aku mencari" alasan agar bisa kembali menulis. menulis apapun yang bisa aku tulis. aku juga tidak tau apa yang ingin aku tulis. aku tak ingat hal terakhir yang membuatku semangat menulis. yang aku ingat sekilas, seorang teman memintaku menulis tetang kopi di blog, menanyakan sudah aku kirimkan ke kompetisi blog yang sedang berlangsung atau belum lalu aku lakukan. dua pekan kemudian, aku mendapat hadiah smartphone, terkirim ke kosku.
oia, aku ingat. hahahahaa.. semua isi blog bangsat ini berisi curahan hati, kadang milikku atau orang yang kebetulan sedang cerita padaku. tidak semuanya berisi keresahan. banyak diantaranya juga tentang kerinduan pada seseorang, yang aku ingat selalu memiliki masa untuk dirindu. entahlah, aku hanya ingin meracau. mungkin bisa membenamkan kebuntuan yang sedang hinggap padaku malam ini.
beberapa kali aku bisa dengan mudah merobohkan dinding" keras itu. menghancurkannya seperti hanya menyentuh dengan telapak tangan, dan tanpa banyak kekuatan yang harus aku kumpulkan. tapi kadang, aku harus memejamkan mata untuk berpikir menghilangkan kebusukan" yang mengitariku. seolah semua kehidupanku hanya untuk mengepalkan tangan dan menghatamkannya tapi tetap tidak pecah.
tapi iya, seringkali aku menyudahi kebuntuan menulis ini dengan kopi. secangkir kopi yang aku buat sendiri atau dengan adikku atau dipaksa mampir ke kedai kopi bersama teman. iya, itu saja. sebaiknya malam ini aku mengiyakan ajakan ngopi seorang teman kantor tadi..
Selengkapnya...
Sedang Buntu..
Menyudahi Keresahan..
tidak semua resah bisa padam oleh malam. sengaja memejamkan mata dan berpura tidak terjadi apa". saat bangun, saat membuka mata pertama kali pagi hari, gelisah itu masih ada. hanya sebentar reda dengan nada yang berbeda. berulang kali gundah itu aku kumpulkan di dada. menepikannya bersama serpihan tumpukan penyesalan yang lalu-lalu. orang" bilang itu persoalan asmara. aku bahkan tidak peduli dengan asmara. dengan semua drama yang menyertainya. dengan semua kebusukan di dalamnya. mungkin suatu hari iya. tapi tidak sekarang. tidak selama aku masih bisa memiliki sumber lain menemukan tawa.
akhir" ini resah itu berkubang di dalam raga. betah berlama" dan menjangkiti hampir bagian indera lainnya. bukan maksudku membiarkan. memberi ruang dan masa untuk menjadikannya tuan. aku hanya tak ingin lagi membuang tenaga untuk satu perhatian. atau mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. kembali menemukan sumber persoalan dari awal. hal" yang tidak ingin aku mengerti. karena kadang membiarkan diri dalam ketidaktahuan jauh lebih baik, untuk beberapa kasus.
aku masih bersama segelas kopiku saat menulis ini. menimbang banyak perihal sengaja maupun tidak, yang mampir di hidupku. aku ingin memindahkannya ke tempat lain, tapi entah ke mana. aku tidak ingin wajahku terlihat muram dan membuat wajah lain di depanku geram. banyak hal yang tidak bisa diceritakan hanya karena bertatap muka. berdampingan di satu tempat duduk atau bersebrangan di lebarnya meja makan. menceritakannya via suara bisa lebih baik, atau tidak. membicarakannya dalam banyak penggal kalimat di aplikasi perpesanan bisa lebih baik, atau tidak. aku tidak tau. mendiamkan dan menunggunya luruh juga bisa lebih baik, atau tidak.
malam ini aku memilih menuliskannya, meskipun tidak satupun kata yang mendeskripsikan keresahan itu. negara ini sudah carut marut. kita yang di dalamnya berpura sedang tidak terjadi apa". banyak yang mulai gila memikirkannya. mendewakan cara berpikir. dan ada yang menjadikan dirinya dewa dalam banyak urusan. merasa paling benar dan berkoar berpendapat. keresahan ini jauh lebih kecil dari persoalan bangsa ini. membaca tulisan ini pun hanya akan membuat beberapa detik terbuang. jadi, aku akan menyudahinya.
Selengkapnya...
Rindu Tanpa Irama..
akhir" ini rindu datang dengan deras. seperti aku tidak bisa lagi diam saat bertemu denganmu. ingin sekali aku menatap dalam matamu, agar Kau tau ada ribuan wajahmu yang tertanam di sana. agar Kau tau bahwa di retina yang aku miliki, bersemayam senyummu yang aku simpan diam". tapi melihatmu dengan sengaja hanya akan membuat kebekuan ini tambah dingin. tak ada lagi sapa, apalagi tawa.
aku menghindari pertemuan. membenci keramaian dan menjauhi semua pandangan. mata itu terlalu tajam untuk aku balas. seringkali aku tertusuk tanpa sengaja saat lirikanmu menemukanku. aku terpojok tanpa pertahanan. dan membuang semua ingatan agar tak ada lagi niat yang pernah aku lafalkan. karena yang aku tau, Kau bukan lagi candu yang aku sembunyikan. Kau sudah menjadi lembar kisah di banyak buku. di banyak cerita yang mampir di pendengaran.
rindu ini juga yang membuatku selalu menunggu larut mengunjungi malam. agar tak ada lagi bunyi"an yang menggangguku menuliskan gugahan, gelora yang tak lagi bisa aku diamkan. rindu ini berubah jadi sangat deras, seperti yang aku ceritakan di awal. rindu ini menjelma jadi wajah memalukan. menyimpan obsesi di dalamnya dan akan sangat membahayakanmu. sebaiknya aku simpan agar tak mengganggumu, seperti yang sudah sudah.
malam ini aku tidak ingin menulis hanya tiga paragraf kerinduan padamu. karena rindu ini sudah sangat memilukan. bahkan, ketukannya membuat huruf di keyboard yang aku sentuh menjadi syahdu. seperti lagu yang aku nyanyikan tanpa petik gitar. kacau. tak berirama dan menjadi liar. rindu ini menggebu". seperti gemuruh yang menemani kilatan petir saat mau hujan. aku tak bisa menghentikannya. memprediksinya saja sulit. bukan hanya saat keberadaanmu terdeteksi sangat dekat, tapi saat wajah dan namamu melintas di pikiranku. dan sialnya, itu terjadi hampir setiap saat.
akhir" ini rindu datang sangat deras. tapi aku tak bisa terus"an mengejawantahkannya dalam kata". dalam kalimat". karenanya, aku harus mengakhirinya. agar rindu ini bisa reda dan aku bisa berhenti mengganggumu.
Selengkapnya...