TIME II; Resolusi 2011..

Akhir 2010 sudah di depan mata. Banyak cerita yang kita tinggalkan sebagai kenangan. Sebagian kita teruskan menjadi harapan di tahun mendatang. Tak jarang ada yang memposisikan cerita tersebut sebagai cermin melangkah. Bahkan ada yang menjadikannya sebagi tujuan di tahun 2011.
Menuliskannya bisa berarti beda. Ada sebuah motivasi yang berarti dengan mengakomodir semuanya dalam sebuah lembar ingatan untuk dibaca. Terdapat sebuah pengharapan besar dengan menggoreskannya pada ruang-ruang behavioral. Sehingga tak hanya berbentuk luapan imaji, tapi menjadikannya sebagai goal orientation.
Akupun juga demikian. Kegagalan pencapaian di tahun 2010 semakin membuat penasaran yang telah lama bersarang dalam diri ingin segera menyembul keluar. Motivasi yang berlebih tak hanya sebatas mampir di ubun-ubun, tapi harus aku jadikan resolusi. Tentunya dengan expectation yang luar biasa besar untuk menjadikannya nyata. Tujuh resolusi istimewaku telah aku sematkan di tahun 2011. Sebagian adalah turunan yang belum tercapai di 2010, lainnya merupakan kesengajaan yang aku siapkan untuk 2011. Semoga..

1.Selalu Membuat Rara Tersenyum.
Dia adalah bingkisan tuhan-ku, rumput liar-ku yang membuat hari-hariku terlihat hijau. Di setiap hari yang aku punya, dialah lagu yang tak akan pernah terlewatkan. Menerangi jiwa yang selalu diliputi ketakutan. Mencengkram gelisah dan membuang resah ke dasar laut bersama the Kraken.Rasanya tak cukup secangkir kopi aku seruput hanya untuk membincangkan kehangatan cinta ini.
2010. Terlalu lama dan sering aku letihkan hari-hari dan batinnya. Bahkan, aku merenggut semua waktunya hanya untukku. Bisa dibilang aku mengacaukan hidupnya. Setahun yang sangat membuatku gila. Gila akan semua sentuhannya. Tiap gerak kecilnya, meledakkan hatiku. Seakan tak percaya sentuhannya adalah nyata. Tapi aku rusak semuanya dengan ego-ku. Sudah terlalu banyak kekecewaan yang aku buat. Bahkan aku tak bisa memperbaikinya dengan semua kesempatan yang telah diberi.
2011. Aku ingin merubah semuanya. Aku akan mengimbangimu. Mengimbangi semua perilaku Brilliant-mu padaku. Akan aku ratakan ego-ku yang tinggi dan kadang tak terkendali. Dan membuatmu nyaman. Janjiku seumur hidup.

2.Produktif Menulis.
Aktifitas gila sejak kecil. Aku benturkan harapanku di sini. Semuanya. Untuk orang-orang yang selalu membanggakan aku. Orang” yang selalu meneriakkan namaku. Orang” yang selalu percaya bahwa bakat dan potensi itu ada. Saatnya memberikan feedback tak hanya dengan bualan. Lihatlah.. dan Rasakan semerbak harum tulisan”ku.
2010. Sering terbuai dengan pujian, membuat aku malas menghidupkan kembali nama penaku. Terlalu jumawa dengan julukan “penulis” sejak kecil, menggiring kesombongan tersemat dalam diri. Bahkan meremehkan hidup pernah aku lakukan karena percaya diri ini. Memang sudah banyak karya yang aku telurkan di beberapa media. Tapi itu tak cukup bagiku dengan kondisi seperti sekarang.
2011. Tak peduli tulisan”ku nantinya akan diletakkan di mana pun oleh orang”, aku tak akan berhenti menulis. Sepanjang dia masih di bumi, motivasi ini tak akan pernah redup. Target besarnya, Bikin Buku; Antologi Cerpen.

3.Indeks Prestasi Lebih Baik.
Sebagian orang melihat angka” adalah parameter keberhasilan. Neraca yang kadang dijunjung tinggi. Tidak salah, tapi tak sepenuhnya benar. Namun aku sadar, aku tak hidup sendirian. Aku hidup dengan orang” yang menjadikan nominal dalam selembar kertas warna biru itu penting. Sangat penting malah. Apalagi mereka adalah orang” yang ada di balik prosesi kehidupanku. Jadi, aku harus berbenah untuk itu. Memperbaikinya.
2010. Setahun ini aku disibukkan dengan organisasi ekstra dan intra. Bagus. Tapi dengan manis dia mengingatkanku bahwa tanggungjawab akademis hanya aku yang punya, orang lain tak memiliki tanggungjawab serupa. Aku sempat mendapatkan 18 sks karena keteledoran ini. Terlalu menyibukkan diri di lembaga intra kampus. Dan aku bahkan tak pedulikan yang lain.
2011. Aku ingin akhiri kemesraanku dengan lembaga intra. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah membuat Indeks Prestasi itu jauh membungbung tinggi.

4.Berhenti Merokok.

Hehe.. Tak ada yang mengira hal ini. Aku bukan perokok. Tapi terkadang aku bergelut dengan Tuhan Sembilan Senti itu dalam menghadapi masalah. Memang itu negative. Aku sadari itu. Dengan kesadaran yang utuh. Tapi sungguh, aku bisa merasakan ketenangan dalam setiap hisapan saat aku harus menghadapi masalah”. Sungguh. Bahkan setelah itu aku mendapatkan solusi jempolan untuk setiap masalah. Yo opo iki..??
2010. Di atas kesadaran itu aku lupa satu hal, betapa bahaya-nya rokok. Ancaman impoten, ginjal rusak dan jantung berkerut ada dalam sebatang rokok. Kenapa aku bisa melupakan itu. Rumput Liar, maafkan aku tak mengindahkan perhatianmu. Walaupun kadang semua solusi masalah kita aku temui dalam barang kurus itu. Hmm..
2011. Terlalu menyiksa untuk membuangmu. Tapi aku harus. Demi sesuatu yang lebih berharga. Good Bye Cigarettes..!!

5.Memiliki Lebih Banyak Relasi Media.
Ini penting bagiku. Sangat penting. Karena kehidupanku akan berkutat di sekitar media. Relasi akan membuat kehidupanku lebih terarah. Setidaknya pilihan untuk menentukan langkah lebih beragam. Melihat kegiatan menulisku hanya aku salurkan pada blog sebagai katarsis. Menyenangkan. Tapi akan lebih baik jika ide-ide dan gagasan itu menghasilkan keterikatan harmonis dengan menghasilkan rekanan berkesinambungan.
2010. Kepercayaan dari beberapa media telah aku dapatkan. Respon positif dari awak-nya memudahkanku menjejakkan kaki. Tapi usahaku untuk menjaga intensitas masih mengecewakan. Hubunganku dengan media terlalu riskan untuk pecah. Bakalan berantakan jika itu terjadi.
2011. Memperbanyak relasi adalah jalan strategis mengatur ritme permainan nasib. Tentunya ini juga akan berdampak pada praksis hidupku.

6.Menabung.
Pekerjaan yang sulit. Mengingat kebutuhan (das sollen) yang aku miliki bertubrukan dengan budget (das sein) yang aku punya tiap periodenya. Tapi betapa pun sulitnya, harus dengan tajam aku tusukkan keinginan itu di kepalaku. Sehingga semua kebutuhan yang harusnya terpenuhi tak bikin pusing ketika akhir bulan tiba. Sepertinya untuk yang satu ini perlu latihan yang intens.
2010. The Power of Kepepet benar” sering aku terapkan dalam hidupku. Jitu dan sangat efektif. Tapi aku harus menghentikan itu. Harus ada investasi yang disiapkan sebelum lebih dalam lagi menggali lubang. Investasi dalam bisnis salah satu jalan yang dipilih, yang lain dalam bentuk rekening.
2011. Tak ada pilihan lain. Menabung lah..!!

7.Rekontruksi Panoptisme Tubuh.
Haha.. Sengaja pake bahasa lebay. Malu. Ya, ini resolusi yang harus tercapai. Wajib wez hukumnya. Ada seseorang dan sesuatu yang memotivasi. Tak banyak kalimat yang bisa aku untai di sini. Langsung action.
2010. Sudah terlalu banyak orang yang menyematkan julukan imut dan lucu. Bukan tidak senang, tapi kurang relevan dengan status kepala dua yang sedang aku sandang kini.
2011. Banyak jalan untuk mencapainya. Just do it..!!

Telah aku susun tujuh resolusi 2011-ku dengan ambisi yang bersemayam di baliknya; fahrul walidayya. Namun tetap, semua motivasi tercapainya bermuara dalam cengkraman irrasional madu mohabbat-ku pada Sang Samurai.
Wish Me Luck.. Amien.. Selengkapnya...

Cerita Cinta : Hanya Kamu..

Secara teori aku tidak tau cinta itu apa. Aku bahkan tak pernah tau apa definisi pasti dari cinta. Semua orang mebicarakannya. Semua orang seakan-akan tau apa makna dari cinta, tapi tak dapat memberikan esensi cinta.
Sepekan ini aku merasakan sesuatu yang berbeda mengenainya. Aku hanya selalu ingin melihat dia yang aku cintai tertawa. Membuatnya bahagia adalah pencapaian tersendiri bagiku. Setiap saat aku hanya inginkan kebahagiaannya. Melihat senyum yang tak akan henti Ia sunggingkan di bibirnya. Keberadaanku serasa tercipta hanya untuk melengkapi kehidupannya. Kehidupan yang sudah lama Ia cari. Lari dari bayang-bayang cinta yang pernah menyakiti hati. Mengejar mimpi-mimpinya. Cita-citanya adalah ambisi yang harus aku gambarkan dalam setiap lembar nafasku. Aku ingin dia bahagia.
Kau adalah surgaku, tempat pertemuan cintaku yang terakhir. Kau adalah doaku, kesenangan bagi jiwaku. Kau adalah ketenangan yang aku cari. Kau ada dalam setiap denyut nadiku. Bahkan aku tak pernah sempat melupakan namamu dalam setiap doa yang aku panjatkan. Tak ada yang lainnya yang aku tahu, kecuali bahwa aku melihat bingkisan tuhan-ku dalam dirimu.
Begitu jauh, dan kini aku tak berdaya. Tapi selalu aku sentuh dirimu dengan tatapanku. Aromamu. Kata-katamu. Aku dalam surga yang membingungkan. Kau bagaikan cahaya dalam hatiku. Kau adalah harta karun yang tak pernah terpisahkan. Bahkan harum-mu selalu aku rasakan di semua ruang gerak aktifitasku. Tak ada yang lainnya yang aku tahu, kecuali bahwa aku melihat bingkisan tuhan-ku dalam dirimu.
Dengan senyum manis dan dagu mungil itu, membuatku selalu merindukanmu. Bayanganmu menggoda dengan sentuhannya. Saat kau pergi, tersenyum tersipu-sipu. Bahkan malaikatku tak pernah meminta sebanyak itu. Kau yang bersinar. Sinarku yang agung. Tak ada yang lainnya yang aku tahu, kecuali bahwa aku melihat bingkisan tuhan-ku dalam dirimu.
Aku tak berdaya, kecuali berlutut di hadapanmu. Entah harus bagaimana. Yang Aku ingat hanya senyum itu.. Selengkapnya...

Cerita Cinta : Merindukanmu..

Bagaimana hari”mu Sayang..?!?
Hmm..Tak pernah terpikir ada order seperti ini dalam hubungan kita..
Hariku abu” bahkan cenderung menghitam tanpamu dua hari ini. Aku tidak pernah main” ketika aku katakan aku rapuh tanpamu. Mungkin tak selalu kau indahkan itu. Tapi ini benar aku rasakan sampai ‘rapuh’ itu ke mimpi. Haruskan aku katakana itu terus menerus saat kau tak di sampingku..??
Seperti biasa, hari”ku disibukkan dengan berbagai macam persoalan seputar LK 1 2010. Acara dengan aku sebagai sekretaris. Posisi penting, urgen dan bias dibilang penting. Oleh karenanya ada semacam belenggu praksis hidupku sepanjang tiga minggu ini.
Aku masih bisa merasakan senyum pagi hari. Tapi itu untukmu. Aku awali hariku itu dengan mendoakanmu agar kau selalu sehat dan bahagia di sana. Sebelum kau melupakan aku lebih jauh, dan sebelum kau meninggalkan aku lebih jauh.
Walaupun ini hanya sementara, tapi ini sangat menyiksa. Aku tak tau apakah kau juga merasa demikian. Aku hanya tau bahwa kau memiliki rencana yang tak kau sampaikan ke aku.
Semalam temenku merayakan oeltah. Kita makan” di emperan Soekarno Hatta. Bercengkrama sambil melepas rindu. Menceritakan hari” yang kita lewati dengan jenaka. Kadang sesekali menyindir salah satu yang lain dan diakhiri dengan tertawa terbahak”. Dan berbincang dengan temenQ yang kini telah berubah. Lebih terbuka mindset dan memiliki sensitifitas pada peristiwa sekitar. Waw..!! Tapi sayang, aku tidak menyimak sepenuhnya. Wajahmu selalu di hati. Bahkan melayang” di kepala.
Hari ini pun aku disibukkan dengan praksis akademisiku. Presentasi di kelas. Wawancara dengan Ketua Kajur HI dan Kesos. Tapi tak pernah tersingkir wajahmu di hati oleh buku” yang aku baca dan bolpen yang aku goreskan di kertas untuk presentasi serta wawancara.
Sore ini aku dikejutkan dengan keadaan dua wanita dekatku. Nia dan Ndoet. Aku senang dengan Nia. Karena dia bisa bercerita panjang lebar dan terbuka walaupun kita berbeda bendera. Tapi Ndoet tidak. Aku melihat ada sesuatu yang dia sembunyikan dan tak mau semua orang termasuk aku tau. Kau harus dekati dia Sayang. Ada semacam klimaks yang Ia hadapi dengan pasangannya. aku ingin sekali masuk dalam hubungan mereka. Menyelesaikan dan berbicara dengan nyaman. Tapi ada rasa yang tak biasa ketika aku harus dihadapkan pada kenyataan ‘siapa aku..?’ dan ‘apa urusanku..?’. Dia pergi Sayang. Ndoet pergi meninggalkan kita tanpa memberi tau tempat yang Ia tuju. Atau jangan” dia juga tidak tau tempat yang Ia tuju. Hanya sebuah pesan yang menyulut keprihatinanku yang Ia kirimkan padaku. Semoga dia baik” saja. Kau harus mendoakannya juga Sayang..
Hmm..Benar aku dipayungi warna hijau di sini. Tapi hijauku memudar. Aku butuh hijaumu Rumput LiaRKu.. Selengkapnya...

Cerita Cinta : Senyummu Hanya Untukku Kan..?!?

Pagi ini bandul cintaku kembali bergelayut. Jari-jari yang biasa menggerakkannya kali ini terlihat gemetaran memulainya. Kekhawatiran mendekap hatinya. Nemun masih berharap ada ketangguhan yang tersisa sehingga gerah bisa tergantikan sumringah.
Bandul cintaku masih bergerak. Senyum yang biasa menyertai pergerakannya kali ini memilih mendekam bersama gemertak gigi. Gelisah menyelimuti kesendiriannya. Seraya menggempalkan tangan, memohon kali ini saja. Ya, hanya kali ini saja.
Bandul cintaku melamban. Artinya beberapa detik lagi aku akan menjumpainya berhenti bergerak. Bahkan aku tak bisa menghentikan pikiran buram ini. Tidak ingin menikmati khawatir ini. Gelisah yang sangat memilukan jika terus bersarang. Duduk pun terasa berat.
Akhirnya bandul cintaku berhenti. Di tengah ruang diantara dua besi putih yang mengapitnya. Aku menghentikan gelisah ini. Khawatirku telah pergi. Sumringah menggantikan gerah. Dan tersadar ketika senyumnya masih berputar mengorbit di hatiku.
Langkahkan kakimu SayanGKu. Senyumlah untuk semua orang, tapi hatimu jangan.
Ini bukan tentang percaya atau tidak. Aku sangat mempercayaimu. Tapi akan ada kekhawatiran jika kau dinakali Adam-Adam yang lain. Akan ada gelisah yang hebat jika racun rayuan menyembur darinya dan dilontarkan padamu. Gerah hatiku ketika kau menyampaikan ada seseorang yang berlaku kurang baik padamu.
SayanGKu, buatlah aku tersenyum. . Selengkapnya...

Cerita Cinta : Keanggunanmu...

Sudah aku rasakan sejak lama. Waktu semakin menyempit dan hanya menyisakan cerita sesalku. Cerita-cerita keangkuhan kita. Cerita saat aku tak bisa ungkapkan kesuntukan malamku tanpa hadirmu. Saat itu..rasanya hanya ada obsesi yang bersembunyi di balik bukit cinta dan sayang. Walaupun aku sadar aku bukan manusia yang memiliki banyak obsesi untuk cinta.
Kini aku rasakan bahwa cintaku terlalu besar untuk mengalahkan semua kesehatan palsu itu. Jatuh pun aku masih disadarkan dengan sorot mata cinta yang memicing memalingkan kebenaran-kebenaran hidup. Aku harap tidak terlambat. Racun yang menyengatku benar-benar kuat. Aku bahkan merasakan kembali ambisi terbesarku karenanya. Sungguh menjalar melewati tiap darah yang mengalir di arteri.
Hai wanita yang manis senyumnya, apakah kau sadar telah memberikan aku kekuatan ini. Aku sudah tidak mungkin mundur lagi dari jalan hidupku. Bahkan tidak mungkin lagi aku menyesali jalan yang nantinya aku pilih. Terlalu banyak bunga yang aku temui, hanya kau yang menawarkan semerbak harum. Mendatangkan khayalan. Menghadirkan angin semilir angin laut. Kau tidak pernah memberikan inspirasi padaku, tapi kau sumber inspirasi itu.
Hei perempuan pemilik dagu indah, tak mudah menanamkan makna cinta dalam hening pikiranku. Tapi dengan keanggunan, kau ciptakan arti dunia dalam bingkai kasih sayangmu. Rasanya tak cukup secangkir kopi aku seruput hanya untuk membincangkan kehangatan cinta ini.
Tanganku gemetar ketika embun pagi tak lagi masuk melalui jendela kamarku menerobos hawa dingin kota ini. Saat itu adalah saat kau tak lagi bicara. Kau diam dan menyimpan kebencian padaku. Atau bukan. Tapi amarah yang kau bungkus dengan senyum. Lagi-lagi aku salah menafsirkan suasana. Kadang menyalahkan praksis hidupmu aku sesalkan. Karena hanya berakhir pada pertikaian dan menepikan rasa sayang dan cinta dari dalam dada kita.
Aku tidak butuh merayu. Aku bukan penganut romantisme saat menahan gejolak warna hitam putih merah hingga merobek dinding kelam masa lalu. Karena kau adalah wanita penuh dentuman lembut. Sudah aku lakukan, menghapus jejak-jejak cinta. Hanya ada kau dan cintamu kini. Dan aku harap sampai kita menutup mata.
Aku jatuh cinta, aku rasakan itu. Selalu terjadi dan tak pernah berkurang. Selengkapnya...

TIME I : Takdirku..

Aku selalu percaya takdir..
Entah dari mana si Manis itu dapatkan kata” bijak ini, tapi kini benar” aku rasakan bahwa kita hidup dengan orang laen..dan kadang jalan hidup kita dipengaruhi orang” di sekitar kita itu..bukan merasakan pasrah, karena memang itulah keadaan..
Ketika aku meyakini bahwa kehidupan pendidikanku akan aku habiskan di kota Gudeg tempat Duta, Eross, Anton, Adam, Sakti dan Brian berada saat SMP SMA dulu, aku malah terdampar di kota Apel ini..dan itu dengan proses panjang yang mengejutkanku..
Saat ini ketika aku yakin bahwa aku benar” menemukan cinta yang sangat hangat dan mampu mencairkan kebekuanku pada wanita, aku malah terjerat pada kenyataan bahwa ada orang” yang tersakiti dengan perasaan ini..yang mengharuskan aku membuangnya..
Dan ketika aku selalu bermimpi untuk menjadi yang aku inginkan dengan semua yang aku miliki, aku masih tersandung dengan kengkuhanku untuk menepikan mimpi itu..

Bodoh..!! JIka benar ini takdir, akan aku jalani..
Tapi kenapa aku yang selalu percaya dengan segala ketetapan Tuhan ini, ingin memberontak..mengkudeta bahkan ada keyakinan bahwa aku bisa mengubah takdir ini.. Selengkapnya...

Cerita Cinta IV; Daaaaaaddddd...


Hari ini aku harus berjibaku dengan rasa rinduku pada seseorang. Seseorang yang sudah terbiasa bersamaku walaupun aku tak dekat dengannya. Seseorang dengan perhatian lebih padaku walaupun tak pernah Ia ungkapkan. Seseorang yang telah menjadikan aku besar dengan usahanya. Seseorang yang telah memaksaku lahir ke dunia dengan keadaan busuk ini, Ayah.
Liburan di rumah sangat asing bagiku tanpa medengar senandungmu. Nyanyian dangdut yang biasa Kau lantunkan untuk menhibur dirimu sendiri tanpa sadar juga memberikan hiburan bagi orang-orang di sekelilingmu. Aku juga merasakannya. Terhibur. Sungguh. Mungkin karena suaramu juga yang bagus. Jujur.
Liburan kali ini juga sangat aneh tanpa sesekali tertawa karena lelucon-lelucon yang biasa Kau lontarkan. Sungguh sangat lucu bahkan menggelikan. Walaupun kadang tak jarang ada yang tersinggung dengan lelucon itu. Mungkin karena memang lelucon yang Kau lontarkan memang ditujukan pada seseorang. Tapi memang lucu.
Rumah yang biasa dipimpinmu kini harus Kau tinggalkan. Rasanya alasan mencari nafkah yang lebih gede masih tak bisa kuterima. Entah kenapa seakan banyak alasan untuk tak menerimanya. Aku harus terpaksa dan berharap ini memang yang terbaik yang dipilihkan Tuhan buatmu. Tapi tetap aku tak bisa menerimanya.
Tak habis pikir olehku, aku harus berada di rumah kurang lebih dua puluh hari di liburan semester kali ini tanpamu. Tanpa kehangatan yang biasa Kau hadirkan di rumah. Kehangatan yang hanya bisa keluarga kita rasakan dengan kehadiranmu. Bukan tanpa alasan, tapi cukup aku ingin merasakan.
Adikku yang paling kecil rasanya akan sangat terbiasa dengan keadaan ini. Keadaan tanpamu Ayah. Memang umurnya masih sebelas bulan, tapi kini tuh bocah sekarang sudah bisa mengelilingi ruang tamu dengan usahanya sendiri. Tentunya proses itu yang ingin dilihat oleh semua ayah di dunia ini, melihat anaknya tumbuh, berkembang, beranjak gede. Termasuk Kau kan Yah..?
Tapi entah bukan karena meragukan kepemilikan perasaan itu atau tidak, 2 hari terakhir ini Kau selalu menanyakan kabar si kecil. Mulai tentang bagaimana perkembangannya, sudah tidur atau belum atau sekedar ingin menyapa. Kontan, dengan pertanyaan yang terucap bertubi-tubi itu pada Ibuku, anakmu (Nurul) yang lain iri. Kadang, dengan perasaan berkecamuk Nurul membalas pesan-pesan dari Ayah yang memenuhi inbox Hp ibu dengan pernyataan-pernyataan menusuk tanpa basa-basi. “Ayah nggak rindu aku ya..? Yang ayah rindukan hanya adik aja ya..?” Bahkan karena seringnya peristiwa ini terjadi, Ibu, mbak dan nenek yang tau hal ini ketawa dan terpingkal konyol melihat tingkah Nurul. hahahaha..
Huufft..Ayah. Itu ulahmu. Kau masih saja bisa membuat ketawa tanpa kehadiranmu. Menggelikan.
Yang sering aku hadapi adalah pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman sejawat dan sepermainanku yang sudah terbiasa dengan adanya Ayah di rumah. Sering kami mengingat tingkah-tingkah Ayah yang sering membantu kami menghidupkan suasana ketika kami berkumpul untuk rencana-rencana nakal kami atau hanya sekedar menemani kami ngobrol. Disitu ada kebanggaan akanmu yang muncul dalam diriku. Hahaha..aku tak tau entah kenapa.
Hhmm..yang jelas, aku bakalan sangat merindukanmu Ayah. Mungkin bukan aku saja, yang lain juga merindukanmu. Tapi kau harus tau bahwa aku selalu mengejar mimpi-mimpiku untukmu. Dan sekarang semakin jelas apa yang aku impikan dan tujuanku meraihnya.
Ayah, baik-baik di sana..!! Selengkapnya...

Cerita Cinta III; dad..


Pagi hari kemaren menjadi moment yang sangat hangat di tengah dinginnya cuaca kota Malang bagiku. Kekuatan yang jarang aku dapatkan dengan seseorang yang sangat menyayangiku walaupun tak pernah Ia ungkapkan. Aku akan sangat merindukannya. Merindukan setiap amarahnya. Setiap perlakuannya yang aku anggap sebagai sikap memimpin. Dad, You Are My Hero.
Bahagia adalah keinginan akhir dari semua tujuan manusia di bumi ini. Diakui ataupun tidak, hal itu tak bisa di pungkiri. Bagi orang tua, konsep bahagia mungkin akan berbeda-beda satu sama lainnya. Tapi satu yang pasti, mereka ingin melihat anaknya sukses. Kurasa itu impian setiap orang tua, aku khususkan pada seorang ayah (kali ini bingkisan buatnya). Tidak ada ayah yang tak menginginkan hal itu.
Dalam ilmu sosial, dua hal yang diyakini bahwa manusia hanya memiliki dua karakter. Baik dan jahat. Walau begitu, tidak ada yang benar-benar baik dan tak ada yang benar-benar jahat. Begitu juga dengan orang-orang yang berada di belakang kita dari awal, keluarga. Walaupun ada kisah ayah yang apatis terhadap anaknya, tidak mendukung prestasi anaknya, tidak sejalan, bahkan cenderung menepikan keinginan-keinginan anaknya yang sejatinya untuk membanggakan; sadarilah tidak ada keadaan yang benar-benar busuk semacam itu. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia menginginkan anaknya sukses. Dia hanya ingin tujuan di setiap geraknya banting tulang mencari nafkah terealisasikan dengan melihat anaknya merengkuh kesuksesan.
Alasan yang sangat mulia kurasa. Semua anak di bumi di sisi baiknya pasti akan menyetujui hal ini. Siapa pun itu. Maka, tidak ada alasan untuk membuat dia kecewa. Tidak akan ada alasan untuk membuat dia sedih. Walaupun sebenarnya ada kekhawatiran gagal untuk membuat dia berbangga hati dengan mengatakan ‘Aku bangga padamu, Nak..!’, atau ‘Siapa dulu ayahnya..?!’. Dan tentu kita juga menginginkan dia berkata saat kita menjadi orang sukses ‘Dia Anakku..!’.
Alasan itu pula yang membuat hawa pagi sedingin itu tak kurasakan. Begitu hangat. Jam menunjukkan angka 04.35, waktunya aku beranjak dari tempat tidur dan menunaikan kewajibanku atas keyakinanku. Namun, usai membasahi wajah dengan air wudhu’, aku lihat ada sms yang belum aku baca dari Ibuku untuk menelpon beliau di jam 5 pagi ini. Gawat, lima belas menit lagi. Dan yang paling mengkhawatirkan, aku tidak memiliki banyak pulsa. Waduh,..kenapa keadaan seperti ini harus muncul di saat seperti ini sich.
Dengan beberapa cara sebagai eksperimentku, juga dengan mengorbankan pulsa temanku (maaf Gih..), akhirnya aku berhasil berkomunikasi dengan ayahku di seberang sana. Hapeku nyala, tanda ada panggilan. Aku lihat namanya, ‘Abi calling..’
‘Assalamua’laikum Mim..’, suara yang sangat aku banggakan menggema di sela-sela telingaku.
‘Wa’alaikumussalam Pak..’, kelihatannya tak ada topik spesifik yang akan menjadi objek perbincangan kita.
‘Gimana kabarmu..?’.
‘Baik Pak..!’
‘Ayah berangkat pagi ini, kamu nggak keberatan kan..?’
‘Hhmm, kali ini walaupun aku keberatan tak akan artinya. Tidak akan menarik kembali keinginan Bapak untuk tetap tinggal. Percuma. Dan aku yakin Bapak juga meyakini itu.’
‘Cerdas. Buat Bapak lebih banyak memujimu lagi..! Bapak selalu ingin memujimu dengan semua keberhasilanmu..!’
‘Aku pun juga tidak mengingankannya, tapi bagaimana jika aku gagal Pak..? Apa yang bakalan Bapak lakukan..?’
‘Hahaha..Kamu menantang Bapak..? Bisa saja Bapak berhenti bekerja, pergi ke tempatmu untuk kembali menyemangatimu bahwa ada orang yang mendukungmu dari awal. Dari sejak kau dilahirkan. Atau Bapak bisa saja pergi ke tempatmu, menunjukkan kekeceawaan yang Bapak rasakan, lalu Bapak akan sangat sedih hingga tidak mengakuimu sebagai anakku. Jika kamu harus memilih, yang mana yang ingin Bapak lakukan padamu..?’, pertanyaan dan pilihan yang sulit. Tak kusangka ayah akan membalikkan tantangan dengan akhir pilihan yang sangat sulit. Semua anak akan memilih yang pertain ma aku kira.
‘Tantangan balik nich..? Pastinya aku pilih yang pertama lah Pak. Hanya orang bodoh yang mengingankan ayahnya melakukan pilihan kedua..’
‘Hhmm..Hamim. Di dunia ini semua orang menginginkan yang terbaik, Bapak akui kamu juga punya keinginan itu. Tapi tidakkah pilihan pertama itu cenderung bersifat manja dan enak. Padahal kamu tau untuk sukses, butuh langkah pahit yang pasti di tengah usaha untuk berdiri kembali setelah gagal..?
Hamim..Bapak tau kamu sudah sering terlibat dengan menasehati dan dinasehati. Bapak yakin, kamu sudah muak dengan nasehat karena saatnya giliranmu untuk menasehati adik-adikmu, saudara-saudaramu, istri dan anakmu kelak. Tapi Bapak hanya ingin berkata, jika terpaksa kamu akan menerima perlakuan pilihan yang kedua, kamu harus yakin bahwa ‘tantangan yang tidak membuat kamu langsung mati, akan membuat kamu lebih kuat dari sebelumnya..’. Camkan itu Mim. Itu yang selalu diyakini orang-orang sukses.
Walaupun Bapak belum pernah melakukan itu. Kali ini Bapak serasa melakukan itu. Bapak yang sudah banyak bergantung dan dibantu banyak orang lain untuk menunjangmu berpendidikan tinggi, Bapak kini sadar, Bapak harus melakukan sesuatu untuk kesuksesanmu. Orang tua kandungmu adalah Bapak, bukan orang lain yang selama ini membantu. Bapak ingin melihat kamu sukses dengan usaha di belakang yang Bapak lakukan sendiri. Keringat Bapak bukan air liur orang lain. Tangan Bapak, bukan kebaikan tangan orang lain.’, aku tidak yakin ini diucapkan oleh ayahku. Ayah yang seorang lulusan SD. Aku tidak ingin kelihatan seperti ini, tapi aku menangis. Air mataku perlahan turun membasahi pipiku. Apa”an ini. Aku tidak berbicara dengan ayah dengan kondisi seperti ini. Memalukan.
‘Pak, aku hanya ingin Bapak baik-baik saja. Sudah cukup semua yang Bapak bicarakan tadi. Aku tidak ingin Bapak kecewa. Maaf pertanyaanku tadi..’, suara parau di belakang membuatku kelihatan lemah.
‘Kamu nggak usah nangis. Jangan cengeng begitu. Bapak tau yang kamu khawatirkan. Mungkin kekhawatiran itu juga yang membuatmu melarang Bapak kerja di luar negeri ya..? Tapi kali ini masih di Indonesia. Tenang saja. Bapak juga ingin tau kabarmu sewaktu-waktu..’
‘Ya Pak. Aku tau. Semoga saja seperti itu..’, air wudhu’ yang membasahi wajah dan sebagian tubuh yang lain kini tak kurasakan lagi dinginnya.
‘Yaudah, teman-teman Bapak sudah pada datang. Bapak harus berangkat. Yang perlu kamu ingat, tidak ada Ayah yang sampai hati melakukan pilihan kedua. Bagaimanapun, seorang Ayah akan selalu berusaha mengerti anaknya ketika anaknya salah, walaupun kadang tidak menemukan titik itu. Dan Bapak ingin kamu tau, Bapak selalu membanggakanmu, karena Bapak yakin kamu bisa diandalkan..’
‘Maksud Bapak..?’
‘Artikan sendiri Mim. Sudah ya. Bapak harus berangkat. Bapak juga tau kamu lagi dekat dengan perempuan. Jangan dikecewain. Bapak senang mendengarnya..!’
‘Aku nggak heran. Kalo Ibu tau, nggak mungkin Bapak nggak tau. Pasti Pak. Yaudah dech, Bapak hati” ya..!’, closing yang payah. Tapi aku gemetaran untuk mengucapkannya.
‘Hahaha..Ya, ya..Bapak tau. Sukses selalu ya Mim.. Assalamu’alaikum..’
‘Wa’alaikumussalam Pak..’.
Pembicaraan habis. Kali ini aku harus merelakan ayah jauh dari keluarga. Satu”nya cowok yang tersisa di rumah harus pergi merantau juga. Memang bukan pilihan yang bagus, tapi itu mungkin menjadi tindakan yang sangat tepat.
‘Sepertinya aku bakalan merindukanmu Pak kalo aku libur ntar. Pulang ke rumah tanpa melihatmu bekerja di rumah harus aku biasakan di tahun” yang akan datang. Dan Bapak harus yakin, aku pun tidak akan membiarkan Bapak kecewa’.. Selengkapnya...

Bingkisan Tuhan III


Dua hari kemaren harusnya menjadi hari yang menyenangkan. Hari dengan ketenangan. Masih dalam suasana tahun baru masehi dan kebetulan dua hari kemaren adalah akhir pekan. Tenang dan senang harusna aku rasakan disana dengan santai seperti di pantai dan enjoy serta rileks. Tapi tidak. Aku merasakan tegang dan gelisah, resah dan galau, tertekan, sakit serta lelah dan capek.
Ini bukan yang orang-orang harapkan. Bukan yang di inginkan semua orang di bumi ini. Tak ada yang mengharapkan semua hal di atas. Di tahun baru yang sudah memasuki hari keempat ini, semua mengharapkan sesuatu yang baru dan berbeda serta lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Termasuk aku. Aku yang sekarang dengan terpaksa menyandang status mahasiswa juga tidak ingin ketinggalan merasakan nikmatnya dunia untuk kumaksimalkan dan aku akhiri di akhirat dengan nyaman sebagai bekal nantinya. Bahagia, adalah tujuan semua insane di dunia ini. Dan tentunya, tidak mudah mendapatkannya. Banyak jalan terjal, berliku bahkan harus berjibaku dengan iblis dan kadang merelakan sebuah kepentingan untuk pengorbanan.
Satu yang pasti, semua itu kita lalui dengan cinta.
Semuanya diawali dengan takdirku sebagai orang miskin. Ya. Kadang aku berpikir miskin ini sebuah perlawanan. Namun di lain cerita aku merasa miskin ini adalah konsekuensi dari Tuhan yang entah atas perbuatanku yang mana. Tapi bukan hidup namanya jika tidak ada hitam di atas putih dan sedih di samping senang. Walaupun begitu, aku bersyukur telah, sedang dan akan merasakan semuanya.
Hari sabtu aku merasakan ketegangan yang tidak biasanya. Aku ujian salah satu mata kuliah. Oral Exam. Di sinilah dimulai keteganganku. Dengan materi yang belum aku pelajari di hari sebelumnya, aku mengambil resiko untuk masuk ruangan memenuhi panggilan dosen bersama empat teman lainnya. Menghadapi dosen dengan pengetahuan seuprit bukanlah rencana yang cantik. Aku tegang dan gelisah. Deg-degan mendapat giliran mengambil soal yang sudah disiapkan untuk dicaplok tangan-tangan yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Dan dasar sial, aku tidak bisa menjawab satu dari dua pertanyaan yang diajukan dosen padaku. Padahal mata kuliah ini begitu penting bagiku. Sebuah mata kuliah pengantar yang akan mengantarkan aku pada cita-cita dan obsesiku nantinya. Tapi aku mengecewakan pengejaran itu. But it’s oke.
Keresahan itu belum habis. Pulang dari kampus, aku harus mengantarkan tugas (sebelum) akhirku di mata kuliah lain ke tempat tinggal dosenku di Jalan Galunggung. Alamat yang belum pernah aku dengar. Mungkin tanpa sadar pernah aku jamah, tapi saat itu aku tidak butuh untuk mengingat-ingat lagi di mana aku pernah mendengar alamat itu. Atau kalau tidak, aku harus merelakan satu mata kuliahku tanpa nilai. Waw..aku yakin tidak ada yang mengaharapkan itu terjadi pada dirinya.
Siang itu juga, aku berangkat dengan sala seorang abangku yang sebelumnya telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengantarkan aku ke alamat tersebut walaupun sebenarnya abangku juga tidak tau di mana tempat itu. Bertanya pada orang dan nyasar adalah harga yang harus aku bayar sebelum bertemu dengan dosenku. Perjuangan yang lumayan ringan jika dibandingkan dengan perjuangan Ikal yang berjuang mencari Arai, seorang manusia hebat yang di sekujur tubuhnya dipenuhi dengan semangat yang luar biasa, selama tiga tahun. Dan aku hanya butuh tiga puluh menit. Hehehe..
Usai perjuangan itu, aku menerima panggilan dari orang-orang yang paling aku cintai sepanjang perjalanan hidupku ini, my family. Ya nich, Ibuku nelpon. Wanita yang sangat aku cintai ini menelpon yang diawali wanita yang begitu mensupport aku, mB’Q.
“Assalamualaikum Mim, apa kabar..?”, mB’ yang selalu menyemangati aku mengawali perbincangan ini.
“Waalaikumussalam..baek aja mB’. Ada apa nich..? Oh ya mB’, lusa aku ujian lho. Doanya donk..!”, harapku.
“Pasti, tapi usahamu juga mesti di utamakan. Kamu pulang kapan..? Banyak yang nyari nich. Temen-temenmu juga dah da yang libur tuch. Tapi nggak usah mikirin di sini dulu. Pikirin UASmu, jangan pacaran terus..!?”.
“Apa”an sich mB’. Siapa tuch yang ngomong..?”.
“Just guess, cZ You so look like that. But now, I know You be there..”.
“Whatever. Maybe Yes. Hehehe..mang siapa ja temen-temenQ yang dah libur mB’..?”.
“Tuch kan benar. Bilangin Bibi ntar. Ada Bedur, Sofyan, Hilmi, Silvi, Hom dan yang laen. Anak” PS3 juga ada kemaren nyariin kamu. Yang buat Bibi kesel, da anak-anak SMP ikutan nyariin kamu”.
“Anak” SMP..? Ngapaen mB’..? Jangan bilang siswi”nya,,?”
“Emang iya. Nyariin Kak Hamim katanya. Hahaha..pasaranmu anak kecil ya Mim..!?”
“Hahaha..biasalah. Segmentasiku kan kemana-mana. Beneran lho mB’ jangan becanda donk..”
“Ya..nggak percaya. Teman”nya Erna juga ada yang nyari tuch. Kamu tuch emang. Kalo nggak percaya, ni ngobrol ma ibumu..”
“Ya dech, kasiin..”
“Apa Mim..?”, suara itu sepertinya sedang sebel, mirip dengan suara yang sering aku dengar akhir” ini.
“Assalamualaikum Bu..Nggak papa. Cuma kangen aja ma Ibu. Ibu apa kabar..?”
“Waalaikum salam. Baek” aja. Kamu gimana..?”
“Alhamdulillah baek. Ibu sekarang aku..”
“Kuliahmu gimana..? Jangan pacaran terus..”.
“Ah, Ibu ada” ja nich. Gosip dari mana lagi tuch..?”
“Nggak usah ngelak. Ibu tau. Gpp, asal sewajarnya. Ibu yakin kamu tau apa yang mesti kamu lakukan. Kamu sudah besar Mim. Jangan neko-neko. Seimbangkan dengan kuliahmu juga. Ibu belum tau tuch cerita-ceritamu yang suka nulis. Sekarang dibuktikan. Ibu pengen liat..”, waw, Ibuku mulai lebay nich. Benar” keren yang Ibu ucapkan. Bijak banget. Dapet dari mana ya kata” itu..?
“Ya Bu. Aku nggak tau Ibu tau dari mana, tapi jangan dimarahin ya. Katanya Ibu sakit ya kemaren..?”.
“Ya. Seminggu kemaren..”
“Lama banget Bu..?”
“Ne Ibu baru bisa jualan lagi. Oh Ya Mim, Ayahmu mau ke tempat kak Go-mu di luar kota..”
“Ngapaen Bu..? Kak Go mau nikah di sana..?”
“Nikah..?! Ya, ayahmu mau kerja di sana. Biayamu itu gede. Nggak cukup kalau masih melaut di sini dengan hasil pas-pasan. Sebenarnya Ibu nggak mau ngomongin ini ke kamu. Tapi harus di omongin. Ibu harap kamu nggak usah ngelarang ayahmu lagi. Kali ini alasannya sudah mantap. Jangan dilarang..!”
“Hah..Ibu beneran..? Tapi.. Di rumah nggak ada cowoknya donk..? Tapi..”
“Ini nich yang Ibu khawatirkan. Kamu nggak usah mikirin itu. Kali ini kamu ikhlasin ayahmu. Atau kamu mau Ibu nggak bisa ngirimin bayaran buat SPPmu lagi..? Ayahmu di sini susah mikirin kirimanmu tiap bulan. Kamu nyantae ajalah. Ibu tau yang kamu khawatirkan. Masalah kerjaan rumah, kita punya tetangga kok. Ada juga Mak jhosop yang nolongin kita. Pastinya, kamu dan kakak”mu nggak selamanya di luar kan..? Kalo libur, pasti pulang kan..? Nyantae ja ya..”.
“Hmm..kali ini aku ikut aja dech kalo emang kayak gitu alesannya..”
“Ywdah, Ibu lagi banyak kerjaan nich. Adikmu juga kemaren minta kiriman duit mendadak. Kamu ujian yang bener, deket ma anak orang juga hati”. Jangan sampe kelewatan. Sewajarnya aja. Oia, kalo lagi keluar berdua, ngabisin berapa duit..?”
“Sewajarnya aja kok Bu. Ibu apa”an sich..? Paling makan bareng..”
“Kamu kan suka ngemil, ke sana ke sini coklat bawaannya. Ywdah dech, Ibu tau kok kamu udah gede. Pikirin sendiri menjalani hidup. Pastinya jangan lupa hafalannya..”
“Ya Bu, makasih. Ywdah dech..”
“Masih mau ngobrol ma mB’mu..?”
“Nggak. Udahan aja dech. Oia Bu, temen”Q da yang maen ke rumah..?”
“Ya..makanya, Ibu heran ke kamu. Yang laen pada libur, kamu kok masih lama..? Trus, ada anak” SMP tuch yang nyari sama temen”nya Erna juga. Tapi nggak usah di bahas. Kamu kan suka ge-er..”
“Ibu apa”an sich. Lagian aku nggak tertarik..”
“Jadi bener, kamu udah punya pacar di sana..?”
“Tuch kan..siapa sekarang yang bahas..?”
“Ywdah Nak. Kamu sering berdoa juga ya buat kami di sini. Kesibukan boleh saja. Tapi jangan lupa shalatnya sama hafalannya. Assalamualaikum..”
“Ya Bu. Waalaikumussalam..”

Ibuku tau..? Dari mana..? Tapi yang lebih mengkhawatirkan, kabar ayah. Aku nggak habis pikir, tapi itu sudah kewajiban beliau. Aku yakin, bagaimanapun ayah adalah kepala keluarga. Beliau yang mencari nafkah. Buat makan dan sekolah anak”nya. Cukup mengejutkan, bahkan bagiku ini sebuah kabar yang harus aku terima dengan berat. Tapi nggak papa lah. Walaupun aku berat, tapi aku percaya sama keinginan ayah. Dulu juga ayah sempat berencana ke luar negeri. Tapi aku nggak mau dan aku tidak mengijinkan. Aku cukup punya banyak alesan untuk itu. Tapi kali ini, aku harus menuruti apa yang diyakini keluargaku.
Mendengar itu juga membuat aku tertekan. Aku harus pinter” mencari cara agar aku bisa mandiri di sini. Nggak melulu minta duit dan melongo nunggu kiriman duit dari rumah dengan tanggal yang nggak pasti. Setidaknya tekanan itu tak membuat aku terbebani. Karena aku tau skenario yang akan aku hadapi nantinya. Selama itu masih kehendak Tuhan.
Sakit juga aku rasakan ketika aku salah tempo makan. Lapar yang aku rasakan sangat menyiksaku. Dengan makan, akan membuat lapar itu hilang pikirku. Tapi shit..yang terjadi malah sebaliknya. Oh God, I know You are the director. Sakit yang sangat aku rasakan sesaat setelah makan bakso dengan porsi sekebon. Perutku seperti dikocok, ditonjok atau bahkan seperti ada yang sengaja ingin tumbuh keluar menekan. Sakit banget.
Lelah dan capek pun tak terhindarkan di dua hari itu. Hari-hari disaat orang-orang harusnya lebih santai dan enjoy menjalaninya, aku merasakan lelah yang sangat pada dua hari itu di penghujung hari. Dan kontan, waktu tidur, aku sangat ikhlas menjalaninya. Maksudnya pulas. Dan aku rasakan sampai terdengar adzan subuh, tanda aku harus bangun menunaikan sebuah kewajiban atas konsekuensi keyakinanku.
Dan disinilah kenikmatan aku menjalaninya. Di saat aku harus kesel dan sebel dengan dua hari itu, aku malah senang dengan kepenatan itu. Adalah dia yang mengembalikan senyum tersungging di bibirku. Menyebarkan damai dengan senyumnya. Menaburkan tentram di hati. Melenyapkan tegang dan gelisah yang kuhadapi saat ujian. Menyingkirkan resah dan galau saat ayahku harus memutuskan jauh dariku secara fisik. Menekan tekanan yang kuhadapi dan membalikkan beban menjadi peluang ke depan. Mengobati sakit yang terlanjur aku telan. Menarik lelah dan capek yang hinggap di pundakku.
Aku tidak tau siapa Bingkisan Tuhan yang diberikan-Nya padaku. Tapi aku harap dia-lah Bingkisan Tuhan itu. Dia yang telah membuat hari”ku lebih berenergi menghadapi hidup yang busuk ini.
Terimakasih Rumput Liar. Selengkapnya...