Gute Nacht, Itu Saja

Bagaimana malammu..?
Sampai saat ini aku masih percaya bahwa keluarga adalah segalanya di luar urusan vertical dengan Tuhan. Keluarga tak hanya penting, tapi menjadi alasan untuk semua aktifitasku di semua malam 23 tahun ini. Walaupun, tak semuanya aku lakukan dengan benar. Kadang lalai, kadang terlaksana sesuai harapan.
Bagaimana malammu..?
Malam ini aku masih terbelit rindu pada semua orang yang menjadi keluargaku. Tak hanya kelu, tapi menderu hingga membelenggu. Aku bukan seorang anak, cucu, ponakan, sepupu, adik atau kakak yang cengeng dan selalu home sick. Tapi aku hanya seorang anggota keluarga yang terus menyematkan nama” keluarga di hati. Ya, di hati. Di hati dan tak akan terhapus sampai nanti. Selalu ada nama mereka di setiap doa yang aku panjatkan.
Bagaimana malammu..?
Aku masih heran, kenapa sebagian orang masih menganggap keluarga adalah ayah dan ibu serta sodara kandung saja. Atau lebih luas dikit dengan istri/suami, nenek, paman dan lainnya yang pernah hidup dengannya di rumah. Menurutku, teman juga adalah keluarga. Teman yang membingkai hidup kita saat kita tak di rumah. Teman adalah pegangan saat kita menggenggam rasa senang dan tercederai rasa sedih. Teman adalah pertanyaan saat lingkunganmu menjadi gelap. Teman adalah jawaban saat matahari terlalu terang untuk kita lewati sendiri. Teman adalah tongkat yang menopang semua inspirasi. Lebih dari itu, teman adalah keluarga yang kita pilih.
Bagaimana malammu..?
Kita lahir dari seorang perempuan dengan laki” di sampingnya. Kemudian kita menyebutnya orangtua. Itu adalah takdir Tuhan. Semua sodara ayah dan ibu adalah paman, bibi, pakdhe, budhe dan semacamnya kita menyebutnya. Itu adalah konsekuensi. Anak” dari sodara/i orangtua kita sebut sepupu. Ayah dan ibu dari mereka, kita sebut nenek dan kakek. Sodara kandung yang lebih dulu dan setelah kita lahir, kita sebut sebagai kakak dan adik. Itu semuanya konsekuensi takdir Tuhan. Jika mereka adalah keluarga, kita tak bisa memilih siapa keluarga kita. Ada yang kita suka dan ada yang kita tidak suka. Tapi kita tak bisa membuangnya, karena konsekuensi tadi.
Bagaimana malammu..?
Nah, di sinilah teman hadir untuk pilihan. Seperti yang saya sebutkan di atas, kita memilih teman untuk ikut meramaikan kehidupan kita. Fungsinya hampir mirip dengan keluarga utama kita. Menjadi teman sharing, curhat, berkeluh kesah, berbagi dan lainnya. Saat senang dan sedih, tentu keluarga utama adalah sasaran untuk berbagi. Saat jauh, bisa kita lakukan lewat ponsel dan layanan komunikasi lainnya. Tapi saat kita butuh sosok secara fisik, teman hadir memberikan harapan itu walaupun kadarnya tak sekuat keluarga utama. Karena itu, teman adalah keluarga yang kita pilih. Dan aku selalu rindu barada di tengah kehangatan my family and my chosen family.
Bagaimana malammu..?
Mungkin Kau masih sibuk dengan dunia barumu. Dunia organisasi dengan jabatan sangat urgent di dalamnya. Mungkin juga Kau masih meragu dengan dunia lalumu, dunia dua tahun lalu. Atau mungkin Kau masih mencari alasan untuk tak menyambut pesan” itu. Apapun yang sedang Kau lakukan, semoga harimu menyenangkan. Itu saja.

0 komentar:

Posting Komentar