Jangan Kamu, Biarkan Aku..

Kau harus menjauh. Kau terlalu buta mendekatiku. menjadikan semua kebutuhan sebagai alasan bertemu dan meyakinkan diri bahwa semua ini benar. Kau harus percaya, hal itu akan sangat menyakitkan nantinya. sama sepertimu saat ini, aku dulu pernah menjalani ini. mendekat tanpa peduli terik siang hari atau dinginnya malam. yang aku rasa, senang melihatnya dan bahagia di dekatnya.

detik-detik menjadi sangat berharga dan semua tempat yang kita singgahi adalah puisi yang akan menjalar ke semua saraf di otak, menjelajahi jalanan cerebrum dan mengendalikan kemampuan berpikirku. semuanya tentang dia dan kebaikan hari akan pudar tanpanya. aku sangat tergila-gila padanya, juga sebaliknya. dia adalah hal paling irrasional yang pernah aku sentuh, begitu juga sebaliknya. aku dan dia, saling mencintai tanpa spasi, seperti bahan bakar yang siap meledak kapan saja.

hari-hari menjadi sangat menyenangkan dengannya. tanpanya, aku hanya serpihan abu dari sisa anak panah yang terbakar. anak panah yang belum sempat lepas dari busurnya, terjatuh dan lenyap terbakar teriknya matahari. pekan-pekan berlalu dan kami menemukan cermin. berdiri di depannya membuat kami tau ada yang salah dengan cerita ini. kisah yang sudah kami bangun dua kali pergantian tahun dengan banyak motif untuk bertahan.

bulan-bulan menjadi sangat sunyi saat cermin itu kami bawa ke manapun kami pergi. menjadikannya sebagai kebutuhan untuk disadarkan. ada banyak lubang di wajahku dan wajahnya. menjelma menjadi ketakutan yang tak biasa. takut kehilangan, takut berjarak dan takut tak bisa bersama. kami menepi, duduk bersebelahan dengan kepalanya bersandar di bahuku. mengingat-ingat lagi semua kenang yang harus disimpan dan dilupakan. memilahnya. memilahnya. memilahnya sampai menemukan tali yang mengikat kedua tangan kami.

tahun-tahun menjadi senyap setelah semuanya menjadi sangat masuk akal. setelah semuanya kami masukkan dalam kepala yang menerima rasionalitas. aku mencintainya dengan sangat bahaya, demikian juga dirinya. saling mencintai di atas ranjau yang tertutup serbuk kenyamanan. ranjau yang sangat kuat saat meledak dan tak akan bisa kami tahan dengan hati yang kami miliki saat itu. lalu polemik datang, mengepung tempat duduk kami dan bertahan lama. dan kami memilih berjarak. kami memilih menjadi jeda.

Kamu, juga harus punya jeda denganku. aku pernah sebuta itu mendekati dan mencintai. aku tak hanya menyakiti orang yang aku cintai, tapi juga menyakiti diri. aku dan dia, saling menyakiti. Kau akan bernasib sama jika cintamu buta. memang Kau tak akan bisa memilih jatuh cinta pada siapa, tapi Kau harus menggunakan akal sehatmu untuk melanjutkan hidup. karena saat itu terjadi, kita akan merendahkan cara berpikir. kita bukan tak bisa membedakan kebaikan dan keburukan. kita bisa membedakannya, tapi kita memilih mengabaikannya.

jika nanti aku jatuh hati padamu, diamlah di situ. biar aku yang berjalan ke arahmu, mendekati dan menyapamu. tentu jika Kau izinkan.

0 komentar:

Posting Komentar