Tawa Lepasmu dan Tanyaku..

Malam ini aku kembali terjaga. Seperti biasa. Seperti malam” sebelumnya. Tapi kali ini berbeda. Sungguh berbeda. Aku terbangun dengan rasa bahagia. Aku melihat mimpi dengan mata terbuka. Mimpi yang selalu aku harapkan saat hampa. Mimpi yang tidak selalu terbayar saat pertemuan kita berdua. Mimpi yang sampai pertemuan kedua kemarin, belum banyak aku temui nyata. Ya, mimpi itu; aku melihatmu tertawa.
Jendela kamar ini masih tertutup rapi. Hanya lalu lalang nyamuk yang aku dengar dengan pasti. Entah dari mana mereka masuk dengan sunyi.. Padahal aku ingin kamar ini tetap begini. Tetap sepi, karena aku ingin menepi. Karena sekali lagi aku ingin tertidur pendek saja tanpa mimpi. Iya, tanpa mimpi.
Aku tidak ingin terbuai dengan mimpi tentangmu. Kau harus hadir nyata di sini bersamaku. Di sampingku. Iya, bersamaku. Dan Tuhan selalu mendengarkan doaku. Dia berhasil membangunkanku. Dia membisikkan namamu. Dan Dia membuatku membuka hape yang tergeletak tak jauh dari tidurku. Aku melihat setidaknya tiga gambar itu. Entahlah, senyumku tersungging tanpa cela, tanpa ragu. Aku langsung bisa melihat tawa lepasmu. Aku senang bukan kepalang, sungguh karenamu. Karena senyummu. Karena tawamu. Karena fotomu. Karena semua pemuda Soebadri yang ada dalam bingkai itu. Mereka juga tertawa lepas bersamamu. Mereka sangat menyenangkan saat bersamamu. Karenamu.
Aku kembali melihat jam tangan, jarum jam kecilnya menunjukkan angka tiga. Sedangkan satunya bergerak tegas di angka lima. Sudah lima belas menit aku berada di depan layar laptop ini menuliskanmu. Aku mengakhirinya dengan bertanya. Kau tak pernah dengan tegas membagi semua tawa dan sedihmu. Tapi aku selalu berharap saat” seperti itu akan datang. Saat Kau meratap, saat Kau bahagia, aku sungguh ingin berada di sana. Itu bukan pernyataan, tapi pertanyaan yang aku selipkan.
Terimakasih Agustus. Terimakasih Kemerdekaan. Terimakasih pemuda Soebadri. Kalian membuatnya tertawa. Terimakasih juga angin malam, Kau berhasil menunjukkanku..

0 komentar:

Posting Komentar