tidak ada yang bisa aku lakukan dengan nostalgia. kenangan yang mampir seenaknya. ingatan yang datang semaunya. bahkan menunjukkan batang hidungnya di depan mata. tapi hari selalu berlangsung dua puluh empat jam. hanya saat kita bangun pagi sampai kembali terpejam. jadi, tidak usah terlalu lama dipikirkan. cukup dinikmati hingga kembali terlewatkan.
hari-hari itu sudah lama berlalu. saat semua tawa dan alasannya adalah milik kita. senyum yang Kau sunggingkan, adalah ketidakmampuanku menjawab situasi yang Kau tanyakan. hari ini pun aku menegaskan, semua waktu itu sudah lama berlalu. tapi kita duduk di satu teras yang sama, tanpa sengaja. permainan nasib yang menyenangkan, tapi menyebalkan. Kau mulai bercerita, tentang luka-luka yang Kau kisahkan dengan suka-suka. tawa kita semakin lebar, saat rahasia satu-per satu terbongkar.
malam semakin pekat, dan Kamu semakin nekat. mengajak menyusuri jalanan dengan langkah kaki. ingin mendengarkan semua kisah yang sudah aku lalui selama ini. tentang karir, sekolah, terutama perjalanan asmara yang aku jalani. obrolan yang tak bisa aku tolerir hanya dengan ingatan. tapi kita cukup tau diri tentang semua isi percakapan ini. hampir memuncak saat Kau diam-diam mencarikanku cinta. aku menolak. lalu berakhir 'hidup harus berlanjut. aku mencintaimu, tapi aku menikah dengan orang lain. Kau juga harus begitu'.
Malam yang Itu..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar