Hai, apa kabar..?
Aku baru sadar ini hari Rabu. Ini hari kelahiranku. Tapi aku tidak dengan sengaja menunggu menggoreskan lagi rinduku padamu sampai hari ini tiba. Hanya saja mood-ku menulis tentangmu kembali membuncah siang ini. Aku berharap Kau tidak terganggu dengan hadirnya rindu ini. Mungkin getarannya sampai di nadimu dan membuatmu berdenyut bingung. Tenang, itu rindu dariku.
Hai, apa kabar..?
Sebenarnya aku tau kabarmu. Aku selalu tau. Hanya saja, aku masih belum menggerakkan semua anggota tubuhku untuk menyapamu. Semalam aku melihatmu dari kejauhan dengan pakaian gelap sama seperti kamarku saat ini. Mengenakan jaket biru berselonjor kaki di ruangan itu. Kau kembali menutup wajahmu setengah dengan tatapan sinis bersandar di balik tembok putih. Seperti biasa, Kau masih manis, anggun dan smart.
Hai, apa kabar..?
Hujan kembali mengguyur Surabaya deras. Deras sekali. Semoga hujan ini kembali membersihkan abu vulkanik erupsi Gunung Kelud yang menyelimuti tebal hampir semua wilayah Kediri dan sekitarnya. Tapi yakinlah, hujan ini tak akan mampu melunturkan rinduku padamu. Walaupun aku tak tau pada siapa hatimu kini berlabuh.
Hai, apa kabar..?
Hahahahaa, tiga paragraph di atas sangat kacau. See, bahkan jemariku tak bisa menggambarkan dengan tenang rindu ini. Aku sangat membenci pada tulisanku yang kurang purna. Hanya saja aku tidak ingin kehilangan momen kerinduan ini. Kerinduan yang selalu menghantui tiap detik yang aku lewatkan. Kerinduan yang berhasil menghasut penglihatanku tetap terjaga dan menujumu. Kerinduan yang berhasil aku tahan sampai kembali mendengar suaramu malam itu. Kerinduan yang tidak berhasil menyembunyikan kekhawatiranku padamu malam itu.
Hai, apa kabar..?
Mungkin di sana Kau telah menetapkan hati menetapkan sebuah nama untuk Kau simpan. Menetapkan tangan yang nantinya akan menggenggam hangat telapak tanganmu dan mengusir angin malam di sekitarnya. Dulu akau pernah merasakan cemburu yang begitu hebat. Tapi kini aku sudah belajar dengan baik. Berikanlah senyummu itu padanya dengan baik. Cemburuku akan terbakar saat bibirmu kembali menyunggingkan senyum itu. Senyum yang selalu meluluhkan kerasnya siang di kota ini. Tapi tak usah khawatir, cukup biarkan saja aku menyukaimu. Karena dengan begitu Kau selalu hadir di sini, tepat di hati ini.
Hai, apa kabar..?
Semoga baik” saja, seperti doaku yang selama ini aku panjatkan untukmu..
Selengkapnya...
Rindu Bertanya..
Langganan:
Postingan (Atom)