#mancing

Malam ini hanya beberapa bintang yang bisa aku hitung di langit Surabaya. Semua sinarnya tampak memudar dalam barisan cahaya bulan. Angin diam” mengalun lembut diantara dua mataku yang tak bisa terpejam purna. Letihku masih bisa aku tahan di balik gelap kamar tanpa penerangan. Bahkan ragaku masih memaksa untuk kembali membuka beberapa kertas tanpa bahasa. Bahasa kesendirian yang tak mungkin aku ejawantahkan. Bahasa keramaian tanpa objek yang pernah aku tuliskan. Bahasa yang pernah terjerembab dalam kebisuan sedu sedan. Bahasa rindu yang memaksaku untuk menulis teks ini untuk sebuah derita.
Malam ini akan terasa sangat panjang. Bukan karena lelapku tak bisa aku arahkan. Bukan juga karena hawa panas Surabaya yang tak tau malu. Atau bukan karena besok aku akan menjalani psikotest di jalanan. Tapi karena aku bingung mendeskripsikan rindu yang sudah berlangsung lama, rindu yang tak bisa aku sampaikan padamu. Walaupun aku tau Kau juga merasakan hal sama jauh dalam hatimu.
Belakangan ini aku selalu berupaya mengajakmu berkomunikasi. Aku sudah tak tahan untuk menyapamu. Sudah seringkali aku menyakitimu dengan tak merespon semua senyummu saat bertemu denganku. Bahkan mungkin Kau membenci sikapku yang tak membalas pesan” teks yang Kau tujukan padaku. Yang terakhir, aku bahkan sengaja memalingkan wajah saat tawa renyah dan senyum manismu penuh dengan keterkejutan itu Kau arahkan padaku. Tentu aku melakukannya bukan tanpa alasan.
Beberapa waktu belakangan ini Kau begitu sulit dilihat. Aku bahkan tak bisa membaca yang terjadi melalui matamu. Dua pesan teks yang aku kirim berakhir tanpa respon. Sampai saat ini aku masih belum tau alasan Kau melakukannya. Mungkin Kau kembali jengah dengan desas desus di rumah KITA itu. Atau Kau kembali muak ada gosip yang membuatmu malu untuk memijakkan kaki di rumah itu. Tapi yang jelas dan terjadi padaku, keenggananmu membuat malam”ku penuh derita. Entahlah, aku hanya berharap Kau baik” saja menjalani rutinitasmu. Jauh dari demam yang beberapa hari lalu membelenggumu.
Kau tau, kebekuan ini membuatku hampir gila selama sehari lalu. Malam hariku selalu dipenuhi dengan imajinasi tak logis seperti kebanyakan urusan asmara lainnya. Sometimes, aku ingin menjadi sesuatu yang bisa selalu Kau sentuh. Kadang juga aku ingin menjadi udara yang selalu Kau hirup dan Kau butuhkan. Aku tak tau harus menjadi apa diriku agar Kau selalu melihatku. Melihat bagaimana rindu ini menyesakkan dada. Melihat bagaimana keramaian ini begitu sendu tanpa hingar bingar suaramu. Melihat bagaimana aku diam tanpa langkah untuk melihatmu dari kejauhan.
Aku tau Kau juga memiliki semua keresahan yang memuakkan ini. Tapi Kau harus lebih kuat karena aktifitasmu tak mengijinkanmu berada dalam titik jenuh ini. Diamlah di situ, di tempat Kau duduk dan memimpin kumpulan manusia itu. Diamlah dan jangan Kau hiraukan kabut rindu yang sedang melandamu. Lebih banyak yang membutuhkanmu di tempat Kau berdiri saat ini. Bahkan Kau menjadi idola dan harapan baru bagi himpunan itu dengan posisi yang saat ini Kau rengkuh. Diamlah. Jangan mencariku, berjalan ke arahku atau bahkan mengejarku. Suatu saat aku yang akan menemukanmu.
Kau boleh benci pada jarak ini. Pada semua hal yang memisahkan kiloan meter tempat kita berada. Kau juga boleh benci padaku jika suatu saat nanti ada pria lain yang berusaha lebih gigih daripada aku untuk mendapatkanmu. Hmmm.. Kau mesti sadari, bahwa Kau sangat mudah dikagumi seperti kataku. Kau juga mesti akui bahwa Kau sangat mudah untuk dicintai. Alasan lama yang pernah aku katakan, bahwa aku tak ingin memasung keinginan orang lain untuk mendapatkan senyummu. Walaupun aku tau hatimu hanya untuk aku taklukkan.
Kau harus tau bahwa setiap gerak kecilmu mampu meledakkan degup jantung pria di sekitarmu. Kau harus sadari bahwa senyum kecilmu mampu me #mancing semua pasang mata untuk terpana. Setiap detik anggunmu bisa saja membius semua langkah terhenti. Setiap perilaku smart-mu dapat dengan mudah dipahami sebagai pesona bagi yang lain. Tapi Kau harus tau, bahwa jika nantinya bukan tanganku yang Kau genggam, aku tetap tersenyum untuk kebahagiaanmu.

0 komentar:

Posting Komentar