setelah malam itu, aku menyadari satu hal, dengan terlambat. aku menyadarinya perlahan setelah langkahku dan langkahmu semakin jauh meninggalkan titik temu yang sudah satu jam kita singgahi. aku membalikkan badan, melihatmu yang juga membalikkan badan lalu melambaikan tangan. aku buru" menulis pesan singkat, karena teriakanku sudah tak terdengar, tertutup oleh sinyal kereta yang akan berangkat. Kamu merogoh saku belakang celana belakang, setelah melihatku sedang menggerakkan hape di tangan, memberi isyarat agar melihat hapenya.
satu jam sebelumnya, kita ngobrol berdua. kita ngobrol tanpa menghilangkan pandangan mata. malam itu aku mulai berani memandangi mata perempuan lebih dari dua detik. aku tak lagi membuang pandangan ke bawah atau mengalihkannya ke kanan-kiri. aku memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulutmu, tapi tak terdengar di telingaku. aku hanya mengangguk saat Kau mulai berhenti bicara. Kau tersenyum saat aku aku diam. sepertinya Kau tau aku sedang tidak mendengarkanmu. lalu aku mulai malu dan tersenyum. begitu terus sampai kita berdua diam.
'harusnya tidak ada pertemuan ini', katamu.
'benar. to the point, pertemuan ini tidak boleh terjadi lagi', aku bicara dengan angkuh.
'tunggu, kenapa begitu..?',
'kita sama" tau, pertemuan ini memiliki tendensi asmara yang sangat kuat. aku ingin mengingkarinya, tapi tidak bisa. maaf jika salah, tapi sepertinya Kamu juga demikian. dan kalau itu benar, kita tidak mengulanginya',
'Ooh. baiklah',
'apa omonganku salah..?',
'bener kok. tiba" aku sedih. ternyata Kamu juga merasakan hal ini. dan ternyata kita berdua terjebak begini lalu Kamu meminta mengakhirinya', Kamu menundukkan kepala dan menghembuskan nafas panjang. aku melihatmu dan bilang,
'aku tidak keberatan melihatmu sedih dan menangis sekarang. tapi Kau harus tau, aku juga merasakan hal yang sama', kita terdiam lama. aku melihatmu yang masih tertunduk. beberapa masa berselang, aku kembali melihatmu, dan Kau sedang melihatku, dan diam.
operator stasiun mengumumkan kalau kereta yang akan aku naiki sudah tiba. suaranya kemudian meminta agar penumpangnya segera naik, kereta akan berangkat dua puluh menit lagi. bersamaan dengan suara itu, aku memandangimu. kita bertukar pandang dan tersenyum.
'ngomong apa kita ini..? hahahaa', katamu.
'hahahaa iya', aku membalasmu.
kita diam lagi. saling memandangi dan tersenyum. memainkan alis. menaik-turunkannya dan tertawa.
'kata orang, tidak ada pertemanan laki" dan perempuan yang murni. percaya gak..?', tanyaku.
'percaya. kita buktinya', katamu.
'baguslah. makanya aku lebih suka berteman dengan perempuan yang sudah punya tunangan atau suami',
'aku tau itu. sebagai pembatas kan',
'pinter', kataku sambil menunjuk cincin tunangan yang Kamu pakai.
aku berdiri, menandakan kalau aku ingin beranjak dari peron dan menyudahi obrolan ini. Kamu juga berdiri, membuka tas dan mengeluarkan potongan kertas.
'ini buatmu', katamu menyodorkan potongan kertas itu. sebuah markah buku.
'bikin sendiri..?', tanyaku.
'iya. kalau gak suka dibakar ya. bagusnya sih Kamu yang make, jangan sampe orang lain',
'oKee', aku mengiyakan.
aku melangkahkan kaki, menjauh dari tempat kita ngobrol tadi. perlahan, Kau juga meninggalkan tempat itu lalu membalikkan badan untuk melambaikan tangan.
'cinta itu tidak sederhana, kita jangan berjanji apapun', aku mengirimimu pesan.
'sebaiknya begitu. sampai jumpa, Kid', balasmu.
Jangan Berjanji..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar