aku sudah sering memikirkan kematian. perihal yang sangat dekat dengan kita diakui atau tidak. Kau tidak bisa memprediksi kapan datang dan bagaimana caranya. yang harus Kau lakukan hanya mempersiapkannya diri dengan sangat baik sebelum dia menjemput. aku sudah sering memikirkannya, bahkan membicarakannya, bertindak seolah besok adalah waktunya. tapi lain hal jika aku melihat potensi tanda-tandanya. seperti tiga hari ini.
Selasa malam lalu, saat BMKG mencatat ada gempa di utara Bangkalan, aku langsung panik. info itu sudah ramai di banyak tempat. aplikasi perpesanan, media sosial sampai bisik" tetangga. bagian paling sulit dalam kondisi ini memang menenangkan diri. beberapa detik setelah seruput kopi yang aku taruh di atas CPU komputer, aku kembali membaca info itu dengan detil. kedalamannya 576km dan kekuatannya berkisar di 4.6 SR, tidak dirasakan oleh warga. tidak dirasakan. aku tidak menghubungi Ibu, khawatir panik. aku hanya memberitakan dengan semua keterangannya, juga agar tidak panik.
malam saat pulang dari kantor, aku masih merasakan kekhawatiran dalam diri. berkali-kali aku melihat hape dan mencoba menghubungi Ibu, tapi aku takut dengan respon yang muncul. aku takut kalau Ibu khawatir dan panik. sampai akhirnya pagi mengecupku dan perlahan membekukan semua kegelisahanku. hari mulai berjalan separuh saat aku mulai berpikir lagi untuk menghubungi Ibu. bagaimanapun Ibu harus tau dan aku harus berani bilang. keberanian adalah perlawanan pada kekhawatiran. aku mulai mengeluarkan hape dari saku bajuku. tapi, pucuk dicinta ulam tiba. baru membuka kunci, hapeku bunyi karena telpon dari Ibu.
akhirnya aku memberi tahukan info ini. aku jelaskan info ini, juga tentang kondisi tempat tinggal kita yang sangat rawan karena di pesisir, sekaligus hal" yang harus diantisipasi saat terjadi guncangan. ternyata Ibu lebih tenang dari yang aku duga. Ibu mendengarkan semua info dan mengiyakan semua penjelasan. tanpa aku duga, Ibu bercerita tentang gempa yag dulu beberapa kali terjadi saat aku kecil. aku mendengarkan dengan sangat antusias dan beberapa kali ingin tahu bagaimana kondisi saat itu, karena aku tidak mengingatnya. lama, lalu pembicaraan teralih pada pembahasan yang hangat. kita bertukar salam dan menyudahi panggilan.
petang sampai malam setelahnya, aku bisa menikmati Rabu dengan nyaman. sampai akhirnya tengah malam tiba dan aku masih terjaga, gempa di sekitar Madura kembali terjadi. kekuatannya 6.4 SR, cukup besar. posisinya agak jauh, ada di selatan Sumenep. saat itu juga, aku menelpon Ibu yang membangunkan tidurnya. memberi info ini dan bertanya situasi di sana. ternyata Ibu nyenyak tidur, tidak merasakannya dan Bapak sudah pergi melaut. semuanya baik" saja, tapi tidak yang di Sapudi, pulau yang sangat dekat dengan titik gempa.
hari ini aku masih terus memikirkannya. sama seperti kematian, gempa dan guncangan patahan ini tidak bisa diprediksi dengan pasti. kita hanya bersiap saat salah satunya datang. bersiap, bukan menghindar. kita tidak bisa lari dari segalanya, apalagi dari kematian. tapi kita masih bisa mengetahuinya, untuk menyimpulkan kekuatan.
Harus Sering Diingat..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar