Arabika Dlundung; Silaturahmi dalam Secangkir Kopi

Apa yang membuatmu sangat antusias untuk satu cangkir kopi..? Jawabanmu bisa beragam dan tak hanya satu. Tapi bagi yang hobi ngopi, berbagi nikmat yang pernah dirasakan adalah ketertarikan terbesar pada kopi. Nikmat itu kadang tidak selalu hadir dalam rasa pahitnya, tapi juga kebersamaan yang menyertainya, tawa yang membungkusnya atau silaturahmi yang diperjuangkan.

Sore itu akhir pekan lalu, dalam suasana Syawal, aku bersama Rohman seorang teman bersilaturahmi ke Mahfud Halimi, kakak kelas di pesantren yang buka kedai kopi di Mojokerto. Berbekal akun facebook, instagram dan nekat, kami berangkat mencari kedai ini. Kami agak susah menghubunginya, karena saat di pesantren hampir tidak pernah berkomunikasi dengannya. Kami hanya tau kalau perjalanan ini tidak akan mudah. Patokannya adalah Bypass Mojokerto, selebihnya kami serahkan pada Tuhan dan indera lain yang sudah terlatih.

Selengkapnya...

Sapamu yang Keras..

Malam ini Kamu datang dengan semuanya. Bersama angin kencang, tetabuhan yang menggetarkan langit, suara merdu saat Kau turun dan genangan yang Kau tinggalkan. dan Kau membuatku mendekam lebih lama di kantor.
Selengkapnya...

Membuat Pengakuan..

Hai Hujan..
Kemarin malam aku sangat ingin bertemu denganmu. Aku menunggumu sejak siang, tapi melewatkanmu saat petang. Padahal aku sangat ini ingin bertemu denganmu. Lalu semuanya menjadi sangat syahdu. Seperti yang Kau tau. Setelah sesuatu pergi, Kau akan lebih menghargainya dibanding saat Kau bersamanya. Musim-mu yang sudah berakhir, membuat aku lebih merindukanmu saat turun mendadak.
Selengkapnya...

Setelah Enam Hari..

Cara terbaik kecewa adalah dengan berharap terlalu tinggi. Ali bin Abi Thalib alaihis salam pernah mengatakannya. Sayyidina Ali melajutkan, dan yang paling menyakitkan adalah berharap pada manusia. Seringkali aku menjadi objek tersebut. Beberapa orang pernah menaruh harap padaku, menitipkannya, sampai aku kehilangan keseimbangan mengembannya. Seringkali titipan itu berakhir dengan kekecewaan. Bapak Ibuku adalah dua diantaranya. Keduanya sangat kecewa saat aku enggan lulus tepat waktu seperti yang diinginkan almarhum Abah Mahin dan Kak Hakim. Bahkan sampai saat ini, aku belum meminta maaf atas itu.

Bapak Ibuku ingin aku tinggal lebih lama libur lebaran ini. Sulit menjelaskan  kalau sebenarnya liburan kali aku malah mendapat hari yang banyak bertemu dengan keduanya.
Selengkapnya...

Hari Keenam; Harga Pertemuan..

Hariku dimulai dengan Cengkarok; makanan khas Sepulu yang mungkin gak akan Kau sukai saat tau cara membuatnya. Jadi, nasi basi dijemur sampai bener" kering. Direndam lama dalam air sampai lembut lalu dikukus jadi nasi lagi. Disantap dengan parutan kelapa dan ikan asin, lebih enak ikan asinnya kering.
Selengkapnya...

Hari Kelima; Pulang Mengenang..

Lebaran, Iedul Fitri 1437 Hijriah. Banyak yang mengartikannya sebagai hari kemenangan dan hari kembali suci. Artikel dan opini tentang arti yang salah kaprah ini bertebaran di mana", di media" baik harian dan online. Aku membacanya dan mencatatnya dengan hikmad meski salah. Aku membacanya dan meniru cara menyampaikan gagasannya meski salah. dan aku mengumpulkan artikel dan opini" itu meski salah.

Selamat Lebaran. Aku tidak peduli meski banyak masyarakat salah mengartikan Iedul Fitri. Aku berlebaran di rumah yang juga tidak peduli opini" itu.
Selengkapnya...

Hari Keempat; Malam Lebaran..

Tidak ada muslim Sepulu yang ingin melewatkan malam Iedul Fitri. Tidak ada. Sebagian besar dari kami adalah perantauan. Jika ada moment paling tepat untuk mudik, itu adalah malam ini, malam lebaran Iedul Fitri. Malam lebaran terbuat dari menang, rindu dan rumah. Tidak ada yang tidak tergiur dengan komposisi ketiganya. Aku pernah melewatkannya sekali karena kerja, selanjutnya aku berjuang untuk itu.

Malam ini Supernova kecuali Kak Reza, Lilid dan Iin semuanya ada di rumah. Setelah silaturahmi ke masing keluarga lainnya dan bayar zakat fitrah, kami segera duduk di depan teras rumah. Karena ngerokok, Bapak juga akhirnya keluar dan duduk depan teras. Ibu juga keluar membuat beberapa minuman dan menyediakan kue-kue kering menemani kami ngobrol. Waktu sudah hampir masuk tengah malam.
Selengkapnya...

Hari Keempat; Batas Menjelang Malam Lebaran..

Batas itu ada. Batas yang memisahkan aku dan kamu sebelum menjadikan kita. Batas seringkali memicu perseteruan antara Indonesia dan Malaysia di ujung Ambalat. Batas pula yang memadati ruang pengetahuan kita dan menimbulkan banyak salah kaprah pada pemberitaan ledakan di Madinah dini hari tadi. Bahwa ledakan itu terjadi di pintu Masjid Nabawi, bahwa ledakan itu dekat dengan makam Muhammad SAW dan membuat masyarakat Madinah panik. Itulah batas kita, yang digunakan media massa untuk saling membenci.
Selengkapnya...

Hari Ketiga; Sakit..

Nurul tumbang. Sakit, mual dan akhirnya membatalkan puasa. Aku ikut andil dalam sakitnya. Nurul mengeluh mual setelah sekitar 60km duduk di belakang sepeda motor yang aku kendarai pagi-siang tadi. Aku semakin merasa bersalah karena Nurul memilih membatalkan puasa dengan secangkir air dan roti Holland yang ada di kulkas sejak kemarin. Nurul langsung muntah setelah menelan potong roti terakhir. Akhirnya Nurul harus istirahat dan tak bisa lagi maen bulutangkis bersama Zein dan Zainal sore tadi.

Nurul juga akhirnya tidak menunaikan ibadah shalat taraweh terakhir Ramadhan kali ini. Dia melewatkannya. Nurul melewatkannya karena harus istirahat dengan nyaman di kamar.
Selengkapnya...

Hari Kedua; Kualitas Pertemuan..

Bagiku, setiap momen dengan orang disayang, tak boleh dilewatkan semenit pun. Karenanya, lebih cepat lebih baik. Semakin lama juga semakin bagus. Sebentar pun, kudu berkualitas. Karenanya, aku tak ingin meninggalkan rumah sebentar apapun.

Hari ini sudah mulai banyak yang tau kepulanganku. Hapeku penuh tak hanya di inbox sms dan chat, tapi juga ditag di media sosial. Ajakan berbuka puasa dan diskusi lebih banyak mendominasi.
Selengkapnya...

Hari Pertama; Zein..

Ibu langsung menceritakan banyak hal padaku setibanya di rumah. Cerita paling menarik bagiku adalah banyak orang membicarakan Zein yang tidak naik kelas. Pihak sekolah menemui Ibu dan memberitau kondisi Zein di sekolah, semua skill yang bisa dilakukannya dan apa yang tidak bisa dilakukannya. Zein dipertimbangkan untuk tidak naik kelas untuk yang terakhir, untuk hal yang tidak bisa dia kuasai; bernalar, menjawab pertanyaan ujian. Saat mendengar cerita ini, aku sedih bukan kepalang. Karena semua orang yang membicarakan Zein juga menyeret nama baik keluarga dan aku, merasa bertanggungjawab atas kesedihan Zein.
Selengkapnya...

Kronologi..

Setahun lalu sadar atau tidak, aku menyukai dan mulai mendekatimu sampai sekarang. Kemudian aku menemukan risalah yang sampai saat ini tak bisa aku pahami, diam" aku gundah dengan banyak cemburu yang hadir. Tak ada yang terjadi, karena aku menemukan senyum mu merekah dengan keberadaan raga lain. Cemburuku tertata dan aku mulai membiasakannya, karena aku senang melihatmu tersenyum.
Selengkapnya...