Kegelapan sore ini masih tertimbun oleh semua tirani yang menghalangiku bertemu denganmu. Membuatku semakin buta dibalik kacamata minus yang kukenakan. Bagaimana Kau bisa hadir tanpa mengucapkan sapa yang selalu diharapkan telinga ini. Karena aku yakin suaramu mendendam sunyi yang akan mengacaukan kebisingan siang.
Namamu sudah tak lagi terukir di hatiku. Hanya saja, semua tentangmu sudah menyatu membingkis keelokan Tuhan. Mungkin Kau tak dapat melihatnya, karena itu tersembunyi jauh di dalam. Kau tak mungkin mendengarnya, karena tersimpan jauh di dasar. Kau pernah memaksaku untuk mengatakannya, tapi aku tak sanggup mengeluarkannya walau hanya untuk memperlihatkannya padamu. Lalu aku pernah membisikkannya padamu, namun pendengaranmu mencengkram bingkisan tuhan lainnya.
Ingin sekali aku katakan padamu untuk tak lagi mengejarku. Jangan. Cukupkan langkahmu sampai di ubin merah itu. Jangan lagi mengejarku. Jangan lagi mencariku. Suatu saat nanti aku yang akan menemukanmu. Masih banyak hal yang akan aku persiapkan untuk mendatangimu. Kemudian akan aku pungut Kau ke dasar hatiku tempat yang telah kita persiapkan. Berlarilah. Temui takdirmu yang lain. Berjalanlah. Dapatkan takdirmu yang lain. Namun, sisakan takdir yang terakhir untukku. Aku akan datang menemuimu.
Malam akan segera tiba. Semoga semua keindahan akan dirimu selalu hadir dalam mimpi.
Sore yang Terasing..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar