PPKJ; Hari Kedua Liputan yang Sial (buatKu)..

Tersenyum, tertawa, gembira dan melakukan kekonyolan adalah item yang harusnya ada di sore hari saat liputan hari kedua ini. Karena kegiatan kita hari itu lebih fun dibanding hari pertama lalu. Membingkai kegiatan” mereka (anak” jalan Griya Baca) di alun”; belajar, bermain dan bernyanyi. Namun,… (Kita simpan dulu…)
Sabtu. Hari kedua liputan. Jam 14.00 harusnya team IDE sudah berkumpul di gerbang utama kampus III. Tapi sampai jam 14.30, hanya dua biji hombreng yang nongol dan memilih enjoy di Warung Kopi Ka’ Imoet. Dengan tekad yang gak bulat, aku dan Octo berangkat ke Alun” Kota meninggalkan Landungsari yang saat itu dipenuhi dedaunan jatuh mirip suasana di drama” Korea.
Setengah jam perjalanan kami tempuh lantaran macet yang berlebihan sepanjang Jalan Raya Dinoyo dan Jalan Gajayana. Sempat beberapa kali berhenti karena traffick lamp sedang marah dengan menyalakan merahnya. Dan aku pikir ngebut bukan ide yang bagus.
Sesampainya di Alun” Kota, 3 pesan masuk di inbox hapeQ. Agus yang kelelahan karena aktifitas SINDEN-nya di Batu sedang menuju ke TKP. Begitu juga Cipa yang telah menyelesaikan interview ‘newbies’ di tempat kerjanya serta Isha yang telah menyudahi pekerjaan rumahnya beradu dengan teriknya senja menuju ke lokasi. Sambil menunggu mereka, aku dan Octo berkeliling menyertai tambun yang bertalu meramaikan seputar kolam alun”.
Mereka tiba. Senang rasanya bisa kembali menghirup udara sore Alun” yang biasanya kuhirup bersama seseorang. Beberapa pedagang mulai bersuara menawarkan jualannya pada setiap raga yang lewat di depan, samping kanan maupun kirinya. Teriakan anak kecil karena bahagia bermain bersama keluarganya memenuhi pendengaranku. Sementara Octo dan Agus masih bermain dengan kameranya, aku sempatkan menyapa beberapa burung dara yang biasa temani kebersamaanku bersama seseorang.
Sekawanan penjahat, eh bukan, anak” kecil maksudnya sedang tampak di pinggir alun” depan Kantor Pos Malang, objek kita sore ini. Sekitar 20 anak berrsama pemuda dan pemudi dengan balutan jas almamater biru sedang asyik merangkai batangan kayu yang biasa dipakai sebagai wadah es krim. Terlihat di bagian dadanya terdapat logo UB. Dan kami berhasil membingkis keceriaan itu dengan sempurna. Sempurna karena sore itu begitu sejuk. Sempurna karena kami dapat mewawancarai tiga anak perempuan di antara mereka. Sempurna karena kami dapat menyaksikan mereka menyanyikan beberapa lagu dengan tarian. Sempurna karena kami masih bisa duduk santai menikmati senja berempat karena Octo pulang.
Sore itu menyisakan aku, Agus, Mita dan Isha untuk bercengkrama di sekitar kolam yang dipenuhi pengunjung lainnya. Sore yang dirindukan setiap manusia dengan keindahan asa, rasa dan karsa-nya. Kami sempatkan berfoto-foto. Kami bergantian berpose. Pose-pose yang nyeleneh, sok cool dan tentunya yang paling banyak membuang memory adalah Agus; karena tu makhluk yang paling banyak minta difoto.
Setelah koordianasi sedikit, kami langsung pulang. Kebetulan, tempat parkir Agus dan Cipa berbeda dengan kami (aku dan Isha). Sesampainya di tempat motorku, aku yang saat itu tengah risau (gak mau pake kata ‘galau’), terkejut dengan kenyataan bahwa kunci motorku kagak ada. Seluruh isi tas telah aku keluarkan. Dan tak hanya sekali, empat kali aku melakukan ritual bongkar tas dengan taringku, maaf, tanganku aku lakukan. Hasilnya, nihil. Tiba” seorang perempuan menghampiri tempatku dan beratanya, “Kid, ada pisau..?”, Oh bukan. “Kid, ada apa..? Ada yang ketinggalan..? Atau ada yang hilang..?”, Isha, temenku bertanya. “Iya, kunciku ketinggalan. Hilang lebih tepatnya. Apa kau melihatnya sejak kita di sana tadi..?”, jawabku dengan pertanyaan di ujungnya.
Tanpa pikir panjang, Isha mengajak aku untuk mencari jejak kunci motorku ke pusat alun”. Gila. Mana mungkin ketemu. Tapi kita berangkat. Mencari. Asyiikkk.. Hasilnya, tetap nihil. Dua kali putaran kaita lakukan. Tak ada. Aku kalut, risau (sekali lagi, aku gak mau make kata ‘galau’), terpojok sendirian di kamar seperti semua menghimpitku. Aku membayangkan apa jadinya aku mendorong motor itu dari alun” sampe Landungsari. Aku membayangkan gimana reaksi temenku yang punya mengetahui hal ini. Aku membayangkan rawon yang ada di pinggir jalan gajayana, eh maaf, yang ini gak termasuk.
Tiba” aku berinisiatif untuk mengadukan kehilangan ini pada tukang parkir. Dengan raut wajah menyeramkan ala preman, sang Jukir menjawab “Oo.. Init a Mas..?”, tu orang menjawab dengan kunci motorku di tangannya. Haaaa.. Aseeemmm.. “Makasih banyak Pak”, namun ucapan itu buru” dibalas oleh sang Jukir; “Beliin rokok seikhlasmu Mas”, haha, asem ni orang. Dengan muka bego’ aku yang hanya membawa duit 12.000 pergi ke toko di pojok alun”. Aku bawakan sebungkus rokok Uno Mild yang harganya lebih mahal dari toko” biasanya itu. Bersamaan dengan berlalunya Isha dari Alun”, aku pun melaju dengan kecepatan standart. Dalam perjalanan, aku hanya tersenyum mengingat kesialan PPKJ ternyata masih berlanjut.
Haha.. Begitu banyak yang sudah terjadi sore itu. Aku hanya berpikir, bahwa masih banyak posisi yang lebih bawah dari kita. Masih banyak yang lebih membutuhkan dari kita. Bersyukur harus tetap kita lakukan dengan kondisi apapun itu. Dan mestinya kita harus kembali mengingat bahwa ber-empati kadang menjadi keharusan di saat simpati saja tak cukup. Selengkapnya...

PPKJ; Hari Pertama yang (tak) Menyenangkan..

Tak terasa perjalanan mahasiswa Ilmu Komunikasi 2008 sudah pada fase akhir. Berbagai kegiatan sudah tercatat akan mewarnai masa-masa (seharusnya) senggang di semester ini. Dan tiga mata kuliah telah terdaftar sebagai lirik di akhir lagu yang harus ditempuh. Salah satunya adalah mata kuliah Praktek Produksi.
Mata kuliah ini ditempuh oleh semua konsentrasi yang ada di Jurusan Ilmu Komunikasi; Audio Visual, Jurnalistik & Studi Media dan Public Relation. Sebagai mata kuliah praktek, Praktek Produksi menawarkan kerja keras dalam menempuhnya. Karena tugas akhirnya harus memproduksi karya sesuai konsentrasi secara berkelompok. Kami, Empat Sekawan, juga harus menyelami keangkeran produksi tersebut. Aku, Agus dan Octo bahu membahu di Jurnalistik sebagai satu kelompok, sedangkan Nasich harus berjibaku dengan rekan-rekannya di Audio Visual.
Liputan Hari Pertama
Singkat cerita, kami bertiga tergabung dalam kelompok produksi bersama Angga Rarastya Himawan, Aisyah Nur Ammini, Dessy Kurniawaty dan Silvia Aria Sasmita. Mulanya kami, yang menyebut diri kami dengan IDE ORGANIZER ingin membuat newsletter sebagai tugas akhir. Namun, setelah enam perusahaan menolak dengan alasan yang hampir sama (dana), akhirnya kami bertaruh untuk dapat mengerjakan produksi video siaran berupa features dengan beberapa nama sosok yang kita bidik. Dan akhirnya, dimulailah perjuangan kami di hari pertama.
Aku sebagai sutradara sebenarnya kurang memahami (bahkan bisa dibilang gak tau apa”) tentang memproduksi sebuah video. Tapi aku yakin dengan berkumpulnya orang” misterius macam Agus pemilik otak brillian dengan konsep”nya, Nia dengan imajinasinya, Isha dengan semangat dan gagasannya, Octo dengan skill dan pengalaman phhotografinya, Angga dengan ide” segarnya serta Cipa dengan kemampuan presenter yang tak diragukan lagi, kelompok ini mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
Dari hasil survey sebelumnya, hanya dua nama yang memberikan secercah harapan untuk dapat kita liput. Dan pada hari Kamis, 24 November jam 13.30 siang kita berangkat dengan basmalah dari gerbang kampus setelah sehari sebelumnya telah melakukan beberapa koordinasi untuk persiapan liputan perdana ini. Target kita, Hamdani, salah seorang pengurus senior di Griya Baca. Namun kita sempatkan mampir ke Karangploso, tempat seniman sarat karya yang sebelumnya tercatat sebagai alternatif sosok.
Empat motor melaju kencang meninggalkan Landungsari menuju Karangploso melewati Junrejo Batu. Hampir lima belas menit kita lewati deru debu (kayak nama sinetron jaman dulu aje) dan bising motor jalan raya. Karena ketidaktahuan akan kediaman sang seniman, kita berhenti di depan sebuah tempat dengan plang Joglo GK. Cipa yang memiliki ide pergi mencari. Kami berenam berteduh di rindangnya pepohonan dan beberapa menikmati es dawet yang ada di seberang jalan.
Tiba”, satu pesan dari Cipa mengharuskan kita bergerak lagi. Dan di sinilah rentetan musibah dimulai. Motor Isha tak bisa digerakkan, lebih tepatnya mogok. Setengah jam kita berusaha membujuk motor Isha untuk jalan, namun hasilnya tak ada. Akhirnya dengan beberapa keringat yang masih melekat di wajah, kita mencari bengkel untuk motor Isha. Aku yang menaiki motor Isha harus berhenti di tiga bengkel, karena tak semuanya bersedia memperbaiki motor Isha. Dan di bengkel terakhir, sekitar 210 meter dari pemberhentian pertama, motor tersebut singgah untuk direparasi. Huuufftt (gaya anak alay..)..
Sepuluh menit berselang dan setelah memberikan beberapa keterangan, penjaga bengkel menyarankan agar motor Isha ditinggal untuk diperbaiki. “Baiklah. Mari kita lanjutkan perjalanan kita”, ujarku setelah keterangan dari penjaga bengkel tersebut. “Hmm.. Kita ambil motor abiz itu kita…… Hah..?!? Helmku mana..?!?!”, sepertinya ekspresi tersebut cukup menggambarkan wajah asem saat itu. Helm merah kepunyaan sahabatku tertinggal entah di mana. Aku langsung capcus (pake gaya bencis..) bersama Agus untuk mencari jejak” helm bermerk INK yang masih baru itu. Tapi dasar, moment ini sepertinya tepat sekali untuk aku nobatkan sebagai musibah kedua.
Dengan wajah lemas karena belum sarapan sambil mikirin helm ilang, aku lanjutkan perjalanan dengan semua personel. Berharap tak ada lagi musibah yang menimpa akhirnya kita tiba di tujuan utama hari itu; Griya Baca. Kebetulan, Hamdani, sosok yang akan kita wawancarai juga baru saja tiba di Griya Baca dari kampusnya. Dan….wawancara pun dimulai. Tak ada kendala. Berjalan lancar, walaupun beberapa kali penghuni Griya Baca lainnya lalu lalang dan menimbulkan kegaduhan. Usai mewawancarai Hamdani, Cipa langsung kembali ke studio Andalus FM untuk bekerja. Yang lain, masih bertahan hingga matahari terbenam. Di beberapa kesempatan juga, kita sempat berbincang” dengan penghuni Griya Baca seperti Nada (nama yang tak akan dilupakan oleh seorang anggota IDE), Linda dan Nanti.
Sore hari tengah berakhir. Berakhir pula perjumpaan kami dengan teman” baru tersebut hari itu. Kami berenam pulang, menembus senja sambil menikmatinya. Tapi tidddaaaakkk.. Musibah kecil terjadi lagi. Aku dan Agus tersesat. Entah ke mana. Yang pasti bukan arah pulang. Tapi setelah balik lagi pada rute sebelumnya, harapan dan sudut kehidupan kemballi terlihat jelas. Usai mampir di tempat gorengan di perumahan (lupa namanya, Tanya Agus..) elit di Jalan Ijen untuk membeli gorangan yang sangat disukai Agus karena kenikamatannya, kita pulang ke koz... dan istirahat…….
Lelah dan kesal tentunya dirasakan oleh setiap raga personel. Kepenatan yang dirasakan kadang tak berbanding lurus dengan usaha kita seharian. Saat itu kita sadari bahwa kerja keras saja tak cukup untuk menjalani mata kuliah ini. dibutuhkan rasa sabar, tabah dan sedikit percikan serbuk ‘lucky’. Tentunya tanpa mengenyampingkan doa. Selengkapnya...

TIME III; Keinginanku..

Sayang.. Aku sangat senang Kau menanyakan keinginanku. Apalagi Kau janji akan melakukan itu. Saat ini aku membutuhkan banyak hal. Hal-hal yang menurutku urgen untuk dipenuhi tahun ini. Keinginan-keinginan yang aku miliki juga bejibun. Karena keinginan sifatnya utopis yang berhasrat. Tapi Sayang, di atas itu semua ada satu hal yang aku ingin Kau lakukan untukku. Keinginan yang sekaligus menjadi kebutuhanku saat ini hingga seterusnya.
Hari ke lima UTS lalu, ada momen yang sangat membuatku bahagia dan menyenangkan sepanjang tahun ini bergulir. Saat itu rasanya semua kegetiranku serasa tenggelam. Keresahan akan tugas ujian yang mencucurkan keringat pagi itu seakan terhanyut begitu saja. Kau ingat apa yang Kau pesan-kan ke aku dalam sms-sms-mu pagi itu. Sangat menyenangkan. Tak pernah aku rasakan sebelumnya di tahun ini keindahan verbal yang Kau ucapkan. Kau, tau, aku sangat bersemangat pagi itu. Motivasiku luar biasa berpacu dengan guratan pena. Pagi itu, air mataku seakan merembes keluar. Aku sangat terharu dapat merasakannya kembali. Aku sangat senang luar biasa dan ingin menangis. Semangat, motivasi, spirit, ghiroh, haru, senang, tawa, senyum terasa berlarian ingin menyesaki untuk menjadi perasaan yang pertama dalam dadaku.
Setelah itu, habis. Tak ada lagi yang seperti itu di detik dan menit setelahnya.
Yang aku butuhkan sebenarnya adalah hal-hal itu Sayang darimu. Aku sangat membutuhkannya. Seperti saat Ramadhan yang lalu. Jujur, aku sangat menikmatinya. Menikmati setiap pesan teks yang Kau sampaikan, suara manja, dan semua behavioral-mu (walaupun akuk tak dapat melihatnya) waktu itu. Selama ini aku kehilangan Rara yang dulu. Rara yang begitu pengertian menurutku. Tak hanya memikirkan kesenangan, tapi juga begitu bijak mempertimbangkan segala sesuatu. Tak hanya keinginan semata, tapi mampu menganalisa kebutuhan. Dan yang paling aku sukai, Kau begitu memperhatikanku. Memperhatikan kondisi, situasi dan Kau mampu menenangkan aku saat gelisah. Kau genggam tanganku saat lemah dan terjatuh. Ingatkah saat aku terpuruk di Pare gara-gara kecerobohanku berada di KPRU sehingga nilaiku anjlok..? Saat itu Kau dengan mudah memberikan sandaran yang menghangatkan aku.
Sebaliknya, saat Kau sedang galau dan gelisah, Kau berikan aku ruang untuk selalu berada di sisimu. Dan saat itu, adalah momen paling aku senangi. Karena aku dapat merenyuhkan seluruh masalah-masalah yang Kau miliki. Saat itu, aku merasa menjadi lelaki paling bermanfaat bagi kekasihnya. Tidak (maaf Say) marah seperti saat ini karena Kau ingin ‘harusnya Kamu begini Kid. Harusnya Kamu begitu dan seterusnya’.
Sayang, aku tidak menuntut kalau itu menjadi sulit bagimu. Karena kini aku sudah merubah diriku agar selalu bisa menjadi seperti yang Kau inginkan, walaupun masih dalam proses. Aku selalu ingin bersamamu, dan aku selalu meng-upgrade diriku agar selalu bisa mengimbangimu. Jika kebutuhan yang menjadi keinginanku ini tak dapat Kau penuhi, tak apa. Aku selalu menyayangimu apa adanya sampai kapanpun. Selengkapnya...

TIME II; Resolusi 2011..

Akhir 2010 sudah di depan mata. Banyak cerita yang kita tinggalkan sebagai kenangan. Sebagian kita teruskan menjadi harapan di tahun mendatang. Tak jarang ada yang memposisikan cerita tersebut sebagai cermin melangkah. Bahkan ada yang menjadikannya sebagi tujuan di tahun 2011.
Menuliskannya bisa berarti beda. Ada sebuah motivasi yang berarti dengan mengakomodir semuanya dalam sebuah lembar ingatan untuk dibaca. Terdapat sebuah pengharapan besar dengan menggoreskannya pada ruang-ruang behavioral. Sehingga tak hanya berbentuk luapan imaji, tapi menjadikannya sebagai goal orientation.
Akupun juga demikian. Kegagalan pencapaian di tahun 2010 semakin membuat penasaran yang telah lama bersarang dalam diri ingin segera menyembul keluar. Motivasi yang berlebih tak hanya sebatas mampir di ubun-ubun, tapi harus aku jadikan resolusi. Tentunya dengan expectation yang luar biasa besar untuk menjadikannya nyata. Tujuh resolusi istimewaku telah aku sematkan di tahun 2011. Sebagian adalah turunan yang belum tercapai di 2010, lainnya merupakan kesengajaan yang aku siapkan untuk 2011. Semoga..

1.Selalu Membuat Rara Tersenyum.
Dia adalah bingkisan tuhan-ku, rumput liar-ku yang membuat hari-hariku terlihat hijau. Di setiap hari yang aku punya, dialah lagu yang tak akan pernah terlewatkan. Menerangi jiwa yang selalu diliputi ketakutan. Mencengkram gelisah dan membuang resah ke dasar laut bersama the Kraken.Rasanya tak cukup secangkir kopi aku seruput hanya untuk membincangkan kehangatan cinta ini.
2010. Terlalu lama dan sering aku letihkan hari-hari dan batinnya. Bahkan, aku merenggut semua waktunya hanya untukku. Bisa dibilang aku mengacaukan hidupnya. Setahun yang sangat membuatku gila. Gila akan semua sentuhannya. Tiap gerak kecilnya, meledakkan hatiku. Seakan tak percaya sentuhannya adalah nyata. Tapi aku rusak semuanya dengan ego-ku. Sudah terlalu banyak kekecewaan yang aku buat. Bahkan aku tak bisa memperbaikinya dengan semua kesempatan yang telah diberi.
2011. Aku ingin merubah semuanya. Aku akan mengimbangimu. Mengimbangi semua perilaku Brilliant-mu padaku. Akan aku ratakan ego-ku yang tinggi dan kadang tak terkendali. Dan membuatmu nyaman. Janjiku seumur hidup.

2.Produktif Menulis.
Aktifitas gila sejak kecil. Aku benturkan harapanku di sini. Semuanya. Untuk orang-orang yang selalu membanggakan aku. Orang” yang selalu meneriakkan namaku. Orang” yang selalu percaya bahwa bakat dan potensi itu ada. Saatnya memberikan feedback tak hanya dengan bualan. Lihatlah.. dan Rasakan semerbak harum tulisan”ku.
2010. Sering terbuai dengan pujian, membuat aku malas menghidupkan kembali nama penaku. Terlalu jumawa dengan julukan “penulis” sejak kecil, menggiring kesombongan tersemat dalam diri. Bahkan meremehkan hidup pernah aku lakukan karena percaya diri ini. Memang sudah banyak karya yang aku telurkan di beberapa media. Tapi itu tak cukup bagiku dengan kondisi seperti sekarang.
2011. Tak peduli tulisan”ku nantinya akan diletakkan di mana pun oleh orang”, aku tak akan berhenti menulis. Sepanjang dia masih di bumi, motivasi ini tak akan pernah redup. Target besarnya, Bikin Buku; Antologi Cerpen.

3.Indeks Prestasi Lebih Baik.
Sebagian orang melihat angka” adalah parameter keberhasilan. Neraca yang kadang dijunjung tinggi. Tidak salah, tapi tak sepenuhnya benar. Namun aku sadar, aku tak hidup sendirian. Aku hidup dengan orang” yang menjadikan nominal dalam selembar kertas warna biru itu penting. Sangat penting malah. Apalagi mereka adalah orang” yang ada di balik prosesi kehidupanku. Jadi, aku harus berbenah untuk itu. Memperbaikinya.
2010. Setahun ini aku disibukkan dengan organisasi ekstra dan intra. Bagus. Tapi dengan manis dia mengingatkanku bahwa tanggungjawab akademis hanya aku yang punya, orang lain tak memiliki tanggungjawab serupa. Aku sempat mendapatkan 18 sks karena keteledoran ini. Terlalu menyibukkan diri di lembaga intra kampus. Dan aku bahkan tak pedulikan yang lain.
2011. Aku ingin akhiri kemesraanku dengan lembaga intra. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah membuat Indeks Prestasi itu jauh membungbung tinggi.

4.Berhenti Merokok.

Hehe.. Tak ada yang mengira hal ini. Aku bukan perokok. Tapi terkadang aku bergelut dengan Tuhan Sembilan Senti itu dalam menghadapi masalah. Memang itu negative. Aku sadari itu. Dengan kesadaran yang utuh. Tapi sungguh, aku bisa merasakan ketenangan dalam setiap hisapan saat aku harus menghadapi masalah”. Sungguh. Bahkan setelah itu aku mendapatkan solusi jempolan untuk setiap masalah. Yo opo iki..??
2010. Di atas kesadaran itu aku lupa satu hal, betapa bahaya-nya rokok. Ancaman impoten, ginjal rusak dan jantung berkerut ada dalam sebatang rokok. Kenapa aku bisa melupakan itu. Rumput Liar, maafkan aku tak mengindahkan perhatianmu. Walaupun kadang semua solusi masalah kita aku temui dalam barang kurus itu. Hmm..
2011. Terlalu menyiksa untuk membuangmu. Tapi aku harus. Demi sesuatu yang lebih berharga. Good Bye Cigarettes..!!

5.Memiliki Lebih Banyak Relasi Media.
Ini penting bagiku. Sangat penting. Karena kehidupanku akan berkutat di sekitar media. Relasi akan membuat kehidupanku lebih terarah. Setidaknya pilihan untuk menentukan langkah lebih beragam. Melihat kegiatan menulisku hanya aku salurkan pada blog sebagai katarsis. Menyenangkan. Tapi akan lebih baik jika ide-ide dan gagasan itu menghasilkan keterikatan harmonis dengan menghasilkan rekanan berkesinambungan.
2010. Kepercayaan dari beberapa media telah aku dapatkan. Respon positif dari awak-nya memudahkanku menjejakkan kaki. Tapi usahaku untuk menjaga intensitas masih mengecewakan. Hubunganku dengan media terlalu riskan untuk pecah. Bakalan berantakan jika itu terjadi.
2011. Memperbanyak relasi adalah jalan strategis mengatur ritme permainan nasib. Tentunya ini juga akan berdampak pada praksis hidupku.

6.Menabung.
Pekerjaan yang sulit. Mengingat kebutuhan (das sollen) yang aku miliki bertubrukan dengan budget (das sein) yang aku punya tiap periodenya. Tapi betapa pun sulitnya, harus dengan tajam aku tusukkan keinginan itu di kepalaku. Sehingga semua kebutuhan yang harusnya terpenuhi tak bikin pusing ketika akhir bulan tiba. Sepertinya untuk yang satu ini perlu latihan yang intens.
2010. The Power of Kepepet benar” sering aku terapkan dalam hidupku. Jitu dan sangat efektif. Tapi aku harus menghentikan itu. Harus ada investasi yang disiapkan sebelum lebih dalam lagi menggali lubang. Investasi dalam bisnis salah satu jalan yang dipilih, yang lain dalam bentuk rekening.
2011. Tak ada pilihan lain. Menabung lah..!!

7.Rekontruksi Panoptisme Tubuh.
Haha.. Sengaja pake bahasa lebay. Malu. Ya, ini resolusi yang harus tercapai. Wajib wez hukumnya. Ada seseorang dan sesuatu yang memotivasi. Tak banyak kalimat yang bisa aku untai di sini. Langsung action.
2010. Sudah terlalu banyak orang yang menyematkan julukan imut dan lucu. Bukan tidak senang, tapi kurang relevan dengan status kepala dua yang sedang aku sandang kini.
2011. Banyak jalan untuk mencapainya. Just do it..!!

Telah aku susun tujuh resolusi 2011-ku dengan ambisi yang bersemayam di baliknya; fahrul walidayya. Namun tetap, semua motivasi tercapainya bermuara dalam cengkraman irrasional madu mohabbat-ku pada Sang Samurai.
Wish Me Luck.. Amien.. Selengkapnya...

Cerita Cinta : Hanya Kamu..

Secara teori aku tidak tau cinta itu apa. Aku bahkan tak pernah tau apa definisi pasti dari cinta. Semua orang mebicarakannya. Semua orang seakan-akan tau apa makna dari cinta, tapi tak dapat memberikan esensi cinta.
Sepekan ini aku merasakan sesuatu yang berbeda mengenainya. Aku hanya selalu ingin melihat dia yang aku cintai tertawa. Membuatnya bahagia adalah pencapaian tersendiri bagiku. Setiap saat aku hanya inginkan kebahagiaannya. Melihat senyum yang tak akan henti Ia sunggingkan di bibirnya. Keberadaanku serasa tercipta hanya untuk melengkapi kehidupannya. Kehidupan yang sudah lama Ia cari. Lari dari bayang-bayang cinta yang pernah menyakiti hati. Mengejar mimpi-mimpinya. Cita-citanya adalah ambisi yang harus aku gambarkan dalam setiap lembar nafasku. Aku ingin dia bahagia.
Kau adalah surgaku, tempat pertemuan cintaku yang terakhir. Kau adalah doaku, kesenangan bagi jiwaku. Kau adalah ketenangan yang aku cari. Kau ada dalam setiap denyut nadiku. Bahkan aku tak pernah sempat melupakan namamu dalam setiap doa yang aku panjatkan. Tak ada yang lainnya yang aku tahu, kecuali bahwa aku melihat bingkisan tuhan-ku dalam dirimu.
Begitu jauh, dan kini aku tak berdaya. Tapi selalu aku sentuh dirimu dengan tatapanku. Aromamu. Kata-katamu. Aku dalam surga yang membingungkan. Kau bagaikan cahaya dalam hatiku. Kau adalah harta karun yang tak pernah terpisahkan. Bahkan harum-mu selalu aku rasakan di semua ruang gerak aktifitasku. Tak ada yang lainnya yang aku tahu, kecuali bahwa aku melihat bingkisan tuhan-ku dalam dirimu.
Dengan senyum manis dan dagu mungil itu, membuatku selalu merindukanmu. Bayanganmu menggoda dengan sentuhannya. Saat kau pergi, tersenyum tersipu-sipu. Bahkan malaikatku tak pernah meminta sebanyak itu. Kau yang bersinar. Sinarku yang agung. Tak ada yang lainnya yang aku tahu, kecuali bahwa aku melihat bingkisan tuhan-ku dalam dirimu.
Aku tak berdaya, kecuali berlutut di hadapanmu. Entah harus bagaimana. Yang Aku ingat hanya senyum itu.. Selengkapnya...

Cerita Cinta : Merindukanmu..

Bagaimana hari”mu Sayang..?!?
Hmm..Tak pernah terpikir ada order seperti ini dalam hubungan kita..
Hariku abu” bahkan cenderung menghitam tanpamu dua hari ini. Aku tidak pernah main” ketika aku katakan aku rapuh tanpamu. Mungkin tak selalu kau indahkan itu. Tapi ini benar aku rasakan sampai ‘rapuh’ itu ke mimpi. Haruskan aku katakana itu terus menerus saat kau tak di sampingku..??
Seperti biasa, hari”ku disibukkan dengan berbagai macam persoalan seputar LK 1 2010. Acara dengan aku sebagai sekretaris. Posisi penting, urgen dan bias dibilang penting. Oleh karenanya ada semacam belenggu praksis hidupku sepanjang tiga minggu ini.
Aku masih bisa merasakan senyum pagi hari. Tapi itu untukmu. Aku awali hariku itu dengan mendoakanmu agar kau selalu sehat dan bahagia di sana. Sebelum kau melupakan aku lebih jauh, dan sebelum kau meninggalkan aku lebih jauh.
Walaupun ini hanya sementara, tapi ini sangat menyiksa. Aku tak tau apakah kau juga merasa demikian. Aku hanya tau bahwa kau memiliki rencana yang tak kau sampaikan ke aku.
Semalam temenku merayakan oeltah. Kita makan” di emperan Soekarno Hatta. Bercengkrama sambil melepas rindu. Menceritakan hari” yang kita lewati dengan jenaka. Kadang sesekali menyindir salah satu yang lain dan diakhiri dengan tertawa terbahak”. Dan berbincang dengan temenQ yang kini telah berubah. Lebih terbuka mindset dan memiliki sensitifitas pada peristiwa sekitar. Waw..!! Tapi sayang, aku tidak menyimak sepenuhnya. Wajahmu selalu di hati. Bahkan melayang” di kepala.
Hari ini pun aku disibukkan dengan praksis akademisiku. Presentasi di kelas. Wawancara dengan Ketua Kajur HI dan Kesos. Tapi tak pernah tersingkir wajahmu di hati oleh buku” yang aku baca dan bolpen yang aku goreskan di kertas untuk presentasi serta wawancara.
Sore ini aku dikejutkan dengan keadaan dua wanita dekatku. Nia dan Ndoet. Aku senang dengan Nia. Karena dia bisa bercerita panjang lebar dan terbuka walaupun kita berbeda bendera. Tapi Ndoet tidak. Aku melihat ada sesuatu yang dia sembunyikan dan tak mau semua orang termasuk aku tau. Kau harus dekati dia Sayang. Ada semacam klimaks yang Ia hadapi dengan pasangannya. aku ingin sekali masuk dalam hubungan mereka. Menyelesaikan dan berbicara dengan nyaman. Tapi ada rasa yang tak biasa ketika aku harus dihadapkan pada kenyataan ‘siapa aku..?’ dan ‘apa urusanku..?’. Dia pergi Sayang. Ndoet pergi meninggalkan kita tanpa memberi tau tempat yang Ia tuju. Atau jangan” dia juga tidak tau tempat yang Ia tuju. Hanya sebuah pesan yang menyulut keprihatinanku yang Ia kirimkan padaku. Semoga dia baik” saja. Kau harus mendoakannya juga Sayang..
Hmm..Benar aku dipayungi warna hijau di sini. Tapi hijauku memudar. Aku butuh hijaumu Rumput LiaRKu.. Selengkapnya...

Cerita Cinta : Senyummu Hanya Untukku Kan..?!?

Pagi ini bandul cintaku kembali bergelayut. Jari-jari yang biasa menggerakkannya kali ini terlihat gemetaran memulainya. Kekhawatiran mendekap hatinya. Nemun masih berharap ada ketangguhan yang tersisa sehingga gerah bisa tergantikan sumringah.
Bandul cintaku masih bergerak. Senyum yang biasa menyertai pergerakannya kali ini memilih mendekam bersama gemertak gigi. Gelisah menyelimuti kesendiriannya. Seraya menggempalkan tangan, memohon kali ini saja. Ya, hanya kali ini saja.
Bandul cintaku melamban. Artinya beberapa detik lagi aku akan menjumpainya berhenti bergerak. Bahkan aku tak bisa menghentikan pikiran buram ini. Tidak ingin menikmati khawatir ini. Gelisah yang sangat memilukan jika terus bersarang. Duduk pun terasa berat.
Akhirnya bandul cintaku berhenti. Di tengah ruang diantara dua besi putih yang mengapitnya. Aku menghentikan gelisah ini. Khawatirku telah pergi. Sumringah menggantikan gerah. Dan tersadar ketika senyumnya masih berputar mengorbit di hatiku.
Langkahkan kakimu SayanGKu. Senyumlah untuk semua orang, tapi hatimu jangan.
Ini bukan tentang percaya atau tidak. Aku sangat mempercayaimu. Tapi akan ada kekhawatiran jika kau dinakali Adam-Adam yang lain. Akan ada gelisah yang hebat jika racun rayuan menyembur darinya dan dilontarkan padamu. Gerah hatiku ketika kau menyampaikan ada seseorang yang berlaku kurang baik padamu.
SayanGKu, buatlah aku tersenyum. . Selengkapnya...