Datang dan pergi seketika, adalah kisah yang pernah senja titipkan padaku. Meminang pikiran agar lebih dalam menyelami rindu padamu. Tapi sejak awal, aku sengaja membiarkan romansa itu lewat dengan syahdu. Aku tau, setiap paragraf ini hanya mengantar rindu, semuanya semu, seperti katamu.
Hari belakangan, langit selalu berhasil mencuri perhatianku. Bukan karena aku menunggu gelap dan hujan setelahnya. Tapi karena senja yang selalu Kau ceritakan indahnya. Bukan karena aku menanti mendung yang menjadikan awan tampak abu. Tapi karena pendar jingga yang Kau ceritakan sebelum petang membuatnya berlalu.
Diam", aku rajin mendaki anak tangga pergi ke loteng, ruang yang tak dimiliki siapapun. Aku perlahan menengadahkan kepala, memicingkan mata menikmati matahari turun. Padanya, aku bertanya tentangmu. Kamu yang tak tau bagaimana cara menikmati rindu karena tertimbun jarak. Menunggangi resah, yang hanya berotasi pada satu lingkar layaknya awan berarak.
Tapi aku percaya pada senja. Dia selalu menjanjikan satu hal; ada. Dia selalu hadir melengkapi hari, dan pergi saat petang mengganti. Aku, ada.
Janji Senja..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar