Siang Tadi..

Siang ini adalah siang yang aku rindukan. Mendung muncul. Menguntit diantara panas dan birunya langit. Samar" angin juga menyapu jalanan, menambah suasana rindang pohon karena dedaunannya. Aku tak berhenti bertanya dan bergumam, 'semoga semuanya baik" saja. jika ada yang buruk buatku, semoga baik buat yang lain'. Rute monoton ke masjid pun terasa sangat tuma'ninah siang ini.
Kehilangan memang menyedihkan, tapi sangat menyakitkan jika kehilangan tersebut melibatkan sesuatu yang selalu hadir di harimu. Perjalanan Dzuhur ini misalnya. Aku mungkin tidak sesedih kru On Air, News Room, She Radio dan Mb' Restu Indah saat Mas Yoyong, Om Aris dan Abah Rifi tidak lagi bersama Suara Surabaya Media. Bersama Om Iman, mereka bertiga adalah para Master Chef yang memenuhi daftar menu di Suara Surabaya. Perjalanan mereka bertiga ke masjid pun tidak selalu sama. Begitupun aku. Tapi, aku merindukan, tidak, aku kehilangan obrolan dengan mereka seusai Dzuhur digelar.
Om Yoyong sambil menungguku mengikat sepatu, sering melontarkan pertanyaan nyeleneh. 'Kid, kenapa Kamu jadi karyawan? Menulis bisa ngasilin banyak duit lho'. atau pernah pertanyaan horror 'Kid, apa idemu untuk SSTODAY jam 1 nanti? Temanya bla bla bla'. Abah Rifi lebih menakutkan. 'Cong, kapan pulang terakhir? Apa idemu buat Bangkalan?'. Semua pertanyaan itu memenuhi perjalanan pulang kami dengan jalan kaki, kecuali Mas Anton nyulik.
Perjalanan itu akan lebih semarak jika tiba" Mas Alim dan Mas Punjung nyaut seketika. Kadang membully saya, kadang nyerobot pertanyaan tadi dengan jawaban yang gak kalah nyeleneh. dan saya, sangat beruntung bisa ada di antara mereka, berjalan dengan orang" hebat yang suatu saat aku curi ilmunya. Tapi sebagian dari mereka sudah tidak di lingkungan, sebelum aku mencuri penuh ilmunya. Mudah saja menyebut mereka orang hebat. Karena mereka sangat sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam bertindak. Aku? masih jauh. mendekati pun tidak.
Mungkin ini yang membuatku merasakan nyaman suasana siang ini. Aku kembali berjalan dengan gerombolan ini, tapi tanpa mereka bertiga. Hanya ada Mas Alim, Mas Helix, Om Iman dan Mas Punjung. Tidak jelas yang kita bicarakan, tapi hangat. Setiap kalimat berakhir dengan tawa dan saling menuding, tapi hangat. Seolah angin yang menemani mendung tadi tak terasa. Semoga semuanya baik" saja.

0 komentar:

Posting Komentar