Just Me, My Self and Holmes

Hari ini aku gila akan semua hal tentang Sherlock Holmes. Detektif fiksi terkenal asal London Inggris. Sir Artur Conan Doyle, penulisnya, telah membukukan ratusan kasus” yang pernah ditangani Holmes dan dr. Watson, temannya. Buku” itupun telah diterjemahkan ke puluhan bahasa di dunia ini. Bahkan, Aoyama Gosho, penulis Detektif Conan, manga terkenal Jepang terinspirasi dari kejeniusan Holmes memecahkan kasus” yang menyulitkan polisi sekalipun ini.
Kemarin malam tepatnya, mengisi kekosongan, aku melakukan aktifitas yang sudah dua bulan terakhir ini tertinggal karena kesibukan lain; menyewa komik Detektif Conan. Komik seri 71 kali ini bercerita tentang dengan sangat beruntungnya Conan, Ran dan Paman Mouri mendapatkan hadiah dari seorang perempuan tua yang belakangan diketahui adalah salah seorang kerabat Kerajaan Inggris. Hadiah ini diperolehnya gara” Conan, Ran dan Paman Mouri tidak sengaja menemukan kucing peliharaan si perempuan bernama Venus.
Singkat cerita, di seri itu aku tau bahwa dalam salah satu kasusnya, Holmes berkata bahwa ‘cinta itu adalah emosi, dan aku menghormati emosi itu lebih dari siapapun. Tapi aku tidak akan mencampuradukkannya dengan akal sehat.’ Kalimat yang dilontarkan pria yang selalu identik dengan pipa rokok dan topinya itu mengingatkanku pada obrolan dengan seorang dosen di kampusku. Saat itu, di tengah keramaian kelas, dia berkata bahwa cinta itu irrasional. Karenanya, sebagai mahasiswa, cinta yang kita miliki pada lawan jenis untuk sementara idealnya harus diposisikan rasional.
Hal ini mungkin dimaksudkan agar tak terjadi disorietasi ideal dari seorang mahasiswa. Benar saja, saat aku jatuh cinta dan terjerembab pada posisi irrasional, ternyata cinta itu malah membelenggu dan hampir menjatuhkan semua tujuan yang sempat menjadi pilar orientasiku kuliah. Apalagi, saat harus merasakan manis pahitnya. Saat manis, Kau akan dimabuk rindu dan terlena dengan kasih sayang. Sehingga Kau menunda” aktifitas yang tak jarang berujung pada ‘terlupakan’. Tugas kuliah misalnya.
Begitupun saat pahit. Bagi sebagian manusia, saat merasakannya, terasa berada pada kubangan kesedihan yang dirinya sendiri tak tau kapan akan beranjak. Tentu saja, hal ini dengan sukses berdampak sistemik pada setiap aktifitas sehari”. Setengah hati, tidak mood bahkan tidak ingin melakukan apapun. Dalam titik inilah harusnya kita memperlakukan cinta dengan bijak dan arif. Maka benar ketika dosenku bilang, bahwa saat ini beradalah pada posisi cinta rasional. Atau Kau tak boleh mencampuradukkannya dengan akal sehat, saran Holmes.

0 komentar:

Posting Komentar