Pagi ini semua rinduku menyatu dalam sebuah gambar yang aku pasang di handphoneku. Sosok tangguh yang meracuni hampir setiap nafasku dengan semangat. Sosok lembut yang merengkuh semua senyumku terarah padanya. Tidak selalu anggun, tapi memiliki semua pesona yang aku butuhkan untuk terus berjalan. Ibu, itu Kamu..
Hari ini aku tidak merayakan dengan cara apapun. Aku hanya menulis berharap rinduku padamu terbayarkan. Aku tak bisa menghubungimu lewat sambungan telepon. Aku belum siap. Aku belum siap mengembalikan cahaya yang pernah Kau titipkan padaku. Memang tak mungkin bisa aku balas. Seumur hidupku. Tapi aku hanya ingin Kau pahami bahwa tak mudah mengucapkan terimakasih padamu. Benar Kau tidak melakukan apapun secara nyata. Benar Kau hanya berdoa tanpa terlibat lansung semua aktifitas hari”ku. Benar Kau jauh di sana. Tapi namamu. Namamu yang ada di setiap helai udara yang aku hirup ini menjadi kekuatan yang tak akan bisa dibelah dengan katana sekalipun.Aku tidak peduli pagi ini di luar sana, di Kedubes RI untuk Inggris dan Irlandia melakukan perayaan menyemarakkan hari ibu. Bagiku itu semua hanya ceremonial. Aku hanya peduli jika ada sendu yang melukaimu. Aku bahkan tidak akan membiarkan debu jalanan mengotori pandanganmu untuk melihatku. Melihat anak”mu. Jika harus memohon, aku ingin sekali berada di sampingmu saat ini dan mendekapmu. Aku tidak peduli jika langkahku harus berdarah mencapai tempatmu berpijak. Aku tidak peduli jika aku harus memikul air zam zam untuk membasuh setiap luka di kakimu.
Sampai hari ini sakitku masih belum sembuh. Tapi aku yakin tidak ada waktu yang Kau lewatkan tanpa menyebutkan namaku dalam doa. Mungkin Tuhan menahan doamu agar aku segera menghubungimu, hari ini. Tapi seperti yang aku katakan, aku butuh kekuatan besar untuk mendengarkan suaramu lagi. Aku tak bisa menahan suaramu untuk tidak memasuki ruang hatiku. Tapi Kau tau Bu, hati dan raga ini sudah penuh dengan kegelapan. Aku hanya tidak ingin mencampur suara suci Ibu dengan hal” busuk ini. Walaupun aku berharap Ibu bisa menghapus semua kebencian yang tersimpan dalam di rongga sialan ini.
Aku butuh tanganmu Bu. Aku butuh sentuhanmu Bu. Aku butuh belaianmu menyibakkan setiap lembar rambutku. Tangan itu sangat hangat. Dalam keadaan sakit seperti inipun, aku bahkan tidak takut lagi terkena air hujan. Sentuhanmu sangat lembut. Aku ingin sekali Kau menggenggam syahdu yang hingga saat ini bersemayam dalam diriku. Jika Kau di sini sekarang, bolehkah aku memelukmu Bu..? dan ingin sekali aku mendengar darimu ‘tentu saja boleh, Nak’.
Pagi sebentar lagi memutih dan memantik matahari untuk menyengat lebih terik. Aku sudah tak sanggup menuliskan kerinduan ini padamu. Aku tidak ingin air mata ini habis sebelum bertemu denganmu. Aku tidak ingin menghabiskan waktu bersembunyi di balik bayangmu. Saat ini aku harus siap mendampingi ayah untuk melindungimu. Aku sudah bukan 23 tahun lalu Bu. Aku ingin menggeser peranmu sebagai malaikat itu. Aku sedang berada di jalanku mendampingi ayah menjadi malaikat bagimu.
Satu hal lagi Bu. Siapapun yang aku cintai saat ini, Kau tak berhak cemburu. Level cinta dan rindu ini tak akan pernah sama dengan lainnya, dengan dia yang masih tersenyum dalam bisu. Karena potongan cinta ini milikmu selalu. Selamat Pagi Bu..
0 komentar:
Posting Komentar