musik sudah mati, lampu perlahan meredup. kita saling tatap, dan hatiku mulai kencang berdegup. kita mulai membuang pandang, tapi tangan kita bersentuhan. aku tidak ingin menggenggam karena tanganku masih penuh dengan gumpalan. yang kiri, dosa. yang kanan, kejauhan. aku tak ingin membalikkan arah jalan kita hanya untuk menyambut pesan 'pegang erat' tanganku itu.
musik sudah mati, lampu masih remang. kita bicara seolah hari ini terakhir untuk bersenang-senang. padahal besok masih ada waktu. untuk membuat perasaan ini pasti atau dikantongi ragu. tawa-tawa itu dan semua senyum ini, harusnya masih bisa disimpan untuk lain kali. saat kita tak lagi sibuk dengan rutinitas pagi. Kau dengan menerjemahkan mimpi dan aku dengan secangkir kopi. tapi kita sedang bersiaga kalau-kalau tak ada 'lain kali'.
musik sudah mati, begitu pun lampu. kini tak ada alasan untuk tidak mengaku. perasaan-perasaan yang selama ini disimpan bisa keluar tanpa malu. karena tak ada cahaya, juga hingar bunyi. sejauh apapun suaraku setelah ini, telingamu bisa mendengar. begitu pun aku. bisa mengindahkan yang akan Kau bisikkan dengan sipu. tapi rasanya kita tak memerlukan lagi kondisi dramatis itu. karena kini, tangan kita saling menyentuh dan menggenggam.
semua gelap dan sunyi. mataku masih terbuka, tapi tak satu pun dari bagian ragamu yang aku lihat. yang aku tahu, tangan kita saling memiliki di bawah sana.
Saling Memiliki..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar