Hari Pertama; Tetap Istimewa..

aku berharap hujan datang langsung, saat aku tiba di Jogja, di Janti, tempat aku turun dari bus sebelum Tazri temanku menjemput. tapi ternyata tidak. samar" cahaya fajar menyembul dan menerangi Layang Janti perlahan. pagi akan cerah, tapi harapanku ditemani hujan di Jogja masih tinggi.

selain Tazri, aku mengirim pesan pada Ulya, Bang Idat dan Iim bahwa aku lagi di Jogja. meski sekali, aku ingin bertemu mereka. pada masing" dari mereka, aku punya hutang bertemu, main ke Jogja. Ulya adalah adik Rohman sahabatku yang sudah seperti sodara. abi dan ummi Ulya adalah temen ibuku. dulu sekali entah kapan, aku pernah berjanji main" ke Jogja bertemu dia yang sedang kuliah. dan kemarin saat ketemu kemarin, buset, ternyata Ulya udah semester 7. waktu berjalan cepet banget.

Bang Idat dan Iim membalas pesanku tanpa basa-basi. mereka berdua tidak bisa menemuiku hari ini, karena ada kegiatan yang jauh" hari terjadwal. Ulya juga demikian. tapi memang kedatanganku mendadak. sengaja. karena aku takut mengganggu study mereka. jadi, hanya Tazri yang bisa aku ganggu hari ini.

Tazri memintaku untuk menulis tujuan"ku ke Jogja. tempat apa yang ingin aku datangi dan mau makan apa selama di sini. saat ditanya, aku blank. aku ke Jogja hanya buat memenuhi janji pada mereka, berlibur adalah bonusnya. berwisata jika sempat dan aku sama sekali tidak sempat memikirkan itu sebelumnya. bahkan saat di bus pun, yang aku pikirkan orang" yang aku temui nanti adalah mereka yang sedang sekolah di Jogja, kota dengan gairah pendidikan tinggi. aku berniat mencuri ilmu mereka. itu saja.

Tazri masih memintaku untuk me-list tempat yang ingin aku kunjungi setelah kita keluar ke tambal ban, makan, ketilang dan lainnya. sori, bagian ketilang harus aku skip karena peristiwa ini sangat lucu dan penting selama hari ini, aku ingin menyimpannya di ingatanku saja. hahahahaassseemmm..


akhirnya Tazri mengajakku ke Puncak Becici di Imogiri. tempatnya jauh, tapi puas sesampainya di sana. aku puas foto" dan Tazri puas narsis minta difoto. kami berdua puas gangguin beberapa pasangan yang sedang pacaran di sana. pasalnya, tiap tempat duduk di sana sudah dihuni oleh orang pacaran. jadinya kami kepaksa singgah mengganggu dan mereka benar" tak bicara sama sekali. sesekali kami melirik satu sama lain dan tertawa ngakak karena keheningan yang kami ciptakan. awalnya aku pikir kami jahat. tapi Tazri bilang, kalau gak gini kita dosa karena memberi ruang buat mereka melakukan dosa. asseekk gak..?!

berulang kali Tazri curhat soal hubungan asmaranya yang LDR selama di tempat wisata ini. tapi aku kurang fokus mendengarkan setelah Tazri memberitahuku bahwa sol Converse-ku hampir lepas. ini baru hari pertama di Jogja dan aku harus menghadapi kenyataan pahit ini. pikiranku terfokus ke Converse-ku dan semua hal yang bisa aku usahakan untuk solusinya. beli atau perbaiki. meskipun gelisah soal sepatu, aku tidak berhenti mengiyakan ajakan Tazri saat dia menyebut destinasi berikutnya.

sebelum sore, kami memutuskan pulang. kami turun dari Imogiri dengan pemandangan bagus. suara lalu lalang kendaraan semakin memberikan suasana syahdu liburanku di hari pertama. kami turun langsung menuju Malioboro untuk shalat Ashar. di jalan, Tazri katakan bahwa jangan mengharap banyak dulu setibanya di sana, karena Malioboro sedang diperbaiki. pedestrian di sebelah kanan sedang ditata agar nyaman buat wisatawan. konsekuensinya, Malioboro jadi macet karena penyempitan jalan.

pemkot setempat menyediakan parkir terpusat di Taman Parkir Abu Bakar Ali, utara Malioboro, terdiri dari tiga lantai. di bawah, parkir digunakan untuk bus. sementara lantai dua dan tiga untuk roda dua dan empat. tidak ada lagi tempat parkir di sepanjang jalan Malioboro, dari depan Hotel Inna Garuda sampai menjelang Pasar Beringharjo. kantong" parkir ditempatkan rapi di samping Malioboro Mall, selebihnya harus masuk ke gang" sempit dan menemukannya. kami parkir di samping mall dan mencari masjid di gang". suasananya enak. sekilas seperti berada di situs kampung" lawas Surabaya. asri dan penuh keramahan warganya. sesekali aku mendengar tawa anak kecil yang berlarian bermain. hal yang jarang terjadi di Surabaya. mayoritas dari mereka sibuk dengan gadget dan sepatu roda hingga sengaja menutup gang demi keselamatan anak"nya.

dulu, sebelum sekarang, saat aku berkunjung ke Jogja, aku juga seringkali shalat di gang" Malioboro. masjid"nya bersih, rapi dan nyaman, sejak wudhu' sampai kembali memakai sepatu meninggalkan masjid. tentunya warga sekitar tidak menyia"kan kunjungan wisatawan. semua tempat yang berpotensi dikunjungi wisatawan dibuat nyaman dan mudah. di setiap mulut gang, ada angkringan yang menyediakan makan minum sampai cemilan. sadis, lengkap.

tiap kali ke Malioboro, aku selalu berusaha mencapai 0km. menikmati secangkir kopi dengan suasana rindang dan hingar. suasana yang seringkali aku liat saat diam" menatap matamu, teduh menenangkan. ditambah mendung yang perlahan mulai menyelinap diantara riuh para wisatawan, nongkrong di 0km benar" menyenangkan. tapi sebelum ke sini, Tazri mengajakku masuk ke Raminten, Mirota Batik atau yang sekarang sedang mengubah brand menjadi Hamzah Batik. aku tak sempat liat", karena masuk ke sini adalah kemauan Tazri, survey batik, pakaian yang dia rasa harus dimiliki dalam waktu dekat. tak lama kami keluar. si kampret ini tak sampai beli sepotong pakaian pun, karena tujuannya hanya survey.

sebelum adzan Maghrib berkumandang, kami sudah dalam perjalanan pulang ke kos. aku mengantuk berat. aku bahkan sempat memejamkan mata di perjalanan. tapi aku gak mau tidur sesampainya di kos. aku sedang berlibur, waktunya 3 hari, waktu yang cukup lama untuk orang kerja. tidur adalah pengkhianatan untuk waktu yang aku dapat. tidur hanya akan memangkas kesempatan menghibur jiwa dan sengaja tertawa bersama mereka. aku tidak tidur dan aku tidak mandi, hanya ganti kaos dan sendal. hahahahaa..

malam setelah Isya', kami ngopi tipis di pinggir Tugu Jogja. di sana ada angkringan dengan kopi jos yang sedap. aku menghubungi Bang Idat, Iim dan Ulya, mengajak mereka ngobrol. tapi hanya Iim yang bisa. dua lainnya ada kegiatan yang harus dilakukan sekarang. sementara aku ngobrol banyak hal dengan Iim, Tazri sibuk menatap layar kecil Android-nya, menyapa dan ngabarin pacarnya. bisa ngobrol dengen mereka itu seneng banget. mereka melanjutkan studi di sini, di Jogja, kota yang sedari dulu aku impikan singgah untuk study tapi gak kesampaian. aku dapat banyak pengetahuan dari Tazri dan Iim selama ngopi.

suara kencreng-kencreng tutup botol yang disusun dengan paku dan melekat di kayu mulai terdengar dari kejauhan. suara itu makin dekat dengan nyanyian sumbang gak karuan. masya Allah, dua orang bencong dengan dandanan mengerikan mendekati meja kami ngopi. keduanya menonjolkan payudaranya yang sangat besar. itu balon kelebihan nitrogen apa gimana sih..?! gede banget. satu diantara mereka berdiri di sampingku dan menempatkan 'balon' itu tepat 2cm di samping pelipisku. aku dan Tazri reflek mengangkat tangan tanda tak ada duit buat diberikan. tapi bencong ini enggan menjauh dari meja kami. ternyata dia nunggu Iim yang memperlihatkan gerakan sedang berusaha merogoh tangan ke tas. gubraakk..

aku memang alergi dengan perempuan. berurusan dengan mereka aku hindari. tapi bencong adalah mimpi buruk. aku punya beberapa pengalaman yang sangat gak mengenakkan dengan mereka selama di Jakarta dulu dan selama kuliah di Malang. aku tak berhenti clingak clinguk liat Tazri dan Iim saat suara mereka masih terdengar di angkringan ini. aku diam mematung sampai mereka pergi. benar" pergi. setelah mereka enyah pun, aku masih blank mau ngobrolin apa. ampuun dah..

akhirnya kami memutuskan buat pulang istirahat saat jam tangan Tazri menunjukkan angka 10, lewat 20 menit. kami merencanakan beberapa perjalanan untuk Sabtu, hari terakhir sebelum aku balik ke Surabaya. Iim akan mengajak temannya dan kami akan berusaha membujuk Bang Idat juga ikut. kami berpisah. aku dan Tazri menyebrang dari angkringan ke sisi persimpangan Tugu Jogja lainnya. di sana, di pedestian tempat kami parkir, sudah penuh sepeda motor dan muda-mudi. mereka sebagian dari komunitas yang sedang melakukan kegiatan dan lainnya adalah wisatawan yang ingin mengabadikan momen potret mereka dengan latar Tugu Jogja.

ramai kendaraan belum surut saat kami menyusuri jalan pulang. di semua jalan protokol, mobil" masih mendominasi. Jogja sudah mirip Surabaya atau kota" besar lainnya. banyak gedung baru dibangun dan pendatang bermunculan dengan mobil"nya. mungkin ini bagian dari resiko jadi istimewa tidak hanya dari nama, tapi terimplimentasi nyata di setiap sudut kota. tapi bagiku, Jogja menyisakan banyak hal yang tak bisa aku sebut hanya dengan 'istimewa'.


Sapen, Kamis Tengah Malam
29 September 2016

0 komentar:

Posting Komentar