Katakan Saja..

Rasanya hawa pagi di kamar ini memunculkan keinginan untuk tetap menulis setiap hari. Entah motivasi apa yang ada di baliknya, yang pasti aku menikmatinya. Sama seperti saat ini aku sangat menikmati hembusan udara penuh wewangian di kamar ini. Kamar yang sangat nyaman untuk beristirahat sebenarnya setelah melakoni aktifitas sangat melelahkan. Namun, keinginan ini menunda sejenak tubuhku berbaring. Apalagi, seorang teman penghuni kamar sebelah, dengan kencang menyetel lagu” milik Sheila On 7. Hampir tak ada alasan untuk tidak terjaga.
Katakanlah..
Udara pagi ini juga yang mengantarkanku untuk kembali menelusuri jalan pikiranmu. Jalan pikiran yang tak pernah aku tau dan aku tebak. Aku seperti terjerembab dalam gerombolan ombak. Mengalir kencang dan memaksaku untuk terus bergerak. Mendikte iringan langkah di tepi air laut yang riak. Saat ini aku sungguh ingin mendekati ragamu dan berteriak. Sungguh, ini bukan karena aku baru saja minum dan tersedak. Tapi akibat degupan jantung yang tak beraturan terus berdetak. Bisakah Kau tak mengatakan tidak. Karena aku terus menghampirimu agar Kau jujur pada dirimu sendiri hingga Kau terdesak.
Katakanlah..
Dunia ini bukan lagi arena bertaruh dalam kesenjangan. Aku masih belum peduli pada topik” di luar sana yang selalu mengantarkanku istirahat lebih sedikit dari orang lain. Kasus Djoko Susilo, desas desus pencalonan Djokowi untuk jadi presiden, Ahmad Dhani yang sampai saat ini masih mengkhawatirkan kesehatan Dul, adanya mobil murah, langkanya kedelai hingga rivalitas Ronaldo-Bale dan Messi-Neymar yang mulai berlangsung. Aku masih hanya peduli pada alasanmu untuk tidak kembali membuka mulut kecilmu berkata. Berkata padaku apa yang Kau rasakan tanpa menutupi.
Katakanlah..
Bukan saatnya lagi Kau berada pada kebimbangan. Kau sudah melewati masa” itu dengan baik. Masa” dua tahun lalu yang selalu Kau takutkan. Masa” penuh rasa sakit yang sangat menguras emosi. Masa” sendu hingga Kau mengeluarkan air mata tak sedikit. Masa” keraguan untuk tetap menjalani hidup atau terus mengurung diri di kamar. Bukankah Kau sudah katakan padaku bahwa semua itu kebodohan. Kau juga mengatakan bahwa semua itu sudah berlalu dan tak ingin lagi mengingatnya. Bahkan Kau juga mengatakan bahwa setiap orang yang ada di sini, di Bumi ini, memiliki masa lalu yang ingin dihapus. Itu Kau yang mengatakannya. Mengatakan padaku. Mengatakan tepat di telingaku.
Katakanlah..
Aku tidak ingin memaksa kehadiranku untukmu. Aku hanya ingin melihatmu tak lagi berada dalam kubangan penyesalan dan kesedihan. Kau harus tersenyum. Senyummu, walaupun tak merepresentasikan kejernihan jiwamu, sangat tulus bagi orang yang melihatnya. Tak ada orang yang tak menyukai senyummu. Senyum yang selalu berhasil menghipnotis kepedihan orang” di sekitarmu. Senyum yang kadang berhasil dengan mudahnya membuat orang lain langsung terpana. Senyum yang sangat indah. Senyum yang suatu saat akan Kau tunjukkan padaku tanpa penghalang.
Katakanlah..
Katakanlah apapun yang ingin Kau katakan. Katakanlah sesuatu agar Kau tau apa yang sebenarnya menjadi keinginanmu. Katakanlah apa yang menjadi permintaan hatimu sebenarnya. Katakanlah. Katakanlah jangan ragukan jeritan hatimu. Katakanlah dengan lantang. Telinga dan ragaku siap mendengarkan semua kata yang akan Kau katakan. Katakanlah. Kau sudah lama menganiaya semua kata. Kau sudah terlalu lama menyandera semua kalimat. Kau tak bisa lagi memenjara semua huruf” itu.
Katakanlah..
#haikamu, ingatlah satu hal. Saat Kau berpikir bisa menghidarkan semua bahasa itu dariku, jangan pernah berpikir bisa menyembunyikannya dari Tuhan..

0 komentar:

Posting Komentar