Di Manapun Kau..

Ini lagumu yang aku tuliskan untuk temani di manapun Kau..
Petang tak selalu menakutkan seperti kata orang. Menenggelamkan cahaya dengan membenamkan terang. Menghadirkan gelap dan mengusik senja tanpa bilang. Lalu memberikan malam dan menghiasinya dengan bintang. Bukankah semua itu rutinitas hidup yang kadang terlewatkan..? Hadapi saja, karena Tuhan tidak akan mengubah praksis ini sampai takdir mengizinkan kiamat tiba. Sama seperti kisah ini, tidak akan berubah, sampai aku membawanya padaNya.

Ini lagumu yang aku tuliskan untuk temani di manapun Kau..
Lalu aku menyapamu, selamat petang, Kaa.. Tetaplah semangat seperti biasa. Meskipun aku tidak tau apa kabarmu saat senja. Meskipun aku tidak diizinkan lagi untuk menerima balasan pesan yang aku tujukan padamu di sana. Meskipun sampai saat ini aku tidak tau apa yang membuat semua ini terjadi. Aku bisa saja menemukanmu. Mudah saja bagiku. Tapi aku tak yakin Kau akan suka caraku. Duniamu bukan dunia jurnalis. Duniamu memiliki prosedur yang harus aku patuhi. Dan duniamu tak bisa lagi aku masuki tanpa seizinmu. Meskipun di sini, aku mengharap Kau membukanya kembali.

Ini lagumu yang aku tuliskan untuk temani di manapun Kau..
Tak usah pedulikan malam gelap tanpa sorotan cahaya alam. Manusia menciptakan lampu” kota agar menerangi langkah dan penglihatanmu. Selalu tersenyum dan tertawalah Kaa.. Mungkin aku tidak mendengar renyah senyum dan riang tawamu lagi. Tapi dengan membayangkannya saja, ada ribuan impuls dari syaraf otak menjalar ke setiap sudut yang aku pandangi. Mungkin saja tidak hanya padaku terjadi. Semua orang yang menyukaimu juga pasti mengalaminya. Terkagum-kagum oleh seorang dewi yang menjuluki dirinya sebagai bidadari. Dewi hanyalah bualan manusia untuk menemani cerita anak”. Tapi aku melihatnya kemarin, 21 jam dan tiga hari.

Ini lagumu yang aku tuliskan untuk temani di manapun Kau..
Tentu saja boleh kan bertanya ‘apa kabar, Kaa..?’ Resikonya sama, tidak dijawab atau terlewat diacuhkan. Tapi dah aku mah apa atuh. Mungkin ada suara yang mengharuskanmu untuk melakukan itu. Tak apa. Sama seperti gelap malam. Semuanya hanya soal pilihan. Kau ingin mendekap gelap malam sendirian, keluar dari kamar dan menemani cahaya lampu kota dengan teman”mu atau menghadap ke langit di atas genteng rumah. Semua pilihan, dan setiap pilihan memiliki resiko. Dan di sini, aku memilih sakit merindukanmu. Aku memilih gila memikirkanmu. Sudah berlangsung lama, sejak aku tau apa nama rasa ini.

Ini lagumu yang aku tuliskan untuk temani di manapun Kau..
Ceritakan hari”mu Kaa.. Adakah kesulitan yang memintamu untuk mengendurkan langkahmu..? Tapi aku ragukan itu. Tidak ada perihal yang menghalangi niatmu. Niat seorang perempuan kuat sepertimu. Niat tulus untuk sisi yang Kau pilih. Niat pemilik senyum yang dirindukan, mungkin tak hanya olehku. Adakah rinai hujan yang mengganggu jalanmu..? Jika iya, aku meminta Tuhan agar hujan itu teralihkan padaku saja. Beda denganmu, aku sangat mencintai hujan. Mungkin Kau juga, tapi Kau lebih membutuhkan jalanan kering saat Kau berangkat kerja. Atau adakah rasa sakit yang kembali mendera..? Semoga tidak. Siang malam aku berdoa agar Kau jauh darinya, pasti Tuhan mendengarnya.

Ini lagumu yang aku tuliskan untuk temani di manapun Kau..
Hujan sudah menjemput malamku. Kita hidup di negeri yang sama, tapi mungkin malammu memiliki cuaca lebih baik. Semoga saja begitu. Semoga setiap harimu penuh gairah dan semangat yang tergandakan. Seperti hembus angin saat hujan semakin deras. Menerpa setiap senti wajahku dari balik jendela kamar dengan keras. Tapi tak sampai menghentikan jemariku menulis lirik ini padamu dengan bebas. Semuanya masih sama, sebotol kopi Nescafe Smoovlatte di samping kiri netbook dan bolpen di atas note di kanan.

Ini lagumu yang aku tuliskan untuk temani di manapun Kau..
Komposisi Selamat Datang dari album baru Sheila On 7 masih mengalun penuh suka di hape. Aku menikmatinya, hingga aku tak sadar hanya komposisi itu yang terputar sejak petang tadi. Liriknya asik, sedikit berisik, tak membuat bayangmu terusik, hingga nanti menemaniku mengakhiri tulisan ini dengan titik.

Ini lagumu yang aku tuliskan untuk temani di manapun Kau..
Mungkin saat ini tawamu sedang mengembang bersama hati yang lain. Atau senyummu tersungging bersama rindu yang lain. Atau langkahmu tergerak bersama kaki yang lain. Atau mata indahmu berbalas pandang bersama kedip yang lain. Atau harimu teralihkan oleh raga yang lain. Apapun itu, tetaplah penuhi hari”mu dengan semangat yang riuh. Jangan mengeluh, jadilah tangguh seperti yang Kau impikan. Tuhan tak akan meninggalkanmu, atas yakinmu sejauh ini. Walaupun berpeluh, walaupun terlihat lusuh. Di manapun Kau berada, berbahagialah. Itu doa semua orang yang menyayangimu. Aku..? Tidak, aku mencintaimu..

0 komentar:

Posting Komentar