Kuliah Kerja Nyata, satu kegiatan kuliah yang sangat menguras pikiran di awal. Walaupun kadang menghadirkan tawa, tapi sangat melelahkan. Lelah yang tak biasa dialami oleh anggota biasa. Lelah yang harusnya tak terjadi jika kesadaran posisi dirasakan semuanya. Tapi inilah hidup, kerelaan me-lelah-kan diri untuk saling megisi ataupun memahami lainnya.
Pagi masih menampakkan kegetiran yang dirasakan langit. Cuaca semakin gak jelas dengan badai sedikit mirip Katrina. Setelah senang bercampur sedih melihat Rumput LiaRKu sedikit layu karena masalah keluarga dan beasiswaku yang sudah cair, aku harus bahu membahu bersama Aniez (HMI-Wati FE UMM sekaligus soulmate KKN) berjibaku menghadapi angin kenceng di perjalanan.
Usai mempersiapkan semuanya, kami berangkat melumpuhkan Landungsari yang saat itu sedang dicabut listriknya. Rinai hujan datang perlahan menghampiri perjalanan kami yang saat itu dipimpin Anis. Kami juga sempat berhenti di pom bensin untuk mengisi bensin (ya iyalah, masak ngisi aer). Beberapa ratus meter setelahnya, Anis yang sedari berangkat sudah mengenakan jas hujan menyarankan aku memakai jas hujan satu lagi yang ada di jok motornya. Dan sepertinya saran itu tepat, karena hujan kali ini tak turun satu persatu seperti di awal. Jadilah kami seperti guru olahraga dan batman nyasar.
Sesampainya di Batu, kami semakin dibredel oleh badai. Kami cukup kuat menahannya. Hanya saja, kekuatan itu seakan sirna di Songgoriti. Kami sempat berpindah tempat beberapa centimeter alias terbang.
“Aniissss..”, teriakku dengan suara kecil (bingung kan..?!!).
“Kiiidddd. Hahahahaha..”, ketawanya langsung muncul tanpa rasa takut.
“Aniss, mantaabb yang tadi. Hahahaha..”, aku ikutan ketawa karena emang lucu.
“Kid, fokus Kid. Hahahaha..”, ketawanya lagi.
“Mau diganti ta Aniss..??”, tawarku.
“Gak usah Kid. Cuma gitu aja”, jawab Anis sekenanya.
Sumpah, itu adalah kejadian memalukan bagiku. Gila, kami ringan banget cuii. Padahal barang yang kami bawa cukup banyak dan berat. Sementara Anis fokus pada perjalanan kami, aku tertawa dalam hati dan akhirnya aku keluarkan karena gak tahan. Maaf Anis, tapi beneran lucu. Hahahaha..
Perjalanan kami lebih berat saat hujan mulai deras dan angin lebih kencang menurunkan pasukannya hingga hawa dinginnya menembus helm yang kami kenakan. Songgoriti telah kami masuki. Rute jalan ini direkomendasikan Pak Iphul (ini Pak Syaiful atau Dian sebenarnya..??) karena lebih gampang dan dekat dariapada rute payung. Jalan yang menanjak benar” membuat kami khawatir satu sama lain. Tapi dengan gaya macho yang ditunjukkan Anis dalam mengemudi sepeda motor, kami sampai pada ujung jalan di kawasan Pujon (entah apa nama desanya..). Mulai dari sini, aku yang nyetir. Namun kami masih berhenti sejenak untuk bernafas dan memberikan rehat bagi tubuh kami yang sudah melakukan perjalanan tak biasa ini.
Kami sudah terbiasa hidup dalam tekanan sebenarnya. Sering banget kami melakukan aktifitas tak biasa yang sangat melelahkan. Hanya saja, jika harus menghadapi badai dengan kondisi seperti ini, sepertinya baru kami rasakan sekarang. Sehari sebelumnya saja, kami pulang pergi ke Kepanjen dengan tenaga minim karena abis keliling kampus nganterin undangan. Oke, kembali lagi pada cerita perjalanan kami. Anis masih menggerakkan badannya, kepala dan tangannya yang sedari tadi menahan dingin yang amat sangat. Wuihh.. Kami benar” menggunakan waktu sejenak ini dengan baik.
Setelah semenit istirahat, kami lanjutkan perjalanan ini dengan sangat hati”. Benar” hati”. Kami berjalan pelan tanpa suara (mana bisa bego’..??!!).
“Aniss, kita pelan” aja ya. Udah deket gini”, pintaku.
“Iya Kid. Kalau mau terbang lagi sich gapapa cepet”. Hahaha..”, ujar Anis.
Maunya sich sebenarnya cepat agar segera sampai pada tujuan dan terhindar dari cuaca ini. Tapi sepertinya tak mungkin. Cuaca semakin menghantam bertubi-tubi tanpa ampun. Kami sudah memasuki Pujon, beberapa kilometer harusnya sudah sampai. Tapi kami (aku sich sebenarnya) melakukan kekonyolan yang tak harusnya terjadi. Kami kesasar. Maklum, aku sekali saja ke Desa Ngroto. Jadi tak mungkin langsung bisa apal. Hahaha.. Tapi dengan sedikit ingatan yang sempat tertinggal tentang Desa Ngroto, aku berhasil menemui teman” KKN. Uaseemm..
Kedatangan kami pas banget dengan waktu makan. Kebetulan kami belum makan, dan aku sangat luaper cuii..
Teringat pesan beberapa teman bahwa pengalaman tak bisa dibagi, karena hanya kita yang bisa merasakannya. Tak peduli baik atau tidak, pengalaman tetap menjadi barang berharga yang bisa Kau ubah menjadi hikmah atau pelajaran untuk memastikan langkah menapaki jalan selanjutnya. Tetapi, jika pengalamannya kekonyolan seperti terbang dengan sepeda motor karena angin kenceng sepertinya pengen banget bisa dibagi. Bukan begitu Aniez..?!? Hahaha..
KKN; Perjalanan Memulai yang Konyol..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar