Kak Reza mendekatiku dan langsung bertanya 'Selain karena film, baru kali ini saya lihat Kamu nangis',
'Hah..? Kelihatan ya..?',
'Iya tadi Nazril melihatmu mengeluarkan air mata saat meluk kaki Nenek. Nazril berbisik ke saya dan saya lihat',
'Hahahahaa', tawaku sambil menahan kembali air mata keluar.
hari ini cucu Nenek berdatangan. Nenek tergolek sakit. lemah terbaring di kasur sejak lima hari lalu. aku yang bangsat ini baru bisa datang kemarin pagi karena libur. Kak Reza juga baru bisa datang di hari yang sama. sedangkan Mbak Siti dan Kak Aziz sudah berhari" menjaga Nenek bersama Ibu dan Budhe.
kemarin pagi, aku datang dan bergegas masuk ke kamar Nenek. mengambil tangannya dan menciumnya. aku melihat ke mata itu sambil terus menggenggam tangannya. tak ingin aku lepas. aku juga tidak ingin bertanya tentang sakitnya dan pertanyaan gak penting lainnya. aku ingin seperti ini sampai Nenek berkata sepatah kata padaku. Nenek hanya melihatku dengan pandangan sayu. aku melekatkan pandanganku membalas. mata itu, menyimpan banyak sakit yang tak terkata. kedipnya pelan masih dengan mulut tertutup tanpa suara.
kemarin siang, aku masih di kamar Nenek dengan Mbak Siti dan Ibu. sementara Budhe di ruang tengah menemui tamu yang menjenguk. sesekali aku memijat tangannya. mengelusnya sampai dia tertidur sebentar. lalu bangun lagi seperti mimpi buruk baru saja mampir di pejamnya. aku melihat cara Ibu dan Mbak Siti membantu Nenek makan dan minum. aku tidak lagi sedih, tapi tersedu" dalam hati. aku dekatkan telapak tangannya yang hangat ke wajah kananku. sampai Nenek membalikkan tubuhnya dan tidur. sampai kamar ini tenang dan sunyi. sampai akhirnya aku juga tertidur.
kemarin sore, aku kembali ke kamar Nenek untuk menemaninya bersama Mbak Siti dan Kak Aziz. bangsat. kenapa saat" seperti ini malah membuatku terharu. aku tidak lagi ingin beranjak dari kamar ini. tiba" waktu hinggap dengan banyak kenangan. muncul dan menghampiriku tanpa aku mau. saat Nenek menemaniku tidur saat kecil di kamarnya, karena Ibu tidur sama adikku yang masih bayi. menceritakan tentang Makkah dan gagahnya kota Madinah. cerita kalau makanan di Arab Saudi itu enak. dan memintaku harus besar sebelum naik haji nanti. karena harus berdesak"an dengan Muslim bangsa lain dan banyak yang meninggal saat lempar jumrah. Nenek juga cerita tentang semua ikan laut yang pernah dijualnya dan bagaimana Kakek mendapatkannya dulu. Nenek bercerita banyak, tapi aku mengingatnya baru sekarang. aku takut.
kemarin petang, Kak Aziz pulang dan Kak Reza datang. dia juga langsung menuju kamar Nenek dengan banyak barang dan buah bawaan di tangan kanan-kirinya. memeluk Nenek dan mencium tangannya. lalu dia mencoba berbincang dengan Nenek tapi hasilnya nihil. Nenek tidak bisa diajak bicara. kami akhirnya ke masjid, menunaikan shalat Maghrib. aku bergegas pulang ke rumah meninggalkan Kak Reza. di lobi rumah, tiba" sepi. aku langsung ke kamar Nenek dan menemui mereka semua di sana. Nenek meracau gak karuan. di dalam kamar Nenek, juga ada Mbak Nazril, Kakak Ipar. Nenek berisik. suaranya meracau terengah". aku sontak kaget. Mbak Siti mengelus dada Nenek, Ibu memegang tangannya, aku tersungkur lemas dan memegangi kaki Nenek. cukup lama Nenek seperti itu. brengsek, tiba" air mata keluar dari sarangnya. turun cukup panjang, keluar dari sudut gelap mataku. kami semua memenuhi kamar termasuk Kak Aziz yang kembali datang dan Bapak yang sudah pulang melaut. tidak, tidak. aku tidak ingin. belum saatnya. setengah jam berlalu. setengah jam lalu Nenek tenang. kami berusaha menenangkan diri masing" dan berpura menguatkan diri bahwa semua sedang baik" saja. kami keluar dari kamar dengan senyum palsu setelah Nenek tertidur. kami melanjutkan beraktivitas. masak bubur buat Nenek, masak nasi dan lauk buat makan malam serta menemui tamu yang sengaja kami terlantarkan sesaat tadi.
kemarin malam, suasana makan malam di rumah jadi meriah. semua tawa hampir terdengar merdu dan menyenangkan. di rumah ini, tidak ada yang bisa menampik Tenggiri Panggang buatan Ibu. semuanya suka dan tergiur. tamu" kami yang berkunjung dan menjenguk Nenek juga ikut merasakan nikmatnya. apalagi, Ibu menyiapkan tiga sambal berbeda sekaligus. sayang, Nenek gak bisa ikutan. Nenek terbaring dan tidur setelah makan bubur tadi. hingga malam semakin larut, Kak Reza pulang kembali ke rumah, ke Kota. sementara Mok Nap, Ibu Kak Reza, menetap dan berencana menginap beberapa hari ke depan. tidak lama, aku menerima kabar duka dari Malang. hapeku berbunyi, seorang teman nelpon kalau Inal meninggal karena sakitnya yang parah. Inal, sahabatku semasa kuliah. Inal, sangat disayangkan. Inal, selamat jalan. Inal, aku hanya bisa berdoa dengan sedih yang sangat mendalam.
tadi pagi, aku baru sadar kalau dini hari Arsenal main dan sekarang sudah Subuh. aku melewatkannya. kondisi Nenek dan kabar duka dari Malang belum membuatku menjadi diriku sendiri seharian kemarin. aku tidak peduli ke banyak hal. sampai akhirnya aku kembali melihat Nenek terbaring, masih di kasurnya. aku menganggukan kepala memberi isyarat agar Mbak Siti istirahat dan tidur. dari matanya aku tau kalau Mbak Siti semalaman belum tidur, menemani Nenek di kamar. Zein mengikutiku ke kamar Nenek dan menyanggupi permintaanku buat memijat kaki Nenek. padahal sebelum ini, keduanya adalah rival di rumah. keduanya selalu bertengkar karena beda keinginan. hahahahaa. aku berada di kamar Nenek sampai akhirnya tertidur di sampingnya.
tadi siang, aku pamit kembali ke Surabaya. Nenek hanya mengangguk dan mengedipkan mata seolah memberi restu. aku meninggalkan kamarnya dengan perasaan campur aduk. aku tidak ingin beranjak dari rumah. aku ingin di sini sampai Nenek sembuh. pikiran itu mengangguku sampai akhirnya gas sepeda motor aku tarik. di perjalanan, semua jadi tidak mudah. pikiranku masih terfokus ke Nenek. seharian kemarin menjadikanku berpikir banyak. satu diantaranya, aku tidak ingin lagi bertengkar, aku tidak ingin berdebat dan terlibat perseteruan di kantor. aku tidak ingin membuang energi percuma. ada hal lain yang sekarang lebih penting. ada hal lain yang membutuhkan energiku. aku tidak ingin banyak membuka mulut dan berbusa hanya untuk semua kebodohan. ada hal lain yang tidak ingin aku lewatkan. aku hanya tau; ke mana Tuhan membawa kita, ke sanalah Ia menyediakan kekuatan untuk menopang kita.
Selengkapnya...
Diperuntukkan..
Langganan:
Postingan (Atom)