ipar..? baik..? normal atau caesar..?',
'baik. oh iya, bentar, saya harus mengurus kamar inap untuk Nazril', suaranya terengah seperti sedang diburu kebahagiaan yang ingin menyerbu semua indera dan tiap organ raganya.
'oh OKe, saya temani. kau belum jawab, normal atau caesar..?',
'caesar, tapi semuanya baik" saja',
'ada siapa saja di sana..?',
'ada Ibu, Lilid dan Ibu Mertua. bentar ya', semua kalimat, dia ucapkan dengan penuh senyum dan tawa.

aku belum pernah memiliki anak. aku belum pernah tau bagaimana rasanya memiliki anak. tapi malam ini, kakakku memberi tauku hal itu. semuanya sangat jelas tampak dari wajahnya. aku tidak berhenti tersenyum melihat raut mukanya yang bahagia. aku seperti sedang terhipnotis, larut dalam kebahagian yang dia rasakan. ada gemuruh yang sedang berdengung di dadaku. seolah ingin muncul lewat mulut untuk aku teriakkan.

ternyata begitu. karena kesederhanaannya, bahagia bisa hadir dalam banyak bentuk. sama seperti saat aku diam" melihatmu. mata dan pandanganmu yang tajam dan meneduhkan. malam ini, bahagia itu datang dengan kehadiran satu lagi anggota keluarga ke sini, ke dunia yang harusnya damai ini. aku tidak bisa menyembunyikan bahagia itu saat kami masuk melewati lorong-lorong rumah sakit dan melihat bayi itu. kami dipisah kaca. bukan, aslinya, kami ada di luar ruangan tempat si bayi berada. sebagian keluarga kakak ipar juga datang, bercakap dan melihat si bayi dengan penuh rasa senang.

setelah semua obrolan dengan keluarga kakak ipar berakhir. diam" sambil berbisik aku bertanya padanya tentang nama bayinya.
'jangan bilang Kamu kaget dan hanya menyiapkan satu nama buat laki"',
'sudah ada. aku sudah punya nama. aku sudah siapkan dua nama sejak awal. hahahahaa..', lalu dia menggerakkan bibirnya, tanpa suara, menyebut satu nama. sepertinya nama ini masih dia rahasiakan, bahkan dari Mok Nap, bibiku, ibunya.

kebahagiaan itu juga yang membuat waktu terasa cepat. malam cepat berlalu dan semakin gelap. hujan yang turun lagi, sudah kembali reda. diantaranya, ada rasa kantuk yang tidak bisa aku bendung. ternyata sudah dini hari.

baru malam itu aku hadir saat kerabat atau temanku melahirkan. sesaat nanti, aku berharap juga bisa datang di momen serupa, momen saat istri Kak Aziz melahirkan anak keduanya..

0 komentar:

Posting Komentar