aku memejamkan kedua mata, perlahan. juga merendahkan pendengaran, perlahan. entah kenapa petang ini terasa berat. di kepalaku berdiam sekujur benci dengan hawa panas. hembusan nafasku juga tak dingin. aku merasakan hangat udara yang menyentuh rimbun rambut hidung di dalam dan kulit di luarnya. aku marah, entah pada siapa. juga tak tau karena apa dan harus aku apakan. aku ingin begini sementara, memejamkan kedua mata dan menutup kemungkinan suara masuk ke pendengaran.
di luar sana, sepertinya ada suara yang memanggilku. keras dan berulang. aku bukan sengaja mengabaikan. aku hanya merendahkan sensifitas volume itu sampai di telingaku. sesekali aku buka mata untuk melihat tulisan ini. sejak tadi aku hanya mengandalkan intuisi dan penglihatan yang sudah aku hafal untuk keyboard. aku biarkan semua bebunyian itu mengalun merambat. aku masih berusaha menenangkan raga yang gemetar. menekan hati yang sedari tadi merah dan berkelakar.
sesekali aku rentangkan tangan dan diam. seolah tak terjadi apa". tak peduli seisi ruangan melihat dan mengumpat. menganggap aneh dan nyeleneh. aku turunkan tangan dan kembali menempatkannya di atas keyboard. masih dengan mata terpejam, aku meneruskan tulisan ini. mengutarakan semua kekesalan hari ini. kesehatan yang belum utuh, dan energi yang belum penuh. ditambah dengan cuaca yang gak karuan, dan rindu yang aku tangguhkan. cukup di situ, jangan ditanya pada siapa dan apa. bisa jadi ini hanya sisa" kebingungan yang aku simpan untuk datangnya hujan. baik rinainya yang sedikit dan lebat, atau yang rintik dan deras.
kali ini menundukkan kepala, merengganggkan leher dan mendiamkan lama. aku buka mata dan mencari headphone di atas CPU. menjamah dan mengenakannya. aku putar satu lagu dan membiarkannya hingar di pendengaran. but darling, just kiss me slow. your heart is all I own. and in your eyes you're holding mine. seperti liriknya, aku juga ingin berdansa di kegalapan bersamamu di pelukku. bertelanjang kaki dan mendengarkan lagu favorit kita bersama. bukan untuk melepas rindu, tapi menepikan jumud yang ingin kuenyahkan. penat ini seolah lama berpihak di ragaku, bergelantungan tanpa tau kapan harus tanggal.
sepuluh menit berselang, sepertinya aku harus benar" membuka mata dan berhenti menulis ini. menutup notepad dan membuka notepad satunya untuk merangkum dan menulis berita. perlahan, aku tingkatkan frekuensi pendengaran dan mengecilkan volume di headphone. suara" di ruangan mulai aku dengar dengan purna. mereka yang memanggil namaku dan mengumpat karena diamku. petang yang melelahkan. tapi aku berhasil meluruhkannya, mengalir keluar dari sekujur tubuh lewat kaki" dan jemarinya. melucutinya, menjadikannya asap tak berbekas dari kepala dan ubun". sekejap dalam pejam, dalam masa singkat itu, aku melihatmu mengenakan gaun itu, menemaniku berdansa dan menjadikan petang sempurna.
Meluruhkan Kebencian Petang..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar