Deklarasi Tawa..

setelah dua tahun, semalam aku memutuskan untuk membeli bubuk kopi untuk di kamar. sebuah deklarasi untuk berada lama di depan laptop dan kamar. deklarasi menjadikan kamar adalah ruang pengetahuan untuk dieksplore seperti beberapa tahun lalu. aku punya banyak film dan dua belas kardus isi buku yang belum aku bongkar karena pindahan. deklarasi, bahwa semua isi kamar ini akan terus membuatku idup menemani keputusanku untuk (masih) sendiri.

kalimat terakhir adalah hal ironis sekaligus mengecewakan beberapa orang. banyak yang protes dengan pilihan ini. terutama keluargaku, minus Bapak dan Ibu. entahlah, mungkin keduanya masih tidak ingin ikut campur soal asmara. lainnya, berusaha tanpa ampun menyindir, menyudutkan, dan sesekali menjodohkan. beberapa kali aku mengikuti cara main mereka, tapi seringkali tidak. sayangnya, aku sangat tidak nyaman dekat dengan perempuan yang baru dikenal. bagiku, interaksi adalah kenyamanan obrolan. jika tidak memiliki itu, aku seringkali menghindar dari awal agar hubungan lainnya tetap terjalin.

dan, beberapa hari terakhir, makhluk ini muncul. mendatangi hidupku juga tempat tinggalku. berdiri di depan pagar setiap aku akan keluar kos. kebetulan..?! sepertinya dia detektif yang sedang menyamar. hari itu, di depan mobilnya, dia berdiri dengan kaca mata hitam. menyapa lalu pergi. aneh. aku sangat menghindari obrolan chat dengannya. apalagi sambungan telepon. jadi semua pembicaraan kita dilakukan dengan tatap muka. udah kayak ujian semesteran. dan karena aneh, aku lebih banyak mengabaikannya. dan karena itu juga, aku akan lebih banyak di kamar, dengan semua kopi-kopi ini.

beberapa hari terakhir juga, aku harus membantu beberapa komunikasi yang mampet dan tidak tersambung dengan utuh. hubungan dua orang teman dengan warganya yang akan jadi calon pemilihnya. hubungan seorang teman yang baru saja menemukan pilihan hatinya. dan beberapa teman yang butuh alasan-alasan untuk tersenyum setelah bersedih. ironis. lagi. karena aku sendiri adalah bajingan kecil yang juga seringkali salah menangkap interaksi dengan banyak orang.

aku hanya punya beberapa tawa yang aku simpan. sedikit. nanti, aku akan gunakan saat aku tidak punya alasan buat tertawa. perjalanan setiap hari selalu panjang. bukan dua puluh empat jam. itu hanya angka dalam jam digital. hidup, selalu mempermainkan kita tanpa melihat waktu. jadi aku harus menyimpan tawa untuk diriku sendiri, nanti, untuk aku gunakan di saat" tertentu. tapi beberapa hari terakhir berinteraksi dengan seorang teman, aku menyadari sesuatu. berbagi tawa bukan berarti akan kehilangan tawa. kebahagiaan itu tidak terbatas. berbagi tawa, berarti melipatgandakannya.

0 komentar:

Posting Komentar