Nurul tumbang. Sakit, mual dan akhirnya membatalkan puasa. Aku ikut andil dalam sakitnya. Nurul mengeluh mual setelah sekitar 60km duduk di belakang sepeda motor yang aku kendarai pagi-siang tadi. Aku semakin merasa bersalah karena Nurul memilih membatalkan puasa dengan secangkir air dan roti Holland yang ada di kulkas sejak kemarin. Nurul langsung muntah setelah menelan potong roti terakhir. Akhirnya Nurul harus istirahat dan tak bisa lagi maen bulutangkis bersama Zein dan Zainal sore tadi.
Nurul juga akhirnya tidak menunaikan ibadah shalat taraweh terakhir Ramadhan kali ini. Dia melewatkannya. Nurul melewatkannya karena harus istirahat dengan nyaman di kamar.
Setelah itu, Bapak dan Ibu mengantarnya ke klinik kepercayaan dan hasilnya parah. Nurul divonis infeksi usus dan asam lambung. Dokter bilang, Nurul terlalu banyak makan makanan pedas, pedas sekali. Aku dan Zainal langsung melirik Ibu yang memberi kode ke Nurul bahwa malam ini, karena sakitnya Nurul ini, tak ada agenda rutin testemon. Keluhanku dan Zainal tidak ditanggapi Ibu.
Nurul sakit. Karenanya, seharian ini akhirnya aku keluar rumah. Diminta begini dan begitu. Mengurus ini dan itu. dan jalanan yang sudah lama tak aku sapa ini menjadi medan teriakan seperti yang aku prediksi. Malam ini taraweh terakhir, besok malam lebaran. Banyak teman"ku yang sudah mudik dan mulai keliaran di jalan. Aku yang harus ke sana kemari atas instruksi Ibu, banyak teriakin di jalan oleh mereka. Karena kebanyakan pertemuan selalu terjadi di jalan, kadang juga di jalan depan rumah mereka. Aku berhenti sekenanya, ada juga yang harus mampir ke rumahnya dengan suguhan minuman dan kue kering. Aku tak berhenti berhaha-hihi sepanjang malam ini sampai aku kembali pulang ke rumah. Padahal di rumah sedang menyimpan banyak keresahan. Selain sakitnya Nurul, juga ada kabar Mb' Siti yang belum jelas di mana. Gilak, dia udah 3 hari melakukan perjalanan Jakarta-Surabaya. Ckck. Tapi saat mudik, tidak ada lagi yang lebih menarik daripada silaturahmi.
Nurul yang sakit sudah tidur saat aku tiba di rumah. Sementara Zein yang satu gigi kelincinya udah tanggal, tidur di sebelah Bapak yang sedang mendengarkan musik. dan Zainal, sudah ilang entah ke mana. Ibu yang sedang masak di dapur memberi kabar kalau Mb' Siti sudah aman, dia berada di rumah Kak Reza di Setro Baru Surabaya. Nenek dan Ibu akhirnya bernafas lega dengan kabar ini. Kabar yang sama pentingnya dengan rukyatul hilal.
Hari Ketiga; Sakit..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar