'Mas Hamim..?', dari belakang, seorang memegang dan menarik pundakku. seolah dia ingin aku menoleh dan melihat wajahku. aku membalikkan wajah empat puluh lima derajat dan samar" menemukan wajah Ullya. aku menoleh dan menganggukan kepala. Ullya, diikuti seorang perempuan di belakangnya lalu berjalan mengitariku dan duduk tepat di depanku.
'gak lama kan nunggunya..? lumayan rame ternyata Mas di sini. maap ya', kata Ullya membuka percakapan. 'capek ya..? gak ngomong apa" gitu', Ullya menjejal pertanyaan yang seharusnya aku jawab segera.
'enggak. eh, pesen dulu deh', kataku agak bingung karena aku juga belum pesan apa". kami bertemu di SevenSky Rooftop di atas Lippo Mall. tempatnya rame, banyak tenant makanan mirip bazaar dan anak" muda beraktivitas. ada yang maen skateboard sampe ada yang foto" dengan banyak fasilitas narsis yang disediain. memang bagus kalo sore ke sini, foto"nya bisa sangat instagramable. tapi kami di sini sudah malem, petang pun gak sudah lewat.
'kenalin dulu nih Mas, temen Ullya',
'Vidia, Mas', suara perempuan di samping Ullya terdengar dengan uluran tangan ke arahku.
'eh iya, Hamim', aku selalu membenci perkenalan dengan perempuan. karena mereka semua selalu membuatku malu, kikuk dan gak berkutik. hal ini juga yang membuat semua orang berpikir aneh, termasuk Ullya. sudahlah, gak usah dibahas.
'jadi, ini hasil seharian di Jogja..?', Ullya menggerakkan tangannya membentuk lingkaran di udara dengan wajahku sebagai objek.
'hah..? iya. begini. keliatan begimana emang..?',
'ruwet. capek banget ya Mas..? maap ya gak bisa nemenin sejak di Jogja',
'halah, gapapa. kan Ullya punya kegiatan. malah maunya saya gak mau ngubungin Ullya, takut ngerepotin',
'gak boleh gitu dong. jadi, sekarang cerita. ngapain ke Jogja dan ke mana aja hari ini..? eh, berapa hari jadinya..?', Ullya tidak bener" ingin tau, dia hanya kita bertiga punya obrolan. karena baginya, aku tamu dan keluarga yang kudu dibuat nyaman.
kedatanganku ke Jogja kali ini tidak hanya karena ArtJog. aku memang butuh liburan, menjauh dari Surabaya dan semua persoalan yang mengitarinya. atau tepatnya, mengitariku. tidak hanya suntuk, tapi juga ingin menghilankan jumud, resah, sedih, marah, dan semua hal yang ditimbulkan karena cerita" di tulisan sebelum ini. tapi tentu ArtJog adalah magnet yang gak bisa aku singkirkan sebagai tujuan.
aku ingin sendiri saja di sini. tiga hari, sendiri. tapi karena komitmen untuk lebih ramah pada sekitar, aku milih kulo nuwun. sayangnya, temen"ku yang S2 di Jogja sudah pada lulus dan angkat kaki. semua. sedangkan Ullya, jadi satu"nya kerabat yang memilih berdomisili di Jogja yang aku kenal. inginnya kulo nuwun aja, ternyata Ullya pengen nemenin jalan", karena dia juga butuh hiburan. hmm, keberadaanku ternyata bisa jadi batu loncatan juga.
seperti kebiasaan ke Jogja sebelum"nya, berangkat malam dengan bus, nyampe pagi dan menghabiskan hari sampai petang di Jogja. prinsipku keras soal ini, soal liburan. aku tak ingin memotong jatah liburan di perjalanan dan tidur. jadi kalo udah di kota orang, atau udah nyampe destinasi, aku pantang tidur. nguap berkali" gak jadi soal, asal gak melewatkan setiap menit liburan. aku akan memilih menanggung kantuk dan lelah, daripada menghilangkan setiap detik yang sudah aku perjuangkan untuk sampai di sini.
begitu sampai di Janti pagi tadi, aku langsung menuju ke Malioboro buat nyari penginapan, menaroh tas dan kembali jalan. ojek mengantarkanku ke kawasan Sosrowijayan, surganya motel di kawasan Malioboro. tempat yang strategis bagiku. dekat dengan banyak tempat yang aku butuhkan, kecuali wisata" alam. diantar oleh guide, atau anggaplah seperti itu, nemu motelnya, deal, lalu mandi dan segera membuat kemungkinan" ke mana aku harus pergi.
aku tidak begitu peduli dengan penginapan. bagiku, penginapan hanya untuk merebahkan badan dan tidur. jadi gak usah mahal, kalau bisa nyari yang sangat murah. aku dapet seharga lapan puluh ribu, kamar mandi luar dan kipas angin. kalo nyari lagi, mungkin dapet yang lebih murah. tapi sekali lagi, aku tidak ingin motong waktu liburanku.
saat keluar penginapan, langkah" kakiku langsung memacu otak mikir ke mana tempat pertama yang harus aku datangi. keluar gang, cuaca panas dan orang" menyambutku. ada yang nawarin makan, becak dan guide. aku tidak peduli dengan warung makan dan semua dagangan di Malioboro. jalan terus sampai tak ada lagi orang" yang menawarkan ini itu. pedestrian Malioboro sisi kanan sedang diperbaiki, dipercantik seperti sisi kiri yang sudah nyaman buat jalan" turis.
saat aku keluarkan kamera, ada transJogja lewat. hmmm, sepertinya aku belum pernah naik. hahaha, satu ide muncul. aku keluarkan hape dan mencari rute transJogja. ternyata transJogja yang lewat di Maioboro ini tujuan akhirnya di Prambanan. kesempatan, aku juga belum pernah ke Prambanan. satu usapan lagi, ternyata lokasi Prambanan berdekatan dengan Ratu Boko. ckck, ulam pun tiba. Prambanan terlalu mainstream dan Ratu Boko juga belum pernah aku jajaki. beberapa ketukan berikutnya, aku sudah mendapatkan semua info cara menuju ke sana pakai transJogja termasuk semua ongkosnya.
ternyata duit masuk Prambanan dan Ratu Boko sama, empat puluh ribu. naik sejak akhir tahun lalu yang sebelumnya dua lima ribu. ada tapinya. Ratu Boko ini dikenal sangat favorit untuk pengejar sunset. jadi, di atas jam tiga sore, duit masuknya naik jadi seratus ribu. pengunjung gak kalah ide. taktiknya, mereka datang sebelum jam tiga sore, dan bertahan di dalam sampe petang. mantab, aku juga niru cara ini.
transJogja yang aku tunggu datang. sebelumnya aku sudah bayar tiga ribu pakai duit cash, karena aku gak punya kartu"an. transJogja nyaman, kurangnya hanya tempat yang terbatas, dikit, gak besar. jadi kalo ada anak kecil, perempuan atau orang cacat, kita kudu berdiri. saat aku masuk, masih ada kursi kosong yang bisa aku tempati. beberapa halte berikutnya, ternyata rame penumpang anak" dan perempuan. aku berdiri bersama banyak pria lainnya. lumayan lama, hampir sampe dua hal terakhir baru sepi lagi. perjalanan dari Malioboro sampe halte Prambanan, kurang lebih empat puluh lima menit.
sampe di halte Prambanan, aku naik ojek. menurut panduan, itu satu"nya cara. bisa pilih, ojek online atau ojek pangkalan. karena lebih murah, aku milih ojek online. tapi kalo soal ribet, ojek online menang. karena di Prambanan adalah zona merah, kawasan yang dilarang pickup penumpang, jadi kudu jalan lagi ke tempat yang agak jauh dari halte. aku melakukannya setelah deal dengan drivernya. dan melaju pelan ke Ratu Boko dengan nyaman. aku selalu membiasakan ngobrol dengan driver ojek online, kali ini juga. selalu menarik ngobrol dengan mereka. tapi gak usah aku bicarakan di sini, terlalu panjang dan menarik. beneran, saking menariknya, si driver ini pakai rute yang lebih panjang nganterinnya. jalanan berliku mirip Pujon dari Batu. ternyata ini pintu belakang Ratu Boko.
satpam langsung menghampiriku setelah turun dari motor. bertanya dengan ramah dan menunjukkan loket yang bisa aku samperin. harusnya loket pintu belakang untuk turis mancanegara, tapi karena mataku yang sipit seperti Chinese, aku diperbolehkan beli situ. dulu sekali saat SD, aku sering dibilang China. dulu sih putih banget ni kulit, turunan dari Bapak dan ibunya Bapak. tapi setelah negara Nikaragua menyerang, sisa sipitnya aja, putihnya udah diambil ekstrak manggis buat iklan. empat puluh ribu, lalu aku mendapatkan selembar tiket masuk.
wisata ini punya dua kawasan. satu di depan, berupa restoran dan titik kumpul. satu lagi jalan akses menuju dan Ratu Boko-nya. setelah menunjukan tiket dan distempel, kita akan menemui guide. kalau make, bayar. karena aku suka efek kejutan, aku gak make. aku hanya make highless kalo lagi mau mangkal aja.
jalannya paving dan rindang, panjangnya sekitar 200m. di sepanjang jalan juga, ada tempat duduk berupa kursi" panjang seperti di pedestrian Malioboro dan juga gazebo dari kayu. di samping kanan dari tempat masuk ada taman atau rumput" yang bisa diduduki. ada air mancurnya juga dan jalan menuju masjid Alhidayah. alhamdulillah. di sisi kanan juga ada jalan menuju kamar mandi dan toilet. beberapa keluarga lagi duduk" di jalur rumput itu. dan hampir semua kursi dan gazebo terisi. di sepanjang jalan itu juga ada yang tiba" nawarin es degan, nawarin buat foto, buat ijazah, prewed sampe administrasi nikah. OKee, fokus ke cerita.
aku hanya ingin jalan" ke sini, pengen tau aja Ratu Boko. jadinya, gak begitu niat ingin tau tentang sejarah dan pengetahuan lainnya tentang candi yang juga disebut kraton ini. hari ini Kamis dan masih hari aktif. tapi di belakangku, ada banyak rombongan sepertinya dari perusahaan-perusahaan, karena pakai baju yang sama dan tua-tua. juga, ada beberapa kelompok anak sekolahan, kalau dilihat dari bajunya, SMP dan SMA. mereka berlarian di belakangku. beberapa diantaranya melewatiku dengan sapa, sebagian lainnya menabrakku mungkin tanpa sengaja. lalu meminta maaf dan meminta buat motret mereka. haha, lagu lama.
aku masih belum tahu sebenarnya apa tujuanku ke sini selain jalan-jalan. motretpun dari tadi hanya sekali dua kali. kamera yang aku kalungin, tidak banyak merekam moment. saat sampai di gerbang utamanya, aku berhenti dan diam. mematung dan berpikir, abis ini ke mana lagi ya. Ratu Boko terlalu luas buat diputerin. terlalu banyak batu dan sudut yang tersedia. luas dan panjang. sedangkan aku, sudah merasa puas melihat". aku membaca hampir semua petunjuk di papan" yang memberi pengetahuan tentang Ratu Boko, dua detik kemudian, menguap begitu saja. memori otakku terbatas, mereka kadang memfilter sendiri mana yang harus diinget dan mana yang enggak.
langit semakin menguning saat aku memutuskan kembali. hampir semua rombongan yang aku temui, ada satu-dua orang yang membawa kamera. bahkan kelompok yang berjumlah lebih kecil dan sejoli yang membawa tripod lengkap dengan lensa tele. kalau yang ini, sepertinya memang niat motret senja di Ratu Boko. sebagian lainnya masih bertahan di gerbang utama dan foto-foto. ada juga satu kelompok turis asing yang sedang berbincang bernaung di salah satu sudut gerbang. dari ciri dan bicaranya, sepertinya dari China. salah satunya memperhatikanku berjalan, memicingkan mata seolah punya, dan ingin mengakuiku anak. yang lainnya mengkerutkan dahi seolah ingin nagih uang mie ayam yang kemarin belum aku bayar. aku buru" lewat dan berlalu.
inget belum shalat ashar, aku mampir ke masjid AlHidayah tadi. masjidnya kecil dan ada bagian yang sedang diperbaiki. di komplek masjid, ada warungnya, berjualan minum dan makanan ringan terutama mie. aku mampir dan memesan dua gelas es teh, haus banget. ibunya agak kaget saat bertanya meyakinkan 'dua, Mas..? dua gelas..?', 'iya, Bu. duaaaaaaa. sarimie isi dua', Ayu Ting Ting muncul dari dalam warung.
masjidnya kecil, tapi bersih dan nyaman buat shalat. disediain mukena dan sarung juga di dalam. tempat wudhu'nya terpisah dari bangunan masjid dan disediain sendal ke sana. setelahnya, aku keluarkan sarung dari tas dan maling. bukan lah. aku selalu bawa sarung ke mana", buat nyolong. bukan lagi. buat persiapan aja. banyak teman menganggap jins bolong" yang aku pakai buat gaya"an. padahal emang jinsku bolong" semua di lutut. makanya aku bawa sarung ke mana". tas apapun yang aku pake, ada sarung di dalamnya. jaga" tempat ibadah yang aku singgahi gak ada sarungnya. tapi beruntungnya, selalu ada sarung di tempat" itu.
keluar dari masjid, aku pulang tanpa banyak printilan dan penyesalan. padahal sebentar lagi kan senja terlihat dan Ratu Boko jadi wisata seksi buat foto". saat aku keluar masjid, ada pertunjukan musik dengan angklung di jalan menuju gerbang utama. pelakunya banyak dan memakai pakaian adat Jawa. langit makin redup dan senja mulai turun. aku, berlalu dengan hape di tangan. membaca pesan dari Ullya yang memintaku menemuinya di Lippo Mall segera setelah petang. aku iyakan dan kembali memencet hape. pesan ojek online dengan sedikit insiden dan balik ke halte transJogja Prambanan.
kawasan Prambanan juga sedang ramai, banyak mobil dan bus balik dari arah Prambanan. halte transJogja juga ramai calon penumpang. saat aku masuk transJogja, bersamaku, banyak yang berdiri tidak kebagian tempat duduk yang diisi perempuan dan anak". dari dalam, cahaya langit mulai pudar dan gelap. di setiap halte yang kita kunjungi, juga ramai ditunggu. karena kapasitas, mereka harus tertahan dan menunggu moda selanjutnya. keluar dari halte Adi Sucipto, jalanan Jogja mulai terang. lampu" penerangan mulai dinyalakan. masih dari dalam, matahari terbenam dengan purna. tidak ada lagi kuning dan semburat jingga.
empat puluh menit berlalu dan halte yang aku tuju disebut berkali". pertanda aku harus mendekati pintu transJogja untuk siap" ditendang dan diusir karena sudah ikut menyesaki Jogja. dari halte, ada jarak sekitar 100m ke Lippo Mall. kalau di Surabaya, Lippo Mall seperti transmart. kecil dan langsung disambut dengan food court di lantai dasar. aku, langsung mencari cleaning service nanya mushalla. ternyata agak tersembunyi, tapi pastinya terletak di parkiran. karena waktu Maghrib yang sebentar, mushalla rame. benar" rame. setelahnya, aku menuju SevenSky Rooftop di lantai paling atas.
sudah lama banget gak ngobrol dengan Ullya. baik lewat lisan maupun teks. dua tahun. jadi agak lambat memulainya, karena aku, dan juga Ullya, harus mengira" di mana obrolan bisa kita mulai. setelah mengalir, tak ada tawa yang lewat dari kalimat" kami. dan bersyukur ada Vidia, ternyata dia lucu dan penghasil tawa. tapi karena ada jam malam buat Vidia, kami harus pulang. Ullya masih memintaku pindah buat ngobrol" lagi setelah mengantar Vidia. tapi atas pertimbangan masih ada besok dan lusa, kita sepakat buat menuntaskan pertemuan hari ini. aku kembali memencet hape dan memesan ojek online.
di penginapan, aku tidak benar" istirahat. karena seperti yang aku bilang, pantang bagiku merebahkan badan saat berlibur. aku ke penginapan hanya buat shalat dan menaruh tas. lalu kembali keluyuran ke Malioboro, duduk", mengeluarkan buku catatan dan memesan secangkir kopi di Koling dekat Malioboro Mall sampai dini hari. aku bukan memaksakan diri, tapi ini caraku berlibur dan menghibur diri. bagiku saat berlibur; tak ada pedoman di sini, aku harus menulisnya sendiri.
sepuluh Mei, 2018
Selengkapnya...