Sudah aku rasakan sejak lama. Waktu semakin menyempit dan hanya menyisakan cerita sesalku. Cerita-cerita keangkuhan kita. Cerita saat aku tak bisa ungkapkan kesuntukan malamku tanpa hadirmu. Saat itu..rasanya hanya ada obsesi yang bersembunyi di balik bukit cinta dan sayang. Walaupun aku sadar aku bukan manusia yang memiliki banyak obsesi untuk cinta.
Kini aku rasakan bahwa cintaku terlalu besar untuk mengalahkan semua kesehatan palsu itu. Jatuh pun aku masih disadarkan dengan sorot mata cinta yang memicing memalingkan kebenaran-kebenaran hidup. Aku harap tidak terlambat. Racun yang menyengatku benar-benar kuat. Aku bahkan merasakan kembali ambisi terbesarku karenanya. Sungguh menjalar melewati tiap darah yang mengalir di arteri.
Hai wanita yang manis senyumnya, apakah kau sadar telah memberikan aku kekuatan ini. Aku sudah tidak mungkin mundur lagi dari jalan hidupku. Bahkan tidak mungkin lagi aku menyesali jalan yang nantinya aku pilih. Terlalu banyak bunga yang aku temui, hanya kau yang menawarkan semerbak harum. Mendatangkan khayalan. Menghadirkan angin semilir angin laut. Kau tidak pernah memberikan inspirasi padaku, tapi kau sumber inspirasi itu.
Hei perempuan pemilik dagu indah, tak mudah menanamkan makna cinta dalam hening pikiranku. Tapi dengan keanggunan, kau ciptakan arti dunia dalam bingkai kasih sayangmu. Rasanya tak cukup secangkir kopi aku seruput hanya untuk membincangkan kehangatan cinta ini.
Tanganku gemetar ketika embun pagi tak lagi masuk melalui jendela kamarku menerobos hawa dingin kota ini. Saat itu adalah saat kau tak lagi bicara. Kau diam dan menyimpan kebencian padaku. Atau bukan. Tapi amarah yang kau bungkus dengan senyum. Lagi-lagi aku salah menafsirkan suasana. Kadang menyalahkan praksis hidupmu aku sesalkan. Karena hanya berakhir pada pertikaian dan menepikan rasa sayang dan cinta dari dalam dada kita.
Aku tidak butuh merayu. Aku bukan penganut romantisme saat menahan gejolak warna hitam putih merah hingga merobek dinding kelam masa lalu. Karena kau adalah wanita penuh dentuman lembut. Sudah aku lakukan, menghapus jejak-jejak cinta. Hanya ada kau dan cintamu kini. Dan aku harap sampai kita menutup mata.
Aku jatuh cinta, aku rasakan itu. Selalu terjadi dan tak pernah berkurang.
Selengkapnya...
Cerita Cinta : Keanggunanmu...
Langganan:
Postingan (Atom)