matahari tenggelam sebelum waktunya. mendung berusaha menutupinya dan gerimis berkali-kali datang untuk meyakinkan. tapi siang masih setia, memberi waktu sedikit lagi padanya untuk bersinar. aku yang menengadah ke langit, mengindahkan apa yang dilakukan hari. aku tak ingin terjebak di jalan ini, belum.
dari jendela mobil yang gelisah, tidak ada yang tampak indah. jalanan masih kering dan sibuk. kendaraan roda empat dan seterusnya keluar masuk Jalan Slompretan, menyesaki aspal tiga meter yang hanya berlaku satu arah. teriakan tukang parkir menderu bersama bising mesin" yang lelah. sekali lagi aku menengadah dan awan gelap belum memisahkan diri.
kami masuk ke sebuah toko yang ramai, oleh raga dan suara. mereka berkelintaran dan menggema, memastikan semua pengunjung ditemani dan terlayani. aku menyembunyikan diri tepat di pintu masuk, membuka dan memakan roti isi selai kacang tanpa aba". sesekali menengadah ke luar, menyaksikan kuasa mendung yang tak kunjung habis.
urusan kami selesai dan memutuskan pulang. langit yang lusuh masih mengintai, mengepung semua pandangan saat aku sekali lagi menengadah padanya. di baliknya, seolah matahari masih menahan hujan tumpah di kota ini. tidak ada guruh, tidak ada kilat. tapi dia mengirimkan udara dingin, yang kami rasakan sesaat setelah keluar dari toko. sebagai penanda bahwa dia tak lagi mampu menahan rinai turun.
dua puluh satu menit kemudian, gerimis turun dan semakin deras.
Sebelum Hujan..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar