Setelah Kau Pergi Mi'..

hai Mi'.. aku sudah melihat banyak ironi selama hidup, yang paling menyakitkan adalah hari ini. di depanku saat ini, berkumpul kedua orangtuaku, semua sodara kandung dan sepupuku, bibi dan pamanku, semua anak dan cucumu, Mi'. mimpi dan keinginanmu, yang hanya bisa terjadi setiap Iedul fitri dan dulu sekali saat aku kecil. tapi ironisnya, momen ini terjadi saat yang punya mimpi sudah tiada, pergi dan tidak kembali. hai Mi' bagaimana kabarmu di sana..? di tempat lama sebelum Kamu lahir dan diciptakan. tempat yang nantinya Kau siapkan kita berkumpul lagi.

semuanya sekarang jadi mudah Mi'. mengumpulkan niat potong rambut pun jadi sangat mudah. aku tidak perlu lagi bertengkar dengan semua penyesalan dan gengsi yang mengakar di helai rambutku. aku sudah potong rambut berkali" setelah Kau tiada. iya Mi', setelah Kamu tiada. benar" tiada, tidak meninggalkan raga. berkumpul pun dengan keluarga besar ini sekarang jadi lebih mudah. ironisnya jutsru karena Kamu. karena Kamu yang sudah tiada ini, membuat kami lebih mudah berkumpul dan membuat lingkar hangat pertemuan. sayangnya, kami tidak tau bagaimana raut wajahmu saat melihat kami di sini, di Bumi. aku juga tidak tau bagaimana senyummu tersungging saat tau aku potong rambut, hal yang selalu Kau inginkan saat aku pulang ke rumah. katamu dan Ibu, aku lebih mirip orang gila daripada mahasiswa, daripada jurnalis atau semacamnya. bahkan Kau tidak ingin mengakuiku sebagai ustadz dan ketua persatuan santri karena rambut panjang ini. Kau lebih ingin aku rapi seperti Kak Aziz, Kak Hakim dan Kak Reza. biar adik"ku gak ikut"an. sekarang Mi', sekarang alasan"mu lebih mudah aku terima. dan aku, sekarang lebih mudah mengumpulkan niat untuk potong rambut.

ironi lainnya, penyesalan itu begitu dekat dengan kehilangan. aku, menyesal, saat kehilangan. lalu karena menyesal, aku menunda kehilangan, yang walaupun aku tau itu sia". saat aku potong rambut misalnya, ingin sekali aku lakukan agar Kau tersenyum saat aku pulang ke rumah. tapi itu sia", karena aku sudah kehilangan kesempatan itu, potensi melihat senyummu, yang sudah terkubur bersama ragamu. tapi aku, sekarang, tak pernah lagi menyesal potong rambut. bagaimanapun, niatku potong rambut hanya untuk melihat senyummu, meskipun sudah tidak mungkin lagi terjadi.

hari ini, sudah 100 hari Kau pergi. kami di sini mengirim tidak hanya Al-Fatihah, tapi 114 surat di dalam Al-Quran. iya Mi', kami khatmil Qur'an. aku dan Sinal pulang dengan sangat cepat meski terlambat. Sinal semalem masih harus kerja sampai malem. kata Ibu, hari ini juga bertepatan haul Kakek. Ibu cerita, sebelum Kau tiada, Kamu pengen sekali mengajak semua undangan buka bersama di haul Kakek, karena terjadi di bulan puasa. tapi ternyata, alasan buka bersama itu tidak hanya haul Kakek, tapi juga karena Kamu. hahahaha, jangan bilang aku terlalu sentimentil Mi'. hanya ini yang bisa aku tulis untuk kenangan. hanya ini yang bisa aku lakukan untuk mempertajam ingatan. dan menyulamnya dalam sajak kerinduan.

hari ini juga, sebulan yang lalu, aku ulang tahun Mi'.



16 Juni 2017
Selengkapnya...