hari terakhir Mei, bulan kelahiran, yang diam-diam jadi perhatian beberapa orang di sekitarku. diam-diam juga, tanggal lahirku yang tersembunyi akhirnya ketahuan. aku ingin diam tak membalas, tapi informasi itu terlanjur tidak bisa dihentikan, menjadi pembicaraan, dan ucapan. bukan tidak ingin dirayakan, tapi berkurangnya jatah hidup harus diperingati dengan renungan. dalam diam, dalam doa beserta bingkisan.
tapi sudahlah.
karena hari ini terakhir Mei, aku juga ingin mulai menulis lagi. selain refleksi hidup, juga latihan, dan curhat. hal terakhir itu justru yang sangat mendorongku membuka blog. sebuah permulaan aneh, sama anehnya dengan minuman yang menemaniku menulis ini; susu. sampai di kalimat ini, aku masih merasa sangat aneh menulis sambil minum susu. tapi biarlah, nanti kalau habis, aku akan jeda buat bikin kopi.
hmm iya, curhat. awal Mei lalu, aku bertanya pada diri sendiri 'apa yang lebih menyakitkan dari bertemu untuk berpisah?' seperti Peter Parker yang baru saja bertemu Tony Stark di Endgame, lalu berpisah karena pengorbanan yang diambil Iron Man. atau saat Paul Munsky baru menyadari perasaannya pada Ellie Chu, tapi harus terpisah karena Aster Flores. itu hanya analogi. persoalanku jelas bukan asmara. tapi sangat menyakitkan, seperti patah hati. iya, aku pernah merasakannya.
lalu, keceriaan Mei memudar di hari-hari berikutnya. aku tidak murung, tapi sangat terpukul. apalagi saat tahu persoalan ini belum sepenuhnya selesai. kepalaku penuh oleh banyak hal. memikirkan sesuatu tidak pada tempatnya. stres. kemudian waktu berlalu dan satu per satu teman menyapa yang menyembuhkan beberapa bagian dengan obrolan.
tibalah hari ini, hari berakhirnya Mei, yang harus disudahi dengan curahan implisit, samar-samar, dan tidak jelas. sama tidak jelasnya dengan gagasan new normal saat semuanya masih belum siap.
aku tidak sepenuhnya tau ingin menyampaikan apa selain curhatan di paragraf sebelumnya. aku hanya ingin semua persoalan bisa kita hadapi dengan baik. terlalu fana jika menginginkan situasi selalu baik-baik saja, damai, dan nyaman. karena hidup selalu punya banyak sisi, dan seringkali, pelajaran bisa kita dapat dari persoalan-persoalan yang kita hadapi.
tentu saja, aku juga sedang menyiapkan diri untuk persoalan-persoalan di depan, di usia baru ini. usia genap yang tergolong tidak lazim masih single di Indonesia. tapi semakin ke sini, aku menghadapinya dengan realistis. semakin realitis.
Memulai Kembali dengan Realistis..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar