Malam ini aku masih di sini duduk tanpa irama. Menulis belenggu rasa yang tertahan tanpa pena. Bahkan aku tak dapat dengan purna melihat senja. Bukan karena tak bisa, tapi aku takut jika petang menjemputnya. Menenggelamkan matahari yang Kau sukai dengan langit dalam gulita. Mungkin Kau lebih senang dengan bintang yang bersinar tanpa meminta. Tapi ada jalinan antara Kau dan senja yang terusik purnama.
Kenapa semua menjadi rumit..? Ketika hati sudah memilih tanpa alasan. Kenapa semua pertanyaan menjadi sulit..? Ketika kata dan kalimat mudah saja dibuat jawaban. Tapi apa kuasa riak ombak berkelit..? Jika pasir yang terinjak tak butuh pijakan.
Aku gila bukan karena rindu yang membelenggu. Atau jarak yang memisahkan sejak dulu. Aku gila bukan karena cemburu yang mengadu. Atau hening yang membawa syahdu. Aku gila, ya aku gila, aku gila karena semua tentangmu. Karena keyakinanku hampir beku. Padahal dingin hujan belum datang menyeka sendu.
Akhirnya Kau merasakan apa yang seharusnya Kau sadari sejak lama. Dicintai banyak orang tanpa tau sebabnya. Satu, atau dua, atau lebih tangan akan mengajakmu berdansa. Mengitari hidup dengan semua tanya. Menggenggam telapakmu untuk memaknai tawa. Menyentuh ragamu dengan suka yang terbungkus canda. Meskipun bukan karena aku atau mulutku berbicara.
Ada pandang mata yang tak pernah aku buat dalam siang. Ada sapa yang tak pernah aku ucap dalam sore. Tak lagi aku bersuara dan mendengar suaramu dalam malam. Sampai pagi mengantarmu kembali berlalu tanpa kabar. Tapi sudah Kau dapatkan semuanya, tanpa diri hina yang terpejam karena lelah ini. Masih sama kah semua..?
Hai, baik" ya di sana..
Kebekuan..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar