LK II Kab. Bandung; 5 Anak Muda Alay..


Screening masih berlangsung saat aku memutuskan untuk jalan” dengan empat orang teman lainnya dari Cabang Jember, Surabaya, Lampung dan Bengkulu. Kami juga tak tau mau ke mana, tapi daripada mengganggu calon peserta lain yang masih bergelut dengan screening BTQ, Konstitusi, MKO, NDP, Wawasan Kontemporer dan Makalah ya kami memutuskan keluar dari pusgit buat jalan”.
Menyusuri jalan keluar dari belakang menuju depan kampus sungguh melelahkan, tapi sembari ngobrol dan tertawa gak jelas, lelah itupun hilang. Sambil berguyon, kami akhirnya sepakat menuju alun” Kota Bandung. Entah seperti apa, kami hanya ingin jalan”. Bus kota pun terlihat dari jarak 20 meter kita berdiri. Naik dan langsung tidur di bus karena perjalanan yang ditempuh bisa mencapai 50 menit.
Aku tak benar” tidur. Aku memperhatikan jalan dan bangunan yang kita lewati. Setelah melewati Terminal Cicaheum, bus yang kita tumpangi belok ke kiri. Banyak pusat perbelanjaan yang kita lewati. Karena ini Bandung, tempat shopping sangat banyak dan menggiurkan. Selang 10 menit kemudian, aku melihat Stadion Sepak Bola milik Persib Bandung. Kemegahannya terpampang jelas. Tak jauh dari situ, aku temui Gedung Partai Nasional Demokrat Jawa Barat. Dengan desain kuno, bangunan tersebut terlihat elegan. Melihat orang” lalu lalang keluar masuk gedung, aku jadi tau Nasdem sedang sibuk.
Lima puluh dua menit berlalu saat Kondektur meneriakkan Alun” Kota. Kami berlima pun turun dari bus. Satu hal pertama yang kita lakukan adalah berfoto dengan latar Masjid Besar Kota Bandung (entah apa namanya, Q lupa). Karena duit yang tak banyak (lebih tepatnya gak punya duit), kami pun memutuskan jalan” saja melihat” dagangan orang di sekitar alun” dan masjid sebelum kami menemukan jalan keluar dari alun” dan menemui jalan raya. Di seberangnya, terdapat mall tak besar namun sangat tepat untuk belanja pakaian. Semua pakaian di sini beragam, hanya saja tak bisa dibeli atau lebih tepatnya kami tak punya duit buat beli.
Akhirnya kami memilih kembali duduk di alun” dan menghilangkan haus dengan membeli dua bungkus es degan tak jauh dari tempat kita duduk. Setelah merasa letih dan tak menghasilkan apa”, akhirnya pulang ke Pusgit adalah jalan yang kita pilih. Di perjalanan pulang, kejadian konyol dilakukan Farid (Jember), Atoy (Bengkulu) dan Malik (Surabaya). Saat itu bus dalam keadaan sesak. Sehingga, penumpang di dalamnya berdesakan dan sesekali berebutan untuk tempat duduk.
Setelah sampai di Terminal Cicaheum, mereka bertiga bangkit dari tempat duduk yang susah payah mereka dapatkan sebelumnya.
“Kenapa berdiri Kang”, Tanya kondektur pada tiga cecunguk tersebut yang sudah berdiri di dekat pintu belakang bus.
“Kan udah deket Pak”, jawab Farid dan Malik sekenanya.
“Cibiru kan..?! UIN..?!”, tanya kondektur lagi dengan masam.
“Iya Pak”, terlihat wajah mereka yang heran dan terkejut. Hahahaha.. Aku hanya dapat tertawa dalam hati melihat wajah mereka.
“Ya masih jauh Kang. Sekitar 30 menit lagi”, jawab kondektur disambut wajah kecewa mereka yang culun.
“Hahahahahaa..”, spontan aku dan Wendy (Lampung) tertawa terbahak”.
Namun yang dikatakan Pak Kondektur benar adanya, sekitar 30 menit berselang kita benar” sampai di depan kampus UIN Sunan Gunung Djati. Hahahahaa.. Hingga kita menempuh jalan menuju Pusgit pun, aku melihat wajah kecewa mereka yang terpaksa berdiri karena salah perhitungan dan sok tau. Setidaknya itu menjadi pelajaran agar tak lagi sok tau di kota yang baru disinggahi. Namun tak apalah, setibanya di Pusgit, kita langsung istirahat dan melupakan sejenak tentang kekonyolan siang hari. Setidaknya kita belajar bahwa kebersamaan dalam HMI lebih dari sekedar saudara.

0 komentar:

Posting Komentar