dulu sangat mudah menulis. aku melihatmu, maka aku menulis. tatapan matamu seolah mantra alohomora yang membuka semua diksi. aku hanya butuh secangkir kopi. atau setengah darinya. atau senyum tipis yang tidak sengaja Kau lempar saat kita adu pandang. atau aku persingkat bahwa Kau adalah inspirasi.
kita lebih banyak diam saat berjumpa, meskipun pertemuan itu disengaja. tapi kita tidak bisa menutup mata, yang menjadi tempat rindu bicara. bibirku berkata-kata, tapi pandanganku mengungkap rasa. lalu kita terjebak pada kegelisahan. Kau yang salah tingkah dan senyummu yang melebar.
di tempat itu, bahkan waktu beristirahat. kita diam, tapi mata kita saling bicara. aku mengungkap rindu, Kau menerimanya tanpa syarat. tanganmu dengan tegas bersender pada puggung tanganku. menggenggam dan menjadikannya tawanan. kini kita saling menghela napas, berharap waktu masih istirahat panjang.
'Mas, Mbak. Maap, warungnya mau tutup', lhaaaa.
... Maka Aku Menulis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar