tiga pekan ini sangat menyenangkan. bertemu dengan banyak orang yang sudah lama hilang dari pandangan. sayangnya, beberapa pertemuan harus dimulai karena kesedihan. kehilangan, kerinduan dan yang berujung pada nyeri tak tertahankan. itu aku. ho'oh, setelah pulang dari rumah Kak Reza buat qurban, aku sakit tiga hari dan masih terasa sampai sekarang. dasar kambing, sudah dua kali begini karenamu.
sepekan lalu, aku bertemu teman SD yang pulang kampung, tiga orang sekaligus. dua diantaranya bertamu ke rumah, satunya bertemu di pasar malam. padaku, mereka bercerita tentang alasan" mereka pulang. habis masa kerja, kangen rumah dan ada juga yang pulang karena permintaan ayahnya yang sedang sakit. aku, dan juga mereka yang kutemui terpisah, bercerita banyak hal. rasanya, kami tak bisa menyembunyikan betapa rindunya dengan obrolan ini. beberapa kali, ujung obrolan kami hanya tarikan nafas. menandakan persoalan" yang sedang kami hadapi sekarang bukan lagi soal siapa yang akan jadi pemimpin upacara Senen besok. bukan lagi soal giliran siapa memberi contekan ulangan dan siapa yang bertugas menyediakan bola di lapangan sore nanti.
masih di obrolan yang sama, di lobi rumahku dengan dua cangkir kopi, kami juga bernostalgia tentang si ini yang sekarang kerja di sana, dan si itu yang sekarang ada di sini untuk persiapan pernikahan. saling bertukar kabar dan bercerita tentang semua yang bisa kita ingat saat sekolah-enam-tahun dulu.
satunya, pulang karena diminta ayahnya yang sedang sakit, dan mengaku rindu dengan cucunya yang baru saja lahir. saat itu juga, Ibuku nyamber 'sepertinya bukan itu', kata Ibu pada temanku. 'anakmu baru berumur empat bulan dan belum pernah ke sini, mana mungkin kangen cucu. paling dia kangen kamu, Nak'. lalu Ibu bercerita bahwa dia juga seringkali mengalami hal yang sama jika anak"nya melewatkan dua hari tanpa kabar. hmmm, Ibu. semacam protes pada anaknya yang ada di depannya.
sepekan lalu juga, aku bertemu dengan banyak teman PS3. salah seorang dari kami baru saja kehilangan ayahnya, sore sebelum pertemuan itu berlangsung. obrolan kami langsung hangat, di lobi depan rumahnya. dia juga bercerita banyak hal, tentang kemajuan anaknya yang kini sudah bisa jalan dan tentang rencana" selanjutnya. seolah dia tidak ingin mencampur kehilangan yang dia rasakan pada pertemuan yang sudah lama belum terjadi ini. kami menemaninya bercanda, tertawa dan mengingat kisah lucu yang bisa dia ceritakan.
pertemuan-pertemuan juga berlanjut sekembaliku di Surabaya. menyambut teman" Malang yang sudah lama hilang dari pandangan, yang berkesempatan singgah di Kota Pahlawan. duduk berenam plus satu, di dua meja kotak memanjang dengan lampu-lampu terang. tak hanya tawa, sepanjang malam kami bercerita tentang cara hidup kami yang tak lagi sama. sampai akhirnya lobi hotel yang kami tempati tak lagi menerima tamu untuk berkunjung dan mendengar suara-suara.
aku sangat senang. pertemuan" itu dan semua tawa di dalamnya sangat membantuku meredam emosi yang sangat melelahkan belakangan ini. belum lagi harus menahan rindu yang entah sampai kapan aku bela. sempat aku bertanya. sebenarnya, masihkah kita di pihak yang sama..? di satu rindu yang sama..? katakan iya atau tidak, atau biarkan kita sama" beranjak.
Pekan" Pertemuan..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar