Gud Lak, Brada..

setiap fase selalu memliki perjalanan. juga demikian, setiap perjalanan memiliki fase. malam ini begitu emosional bagiku. perjalanan dari stasiun Sar Turi ke kos jadi sangat lambat. jadi sangat hening dan haru. aku baru saja mengantarkan Sinal yang akan melakukan perjalanan ke Jakarta buat mewujudkan keinginan". aku baru saja mengantarkan sebuah usaha yang ditanam olehnya sejak setahun ini. aku, baru saja mengantarkan adikku menjauh dariku.

dulu saat SD, aku sering ada di Bandara Juanda. sebagian besar keluarga besarku tidak di Bangkalan. mereka tersebar di Jakarta, Malaysia, Singapore, berlayar di Eropa dan Amerika Tengah menjadi TKI. jadi saat mereka pulang, aku selalu ikut serta buat menjemput. pun begitu saat mereka berangkat lagi, aku akan berada di list paling atas buat ikut mengantar. tiap kali sesi perpisahan, sodara"ku yang anak" mereka, menangis. dan aku, harus menahan tangis. aku harus menahannya untuk menenangkan mereka. bersikap sok kuat dan mengelus" bahu kakak"ku. adegan bodoh yang seringkali ditertawakan Nenek.

aku dan kakak"ku adalah sepupu, tapi hubungan yang terjadi bukan seperti itu. kami lebih mirip sodara kandung yang saling mendukung. tidak ada garis yang membedakan kami. begitu juga para orang tua kami. semuanya memanggil Bapak pada semua Bapak di keluarga ini. semua memanggil Ibu pada semua Ibu yang melahirkan kami. semuanya akrab dan terikat dengan hebat. dengan erat. jadi kami tak bisa membedakan siapapun yang berangkat keluar dari Jawa Timur. siapapun dia, kami pasti terharu dan seringkali menangis.

belakangan, sudah jadi era kami. para cucu. aku sering mengantar dan menjemput kakak"ku ke Bandara atau Stasiun. haru yang menyelinap selalu terobati dengan pelukan sebelum mereka berangkat. tapi malam ini, hanya aku yang mengantarkan Sinal. haru itu datang terlambat. saat melihat Sinal di pintu check in, aku hanya merasa tenang dan bangga. haru baru datang setelah aku keluar dari stasiun dan melintasi jalanan. gilak, time flies. Sinal udah gede sekarang. aku harus berhenti menganggapnya sebagai anak kecil lagi. dan begitu kesalahan semua seorang kakak, menganggap adiknya selalu masih anak kecil.

jalanan masih sangat lambat saat aku berhenti mengenang masa kecilku. haru itu perlahan menghilang dan meninggalkan bangga. aku suka membantu orang lain mendapatkan yang mereka inginkan, terutama saat mereka tidak tau apa yang mereka inginkan. tapi yang sedang aku bicarakan adalah adikku, aku harus menjadi jembatan untuk menemukan keinginannya. gud lak, Brada.

0 komentar:

Posting Komentar