Aku tak pernah berhasil menemukanmu dalam tidurku. Apa karena bantal dan guling ini terlalu sesak dengan beban skripsi yang merendahkan bahuku beberapa senti belakangan ini..? Aku tak paham itu. Tapi yang aku tau, Kau tak pernah hadir dalam mimpiku. Atau Kau enggan untuk sekedar mampir menyapa..? Entahlah. Biarkan ini menjadi keresahan yang akan aku cari tau penyebabnya. Saat ini pandanganku semakin bersih. Bukan karena kacamata yang baru saja Kau hadiahkan untukku. Bukan juga karena tumpukan buku di samping notebook-ku yang memanjakan penglihatan ini. Tapi bisa dipastikan karena kejelian hidupmu dalam memahami dirimu sendiri yang tak berubah. Aku jadi tau siapa yang aku hadapi. Aku jadi tau untuk mencampuri sedikit racun di gelas yang sudah kita tuangkan seliter madu ini. Kau selalu hadir saat kesedihan menghampiri walaupun kadang acuh karena amarahmu yang meledak-ledak. Kau selalu hadir saat tawa panjangku bersama pria” ini memecah kemacetan jalanan Sengkaling. Percaya atau tidak, Kau selalu hadir. Walaupun lebih sering tanpa menampakkan fisik, tapi Kau nyata hadir. Aku tidak ingin buru” menyimpulkan apapun istilahnya. Aku hanya ingin menjadikanmu selalu nyata dengan sedikit serbuk keabadian dalam penglihatanku. Cukup selalu Kau tanamkan keanggunan itu, maka Kau akan selalu ada, nyata dan hadir dalam jiwa yang akhir” ini nakal. Tapi percayalah, Kau harus berubah. Berubah untuk lebih. Aku yakin Kau akan mengalami fase itu. Karena yang aku yakini bahwa satu”nya yang tidak berubah di dunia ini adalah perubahan itu sendiri. Selamat malam wahai Kau pemilik senyum itu..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar