hitam dan putih itu bersebelahan. keduanya terpisah tapi tak memisahkan. dinding yang mereka bangun sangat tipis dan bisa dirasakan. sama halnya dengan perasaan. senang dan sedih itu berdiri sangat dekat. mereka duduk diantara sekat. tapi bukan mereka yang membuat. saat Kau sedih, senang juga ada di situ untuk hadir sewaktu-waktu. senang akan menggantikan sedih saat sudah rapuh dan tak bisa bertahan. sebaliknya demikian. tidak usah Kau tanyakan, itu sudah janji Tuhan.
aku, sedang menuju patah hati. karenamu. aku, sedang tak bisa bernafas dengan benar. nafasku tersenggal-senggal. terengah-engah mengontrol emosi yang sedang membuncah di dada. karenamu. aku, sedang tidak tau apa yang dirasa. aku menerka-nerka, tapi juga belum tau namanya. aku, seringkali merindukanmu tanpa sebab. aku, juga sering mereka-reka. apa namanya. banyak yang bilang jatuh hati. karena itu, berarti aku sedang menuju patah hati. karenamu. karena jatuh hati dan patah hati juga bersebelahan.
belakangan, aku jadi sering menarik nafas dalam-dalam. untuk mengatur emosi dan perasaan yang sedang aku bawa ini sampai malam. tapi seperti percuma. emosi ini menggumpal sudah lama dan dewasa. begitu nafas aku tarik, bukan kekosongan yang aku dapat. justru wajahmu yang muncul berkelabat. saat nafas aku hembuskan, emosi itu segera mengalir lagi dan mengisi ruang dada. seolah berada di sana sangat banyak dan siap berganti seketika. padahal aku melakukannya agar irama ini stabil dan meredakan emosiku.
sekali waktu, pereda itu bernama hujan. kejadian alam yang tak begitu Kau senangi. aku sebaliknya, merindukannya tiap hari. berbagi kesenangan dan menghantar tarian dengan bunyi. menjadikan langit agak gelap dari biasanya. biru tanpa cerah yang kerap menyembunyikan mega merah.
aku masih belum tau namanya. tapi aku sedang menuju patah hati. karenamu. karena aku menyukaimu, merindukanmu. mirip seperti hujan. aku tak bisa lama menatapmu, begitu juga hujan. aku hanya ingin merasakannya. mirip seperti hujan. membuatku jatuh hati dan merindukannya tiap hari.
Menuju Patah Hati..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar