Aku hampir saja merutuk pada hujan, kalau saja dia turun tadi. Tadi, sebelum petang menjemput. Saat aku baru sadar kalau langit sudah sangat gelap di bagian barat, tengah dan selatan Surabaya. Karena aku belum shalat Ashar. Karena aku bajingan. Meninggalkan shalat tepat waktu dan memilih masuk beskop saat adzan Ashar hanya tinggal 10 menit lagi, tadi. Aku masuk beskop dan melihat Istirahatlah Kata-Kata.
Perubahan angin dan mendung itu sudah terasa sejak aku berangkat ke Tunjungan Plaza sore tadi. Aku berharap hujan turun saat aku sudah masuk TP dan reda saat aku keluar beskop. Hahahaha, harapan konyol yang dibuat-buat. Tapi jalanan masih kering sampai aku kembali ke parkiran dan membawa sepeda motor keluar dari TP. Aku ngebut dan merutuk pada hujan, kalau saja dia turun tadi.
Dingin yang hadir menunggangi mendung masih terasa saat aku sampai di Pakis, bahkan sampai aku menyelesaikan tulisan ini di kamar. Sepertinya hujan tidak akan datang sendirian malam ini. Seperti sepekan sebelumnya. Hujan mengajak petir, kilat, badai dan banjir setelahnya. Jalanan tidak lagi ramah dan kesehatan yang utuh tidak lagi didapat dengan mudah.
Samar, di balik pintu kamar, aku mendengar gluduk bersahutan. Semoga Kamu juga baik saja..
Hampir Merutuk Hujan..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar