Bertemu Kali..

sesampainya di Surabaya, saya masih mikir-mikir buat nulis cerita ini. karena akan terdengar norak, alay, dan lebay. tapi mengungkap kesenangan, apa salahnya..?!

Sabtu (3/8/2019) malem hari, adalah hari terakhir liburan saya di Jogja. dua list yang masih tersisa di catetan adalah ngopi di Warung Mojok dan Klinik Kopi. saya gak peduli makan-minuman apa yang akan saya beli di sana nanti, saya ingin experience-nya. ingin merasakan suasananya. warung yang sering dijadikan aktivitas banyak penulis mojok dan sang kepala suku, juga kedai kopi yang mengakomodir banyak petani kopi.

bersama teman menjelang petang, saya berangkat dari penginapan di Sosrowijayan Malioboro dengan GoCar. timingnya kurang tepat. jam segitu Kota Jogja macet di mana-mana. ditambah ini adalah malem minggu, malem yang membunuh semua jalur di Jogja, kata drivernya gitu. jauh dan mahalnya gak jadi soal, tapi lamanya kita berada di jalanan adalah hal yang disesalkan. karena waktu Magrib yang sebentar dan kami tertahan di jalan.

setelah sekitar 40 menit, kami sampai di Warung Mojok. driver kami memilih jalur Palagan, ketimbang Kaliurang yang macet. hanya dua meja yang terisi, berpenghuni masing-masing dua orang. kami pesan sekenanya. saya pesan Wedang Cabai, yang pernah dipromosikan Puthut Ea di twitter.

semua tampak biasa. ada toiletnya, saya buang air kecil di sana, biasa. ada mushallanya, saya shalat Magrib di sana, seneng karena jarang ada warung menyediakan mushalla, tapi masih biasa. semuanya tampak biasa, sampai pada akhirnya seorang perempuan datang bersama seorang anak dengan tas ransel AS Roma.

saya dan temen saya adalah pembaca mojok.co. nyeleneh, tapi lucu dan pemberi jeda dari mumetnya deadline. awalnya kami membaca mojok.co karena Puthut. cara dia menyampaikan gagasan sangat baik dalam tulisannya. dia menganalisa persoalan dalam tulisannya dengan nyaman, hingga akhirnya menyentuh kesimpulan yang seringkali masuk akal. darinya, lalu saya juga menyukai tulisan" di circle mojok.co seperti Arman Dhani, Dea Anugerah, Sabda Armandio, sampai Agus Mulyadi dan Kalis. tapi semalem, saya ndredeg. bukan karena ketemu nama-nama itu, tapi sosok yang sering diceritakan Puthut di tulisan"nya; Kali.

apa jadinya, atau, begimana perasaanmu, bertemu seseorang yang sebelumnya hanya Kau dengar cerita-ceritanya dalam tulisan..?! freeze..? salting, mungkin. tapi saya jauh lebih kikuk dari bertemu dan mewawancarai Sheila On 7 di backstage, Ivan Makhsara di festival literasi FMF 2018 lalu, dan Aan Mansyur di acara yang sama. ketiganya adalah beberapa idola yang akhirnya berhasil saya jumpai. tapi bertemu Kali ini kayak beda.

saya memang belum pernah bertemu Puthut Ea, paling ya ndredeg juga. tapi ketemu Kali kok bisa se-ndredeg ini. kami saling pandang dan ngobrol gak penting beneran 'masak itu Kali..?!' | 'kampret, iya bener itu Kali. itu ibunya, saya pernah liat' | 'gilak itu beneran Kali..?! anak kecil yang biasa kita baca ceritanya..?!'.

karena profesi, saya biasa bertemu dan mewawancarai orang terkenal di bidangnya. karena gak nge-fans, saya biasa aja. saya juga gak tau kenapa ketemu Kali kudu ndredeg begini. harusnya kan sama Puthut-nya. ah entahlah. males mikir. kami malah nyari cara saat itu gimana caranya bisa ngobrol atau foto lah sama Kali. mau izin, tapi ibunya sedang rekap laporan warung dengan salah satu pekerja warung. jadilah kami hanya mendiskusikan beberapa tulisan Puthut tentang Kali, baik yang ditulis di instagramnya, maupun di buku Dunia Kali.

sialan, kayak gak ada kerjaan di Warung Mojok ngomongin Kali dan jalan pikirannya di tempat yang ada orangnya. Kali duduk terpisah dua meja dari kami, dengan tab di tangan dan matanya gak bergeser memandanginya dengan sesekali tertawa. sedangkan ibunya, duduk tepat di belakang meja kami. saya gak yakin ibunya dengar obrolan kami, karena pembicaraan tentang Kali ini sangat pelan dan ibunya ngobrol serius.

sampai jam lapan malem, kami masih membicarakan Kali dan betapa senangnya menjumpainya. akhirnya, kami memutuskan untuk mengakhiri ketidakjelasan ini dengan pergi dari warung. masih dengan peci haji warna kecoklatan, Kali masih sibuk dengan tab-nya. kami ngloyor dan sengaja lewat di celah mejanya lalu menyapa.

'halo, Kali', Kali menoleh dan menjawab 'halo, Om'.
Selengkapnya...