Setelah Enam Hari..

Cara terbaik kecewa adalah dengan berharap terlalu tinggi. Ali bin Abi Thalib alaihis salam pernah mengatakannya. Sayyidina Ali melajutkan, dan yang paling menyakitkan adalah berharap pada manusia. Seringkali aku menjadi objek tersebut. Beberapa orang pernah menaruh harap padaku, menitipkannya, sampai aku kehilangan keseimbangan mengembannya. Seringkali titipan itu berakhir dengan kekecewaan. Bapak Ibuku adalah dua diantaranya. Keduanya sangat kecewa saat aku enggan lulus tepat waktu seperti yang diinginkan almarhum Abah Mahin dan Kak Hakim. Bahkan sampai saat ini, aku belum meminta maaf atas itu.

Bapak Ibuku ingin aku tinggal lebih lama libur lebaran ini. Sulit menjelaskan  kalau sebenarnya liburan kali aku malah mendapat hari yang banyak bertemu dengan keduanya.
Bapak Ibu sudah rela tidak bertemu anak"nya dalam waktu yang lama. Tapi saat semuanya berkumpul dengan momen yang seperti ini, Ibu tidak ingin cepat berlalu. Ditambah momen kayak gini tidak hanya memepertemukan ke-empat anaknya, tapi juga ponakan"nya, Supernova dan lain"nya. Maka hari ini, ditambah dengan niat Ibu sebelum lebaran kemarin, beliau mengajak kami ziarah ke makam Sunan Ampel Surabaya. Aku sekalian balik, karena siangnya harus kerja.

Bagi Ibu, ziarah Sunan Ampel juga media agar kami leluasa bertemu. Karena di Surabaya, juga ada Kak Hakim dan Kak Reza yang selama Ramadhan tidak pulang ke Sepulu. Aku yakin, harapan Ibu yang ini juga diamini oleh semua Supernova. Karena kumpul dan bertemu dengan kondisi yang sekarang memberikan banyak bahan cerita yang bisa dikisahkan. Semakin banyak angka dalam usia, semakin banyak pula poin obrolan yang kita bicarakan. Semakin banyak yang dibicarakan, semakin banyak tawa yang dituangkan. dan Ibu yang meneruskan semangat saudara/i-nya sangat senang kami berkumpul dan bertemu, bicara dan cerita serta diskusi dan tertawa.

Ibu selalu berharap seperti itu, sederhana dan mudah. Pernah beberapa kali Kak Hakim tidak lebaran di rumah, Ibu kecewa dan sedih. Tapi Ibu maklum karena Kak Hakim kerja di luar sana, di laut yang sangat luas, di batas perairan negara orang. Tapi saat tiga tahun lalu aku yang tidak lebaran di rumah, Ibu tak berhenti menelpon bertanya kapan pulang padaku. Ibu menceritakan keseruan rumah dan kehadiran Supernova lainnya. Agar aku cemburu dan pulang. Meski akhirnya aku menjelaskan bahwa untuk selanjutnya, hal" seperti ini akan terjadi pada siapa saja. Padaku atau Supernova lainnya. Ibu sebenarnya sudah terbiasa dengan ketidakhadiran kami di rumah, karena kami semua sejak SMP meninggalkan rumah itu. Tapi harapan yang Ibu taruh tinggi adalah, berkumpul saat lebaran. Bahkan saat Mb' Siti harus berada tiga hari tiga malam di perjalanan mudik, Ibu sedih jika nantinya Mb' Siti tidak bisa berlebaran di rumah.

Hari ini aku melihat Bapak Ibu dari dekat, saat makan di pelataran masjid jauh sebelum shalat Jumat dimulai. Mereka tertawa seperti biasa. Dari mata keduanya, aku melihat harapan untuk lebaran itu sudah memudar. Bapak Ibu sudah membiasakan diri jika Supernova tidak selalu bersama saat lebaran, selama semuanya baik" saja.


Jumat, 8 Juli 2016

0 komentar:

Posting Komentar