Akhirnya kita ada di satu titik pertemuan. Melempar banyak pertanyaan, dibalut tawa sungguhan. Malam yang menyenangkan. Mungkin hanya bagiku. Bagimu, malam ini berulangkali ada, dengan banyak pasang mata yang bukan milikku.
Ribuan menit aku menunggu malam ini terjadi, atau sengaja terjadi. Malam yang tak akan terulang hanya lewat doa dalam sunyi. Aku sudah melihat kursi yang Kau duduki berulangkali dalam bingkai gambar. Mengingatnya hanya menghilangkan tawa yang aku buat, rasanya hambar. Untungnya, warna-warni gores yang tepat berada di belakangmu, menenangkan. Meskipun tak lama, tapi cukup meredakan irama degup yang terus berangsur hadir tak beraturan.
Aku memilih menduakan pandangan pada secangkir kopi di depanku, memisahkan resahku dan lipatan tanganmu di seberang. Bukan baru sekali ini canggungku datang, tapi baru kali ini aku kehilangan cara membuangnya. Aku ingin sekali bicara, satu pertanyaan yang rasanya mustahil aku sampaikan langsung di depanmu. Di depan pasang mata yang selalu berhasil mengatupkan bibir tanpa banyak kedip. Padahal pertanyaan yang aku bagi dalam dua frase itu sudah aku tulis dan aku ketik. Semuanya menguap, seperti harum kopi yang aku hirup.
Akhirnya kita ada di satu titik pertemuan. Mengalihkan banyak pandangan pada satu layar yang harusnya kita simpan. Aku, mungkin juga Kamu, mungkin tidak, menunggu senyum kita bertemu. Aku mengiyakan, menunggu itu membosankan. Tapi pura” menunggu adalah kejahatan.
Pertemuan dalam Ruang Tunggu..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar